Sep 02, 2020 16:11 Asia/Jakarta

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin, 17 Agustus 2020 mengeluarkan pernyataan yang memicu reaksi keras dari Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.

Trump dalam kampanye di Minnesota menyinggung kemunculan wabah baru Virus Corona, COVID-19 di Selandia Baru sebagai bukti bahwa para pengkritiknya, yang menjadikan Selandia Baru sebagai contoh, telah salah.

Dia mengatakan bahwa beberapa negara yang dijadikan model untuk penanganan pandemi COVID-19, kini berkata "Whoops".

"Anda lihat apa yang terjadi di Selandia Baru. Mereka mengalahkannya (COVID-19), mereka mengalahkannya. Itu seperti di halaman depan, mereka mengalahkannya karena mereka ingin menunjukkan sesuatu kepada saya. Masalahnya adalah, ada lonjakan besar di Selandia Baru. Jadi, Anda tahu, itu buruk sekali. Kita tidak ingin itu," kata Trump.

Menurut Presiden AS itu, Selandia Baru mengalami lonjakan besar kasus Virus Corona yang 'buruk sekali' dan tak terkendali.

Terkait hal itu, PM Selandia Baru membantah komentar Presiden AS. Ardern menegaskan Trump 'salah besar' dengan komentarnya.

PM Selandia Baru pada Selasa, 18 Agustus 2020 mengungkapkan kekecewaannya terhadap pernyataan Trump yang melebih-lebihkan kasus COVID-19 di negaranya dan menyebut sebagai 'lonjakan besar' yang sebaiknya dihindari warga Amerika.

Ardern mengatakan, saya pikir siapa saja yang mengikuti COVID dan penularannya secara global, akan dengan mudah melihat bahwa sembilan kasus dalam sehari di Selandia Baru tidak sebanding dengan puluhan ribu kasus di Amerika Serikat, faktanya, itu tidak bisa dibandingkan dengan kebanyakan negara di dunia.

"Jelas, ini salah besar," tegas Ardern membantah pernyataan Trump.

Dia menjelaskan, seperti yang saya katakan, orang-orang yang mengikuti apa yang terjadi di seluruh dunia akan melihat status Selandia Baru, kita masih menjadi salah satu negara yang terbaik di dunia ketika menyangkut soal COVID. Para pekerja kita, lanjutnya, fokus untuk menjaganya tetap seperti itu.

"Jelas, saya pikir tidak ada pembandingan antara klaster terkini Selandia Baru dengan puluhan ribu kasus yang dilaporkan setiap harinya di Amerika Serikat. Jelas, setiap negara menghadapi perjuangannya sendiri dengan COVID-19. Ini virus yang rumit, tapi tidak akan saya gunakan untuk membandingkan status terkini Selandia Baru dengan Amerika Serikat," pungkasnya.

Selandia Baru diketahui menjadi contoh sukses global setelah berhasil mengendalikan penularan lokal COVID-19, tetapi beberapa waktu terakhir, kemunculan klaster penularan baru di Auckland, yang merupakan kota terbesar di Selandia Baru, memaksa pemerintah negara ini menerapkan lockdown.

Selandia Baru memiliki populasi pendudk sekitar 5 juta jiwa, dan hingga Rabu (2/9/2020) pagi tercatat lebih dari 1.757 kasus COVID-19 sejak pandemi muncul sekitar 9 bulan terakhir. Selandia Baru kini masih menangani 129 kasus Corona aktif. Total kematian akibat Corona di negara ini mencapai 22 orang.

Sementara AS dengan populasi sekitar 330 juta jiwa, sejauh ini mencatat lebih dari 6,2 juta kasus COVID-19, dengan lebih dari 188 ribu kematian. AS menempati peringkat pertama dunia untuk total kasus dan total kematian tertinggi akibat pandemi Virus Corona. (RA)