Rahbar Kecam Dukungan Prancis kepada Charlie Hebdo
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei mengecam dukungan pemerintah Prancis kepada aksi penghinaan terhadap Rasulullah SAW oleh Majalah Satir Charlie Hebdo dengan dalih kebebasan berekspresi.
Rahbar menilai kemarahan dan protes umat Islam terhadap penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai indikasi umat Islam masih hidup dan eksis.
Rahbar dalam pidato memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan kelahiran Imam Ja'far Sadiq as pada hari Selasa (3/11/2020) mengatakan bahwa hari ini musuh utama Islam adalah adidaya arogan dan Zionisme yang mengerahkan segenap kekuatannya untuk menghancurkan umat Islam.
Menyinggung penerbitan kartun-kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW di Prancis, Ayatullah Khamenei menegaskan, "Seorang kartunis telah melakukan kesalahan, tapi ini bukan hanya penyimpangan dan kerusakan yang dilakukan seorang seniman. Sebab masalahnya terletak pada kebijakan pemerintah yang mendukung perbuatan salah tersebut. Persoalannya seorang pejabat politik secara eksplisit mendukungnya".
"Pemerintah Prancis mengaitkan masalah ini dengan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Langkah ini justru menjadi kebijakan yang telah merangkul teroris paling kejam di dunia," tegas Rahbar.
Ayatullah Khamenei menyinggung jejak kelam pemerintah Prancis yang dahulu membantu serigala haus darah seperti Saddam selama perang yang dipaksakan terhadap Iran pada tahun 1980-1988, dan juga dukungan Paris kepada kelompok teroris MKO (Mujahedin-e-Khalq Organization) yang telah meneror belasan ribu warga Iran.
Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa pembelaan terhadap kebiadaban dan tindakan kriminal kartunis adalah satu sisi dari mata uang dengan sisi lainnya mendukung rezim Saddam dan kelompok teroris.
"Para teroris telah membunuh presiden, ketua mahkamah agung dan perdana menteri, serta beberapa pejabat Iran, juga 17.000 orang di jalan dan pasar di negara ini," papar Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran.
Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa kemarahan dan protes umat Islam terhadap penghinaan yang dilakukan media Prancis kepada Nabi Muhammad SAW merupakan pertanda bahwa dunia Islam masih hidup, dan tetap mempertahankan identitas keislamannya.
MKO telah melakukan beragam serangan teroris terhadap warga sipil dan pejabat pemerintah Iran sejak kemenangan Revolusi Islam Iran pada 1979. Dari hampir 17.000 warga Iran yang terbunuh dalam serangan teroris selama empat dekade terakhir, sekitar 12.000 telah menjadi korban teror MKO.
AS dan Uni Eropa telah menghapus MKO dari daftar organisasi teroris. Teroris MKO menikmati kebebasan aktivitas di AS dan Eropa dan bahkan mengadakan pertemuan dengan para pejabat Amerika, Uni Eropa dan Arab Saudi.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Kongres MKO di Paris, ibu kota Prancis pada 30 Juni 2018, dihadiri para mantan pejabat tinggi Barat dan Arab, dan para peserta bayaran dari negara-negara Eropa.
Para politisi Barat yang hadir dalam kongres dan konferensi tahunan itu juga memberikan santunan besar untuk MKO agar bisa menggulingkan Republik Islam Iran.
Hanya selama dua tahun dari 1979-1981, anggota teroris MKO telah meneror banyak pejabat, pasukan revolusioner dan warga Iran.
Di antara kejahatan MKO adalah peledakan kantor pusat Partai Republik Islam pada 28 Juni 1981, pemboman kantor perdana menteri Iran, koordinasi aksi bersenjata massa pada Juli 1988 dengan sandi operasi "Forough-e Javidan", serangan secara bersamaan terhadap kedubes dan konsulat Iran di 13 negara pada April 1992, serta peledakan bom di makam Imam Ridha as di kota Mashhad pada 20 Juni 1994 yang merenggut 25 nyawa dan melukai 70 orang.
Kejahatan-kejahatan MKO tersebut mendapat dukungan dari AS, rezim Zionis Israel, Prancis dan sejumlah negara lainnya. (RA)