Nov 28, 2020 16:11 Asia/Jakarta

Media Isarel dan sumber intelijen menyebutkan bahwa Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan rahasia ke Arab Saudi pada hari Minggu, 22 November 2020 untuk mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo.

Seorang anggota kabinet Netanyahu dan Partai Likud yang berbicara secara anonim pada hari Senin, 23 November 2020 mengkonfirmasi laporan bahwa Netanyahu terbang ke Arab Saudi untuk pertemuan rahasia dengan MBS dan Pompeo.

Sebelumnya pada hari itu, radio publik Kan Israel dan Radio Angkatan Darat mengabarkan bahwa Direktur Badan Intelijen Israel (Mossad) Yossi Cohen juga menghadiri pertemuan tersebut.

Pertemuan hari Minggu menandai pertemuan pertama yang diketahui antara pejabat senior Israel dan Arab Saudi, di tengah upaya Pompeo untuk membujuk rezim Al Saud agar mengikuti tetangganya, Uni Emirat Arab dan Bahrain, dalam membangun hubungan diplomatik secara resmi dengan Israel.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengecam pertemuan Putra Mahkota Arab Saudi dengan PM rezim Zionis dan Menlu AS, dan menyebutnya sebagai "penghinaan" terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri menggambarkan pertemuan yang dilaporkan diadakan di Neom di pantai Laut Merah Arab Saudi itu sebagai "berbahaya" dan mendesak pihak berwenang Arab Saudi untuk "mengklarifikasi apa yang terjadi karena ini merupakan penghinaan terhadap hak-hak yang diperjuangkan bangsa Palestina.

Gerakan Jihad Islam juga mengutuk Arab Saudi karena menjadi tuan rumah PM Israel, dan memperingatkan bahwa perkembangan tersebut bisa menjadi awal dari agresi yang lebih luas terhadap bangsa Palestina, umat Islam dan situs-situs suci Islam.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Senin, Jihad Islam mencatat bahwa kunjungan Netanyahu ke Arab Saudi sama dengan pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina, dan pengkhianatan terhadap al-Quds dan kota-kota suci Mekah dan Madinah.

"Kunjungan ke sebuah negara yang mengklaim sebagai penjaga situs suci umat Islam akan mendorong rezim Zionis untuk melanjutkan kebijakan agresifnya yang kejam terhadap tanah suci Palestina," pungkas pernyataan Jihad Islam Palestina. (RA)