Jan 13, 2021 16:53 Asia/Jakarta

Teknologi Besar memberi pengaruh besar pada kehidupan kita, tetapi tampaknya perusahaan Amerika Serikat yang mendominasi industri juga memiliki dampak besar pada bagaimana informasi kita digunakan. Sederhananya, mereka memiliki monopoli tidak hanya atas industri tetapi juga informasi kita.

Pengguna internet, termasuk followers Press TV di platform media sosial seperti YouTube terkejut atas pemblokiran oleh Google terhadap akun-akun media sosial jaringan berita Republik Islam Iran tersebut.

Pada hari Selasa, 10 Desember 2019, Google sebagai raksasa teknologi AS memblokir akses ke akun YouTube Press TV untuk kelima kalinya sejak jaringan ini mendaftar dengan platform berbagi video pada tahun 2009.

Google juga memblokir akun YouTube Hispan TV, sebuah jaringan berita Iran lainnya. Terakhir kali, akses YouTube dan Gmail milik Press TV dan Hispan TV diblokir oleh perusahaan itu pada bulan April.

Press TV adalah media asal Iran dengan kuantitas pembaca dan pengunjung yang cukup banyak. Usai diblokir, para pengunjung media ini mempertanyakan jaringan YouTube Press TV dan Hispan TV yang tak lagi bisa diakses.

Pihak Google hanya menyebut dua media ini telah melanggar kebijakan, tanpa menjelaskan jenis kebijakan yang dilanggar secara detail.

Pihak Press TV dan Hispan TV menilai langkah Google sebagai upaya menyensor produk jurnalistik yang dipublikasikan dua media itu.

Setelah situs Press TV memuat berita tentang pemblokiran Google itu, para pengguna medsos merespon tindakan Google itu.

"Rasa malu yang paling buruk dalam kebebasan pers adalah membungkam suara untuk tidak bersuara," kata seorang pengguna dengan nama "The Truth Hurt For Arrogants," yang dikutip Press TV.

Patricia, pengguna akun lainnya, menyesali bahwa kebenaran terlalu banyak untuk ditangani Google, dan diharapkan kebenaran akan menang atas kepalsuan.

Akun Rebel Savant dalam komentarnya menulis, "Itu karena PressTV memberitahu terlalu banyak orang tentang KEBENARAN. Anda tahu G00gle akan mematikannya."

Pengguna lain juga bertanya, "Apa yang akan dicapai Google dengan langkah ini sejak Press TV telah merebut hati dan pikiran jutaan orang di seluruh dunia?"

Pengguna lainnya menulis, Google bukan "perusahaan multinasional, dan ini adalah perpanjangan dari pemerintah AS dan harus diperlakukan seperti itu."

"Google tidak akan pernah menyensor apa pun yang pro-Israel," kata Abdul dalam komentar di situs Press TV, sementara Tony Gosling dalam tweetnya menulis,  "BBC Pro-Zionis masih tersedia."

Menurut salah satu akun lainnya, Google adalah sekadar pelengkap kekuatan kekaisaran Amerika dan langkahnya memblokir Press TV mengungkap sifat "palsu" atas klaim dukungan Barat kepada kebebasan media.

Sejak Donald Trump menduduki kursi presiden AS pada 2016, Washington mulai menargetkan Iran untuk dilenyapkan. Trump mendeklarasikan kampanye tekanan maksimum terhadap aktivitas ekonomi Iran, terutama di sektor minyak.

Selain itu, Departemen Luar Negeri AS telah meminta perusahaan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter untuk memblokir akun para pemimpin pemerintah Iran.

Web berbagi video milik Amerika, YouTube dalam sebuah aksi yang melanggar kekebasan berekspresi pada awal 2020, menghapus akun saluran televisi Iran berbahasa Inggris, Press TV.

Seperti dikutip laman Farsnews, Kamis (30/1/2020), surat kabar The Times Inggris menyatakan bahwa YouTube menghapus akun milik Press TV di Inggris karena menyebarkan konten anti-rezim Zionis.

Akun Press TV UK – yang berisi ratusan video dan memiliki 28.000 anggota –  dinonaktifkan dan dihapus, beberapa hari setelah pemerintahan terorisme AS membunuh Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani.

Web berbagai foto dan video, Instagram juga menghapus foto-foto Letjen Soleimani yang diposting oleh para netizen.

Jaringan sosial media yang berbasis di AS seperti YouTube, Twitter, dan Instagram telah menghapus ribuan akun dan halaman yang terkait dengan Iran. Tindakan ini dilakukan untuk mendukung aksi terorisme pemerintah AS dan rezim Israel. (RA)