Nabi Muhammad Saw dalam Pandangan Orientalis (24)
Masa jahiliyah dan kebodohan menutupi hati dan pikiran manusia ketika Nabi Muhammad Saw diutus di Jazirah Arab. Ia datang untuk menciptakan revolusi dan perubahan dalam kehidupan jutaan orang pada masa itu.
Rasulullah – dengan seruannya La ilaha illallah, Tidak ada Tuhan selain Allah – menyeru orang-orang kepada ajaran tauhid dan mengajak mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan akhlak.
Nabi Muhammad Saw dengan seruannya kepada Islam, telah menyebarkan cahaya tauhid ke seluruh dunia, dan sekarang setelah berlalu lebih dari 14 abad, seruannya masih terdengar di belahan timur dan barat bumi. Muhammad dipilih sebagai nama yang paling indah dan orang-orang menamakan anaknya dengan nama tersebut.
Laura Veccia Vaglieri adalah seorang peneliti dan orientalis kontemporer dari Italia. Dia adalah profesor sastra Arab dan dosen sejarah Islam di Universitas Napoli, dan telah melakukan penelitian di bidang bahasa Arab dan juga Islam.
Profesor Vaglieri merupakan salah satu editor dan penulis ensiklopedia Islam, dan menulis sebuah buku tentang Islam yang diterbitkan dengan judul, “An Interpretation of Islam”. Dalam bukunya, ia mencoba melakukan analisa ilmiah tentang karakter Muhammad Saw dan risalahnya.
Vaglieri berbicara tentang risalah Nabi Muhammad Saw dan pengaruhnya dalam membawa umat manusia pada ajaran tauhid. Dia menganggap Nabi sebagai pembaru yang agung dan mulia.
“Betapa terhormat dan mulianya tindakan pembaharu ini (Muhammad), seorang pembaharu yang dalam beberapa tahun, mengubah kelompok penyembah berhala yang tidak beradab menjadi sebuah komunitas yang hanya melayani Tuhan Yang Esa dan mengangkat derajat anggota komunitas ini ke posisi akhlak tertinggi,” tulisnya.
Profesor Vaglieri mengatakan, “Nabi Arab – dengan suara yang diwahyukan karena hubungannya yang dekat dengan Tuhan – telah memperkenalkan bentuk monoteisme yang paling murni dan suci kepada para penyembah ajaran takhayul dan sihir serta kepada para pengikut agama Kristen dan Yahudi, di mana para rahibnya telah menyimpang. Dia dengan tegas menyatakan perlawanan terhadap nafsu dan praktik sembahan kuno manusia yang menempatkan makhluk sebagai sekutu Tuhan.
“Muhammad bangkit dengan penuh kerendahan hati dan tawadhu’ untuk mematahkan rintangan egoisme dan pemujaan ego. Sebagai penyeru dan pembawa agama Tuhan, dia bahkan bersikap lembut dan penyayang kepada orang-orang yang memusuhinya. Dalam diri Nabi ini, ada dua sifat istimewa yang disatukan dan keduanya dihormati oleh jiwa manusia yaitu keadilan dan kasih sayang.”
Menurut catatan sejarah, Sayidina Hamzah – paman Nabi Muhammad Saw – adalah salah satu pembesar Mekkah yang dihormati. Ketika dia beriman kepada Nabi dan menerima Islam, para pemimpin suku Quraisy mulai khawatir bahwa Islam akan menyebar dengan cepat.
Utbah bin Rabi'ah, salah satu tokoh besar Quraisy, dalam pertemuan dengan para pembesar suku, berkata bahwa dia akan pergi menemui Muhammad dan memberinya beberapa tawaran sehingga dia bisa meninggalkan ajaran baru dan dakwahnya.
Para pembesar Quraisy pun setuju dan dia pergi menemui Nabi di masjid. Utbah melemparkan kata-kata pujian dan sanjungan kepada Nabi dan mengusulkan jabatan dan kekayaan kepadanya. Setelah ia terdiam, Nabi berkata kepadanya, “Sekarang dengarkan ayat-ayat ini yang menjadi jawaban terhadap apa yang engkau ucapkan.”
“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.” (QS. Fussilat, ayat 1-4).
Nabi kemudian membacakan beberapa ayat lain dari surat Fussilat kepada Utbah. Dia menyimaknya dengan tenang dan terpana oleh kalam Ilahi, dan menatap wajah Rasulullah tanpa berkata apapun. Akhirnya Utbah bangkit dan mendatangi para pemimpin Quraisy. Mereka melihat perubahan di wajahnya dan bertanya, “Utbah, apa yang terjadi?”
Utbah berkata, “Demi Tuhan, aku telah mendengar Muhammad mengucapkan kata-kata yang belum pernah aku dengar dari siapapun sebelumnya. Demi Tuhan, perkataannya bukanlah puisi atau sihir. Aku berpikir bahwa kita harus membiarkan dia berdakwah di antara suku-suku. Jika dia menang dan meraih kekuasaan, ini akan menjadi kehormatan bagi kalian dan kalian akan menikmati kehormatan ini. Jika dia kalah, maka orang-orang akan membunuhnya dan kalian juga akan tenang.”
Para pembesar Quraish mengolok-olok pendapat Utbah dan menganggapnya telah tersihir oleh perkataan Muhammad.
Tidak hanya Utbah dan masyarakat Arab di zaman itu yang terpesona oleh daya tarik al-Quran, tetapi al-Quran juga menyimpan daya tarik yang luar biasa di masa kita sekarang bahkan terhadap orang-orang yang yang tidak akrab dengan rahasia sastra Arab.
Profesor Vaglieri dalam penelitiannya tentang Islam, menggambarkan al-Quran sebagai mukjizat besar Nabi Saw dan menulis dalam bukunya dengan judul “An Interpretation of Islam” sebagai berikut:
“Kitab samawi Islam adalah sebuah contoh dari keajaiban… Al-Quran adalah kitab yang tidak bisa ditiru… Dalam sastra Arab tidak ditemukan contoh lain yang menggunakan gaya bahasa dan metode al-Quran. Pengaruh metode dan gaya bahasa al-Quran terhadap jiwa manusia bukanlah sebuah kebetulan, tetapi bersumber dari keistimewaan dan keunggulannya… Bagaimana bisa kitab yang luar biasa ini berasal dari Muhammad sendiri, padahal ia tidak pernah belajar?”
Dia menambahkan, “Dalam kitab ini kita menemukan harta karun pengetahuan yang melampaui kemampuan orang-orang terpintar dan filsuf terhebat serta negarawan terkuat. Karena semua alasan ini, al-Quran tidak mungkin datang dari orang yang tidak pernah bersekolah, itupun dari seseorang yang seumur hidupnya tumbuh di tengah masyarakat non-religius, yang jauh dari lingkungan para ilmuwan dan ahli agama…
Muhammad adalah seseorang yang selalu menekankan bahwa dirinya sama seperti orang lain. Lalu bagaimana dia bisa membuat mukjizat tanpa bantuan Tuhan Yang Maha Kuasa? Mukjizat terbesar Nabi adalah al-Quran, di mana melalui perantaraanya telah sampai kepada kita sekumpulan deskripsi akurat tentang berbagai peristiwa dan kisah yang teratur. Al-Quran hanya bisa datang dari Tuhan, yang ilmunya mencakup segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.”
Ilmuwan Italia ini menjelaskan, “Meski al-Quran telah dibaca berulang kali di seluruh Dunia Islam, pengulangan yang terus-menerus ini tidak menyebabkan kelelahan di antara para pengikutnya, tetapi sebaliknya pembacaan berulang-ulang setiap hari ini menyebabkan ia lebih dicintai. Membaca atau mendengarkan al-Quran akan membangkitkan rasa kagum di benak pembaca atau pendengarnya. Teks al-Quran tetap terjaga di sepanjang zaman dan berabad-abad setelah diturunkan dan ia tetap dalam bentuk yang sama dan terjaga, selama Tuhan menginginkannya dan dunia masih ada.”
Mengenai perasaan yang ia rasakan setelah mengenal Islam, Profesor Vaglieri mengatakan, “Mengenal ajaran luhur dan makrifat penting tentang Islam dan al-Quran telah menumbuhkan perspektif baru yang mendalam dalam diri saya dan mengubah cara pandang saya tentang alam penciptaan dan filosofi kehidupan secara total.”
“Saya merasa bahwa ajaran Islam, berbeda dengan ajaran Kristen, memandang manusia sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kepribadian, bukan makhluk yang kotor dan terhina… Kitab ini menjelaskan dengan metode yang menarik dan cerdik tentang bagaimana menjalani dan menikmati kesenangan di dunia ini,” ucapnya. (RM)