Feb 03, 2021 10:54 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 3 Februari 2021
    Lintasan Sejarah 3 Februari 2021

Fathimah Az-Zahra as Lahir

1450 tahun yang lalu, tanggal 20 Jumadil Tsani 8 sebelum Hijriah, Sayidah Fathimah az-Zahra putri Nabi Muhammad Saw, terlahir ke dunia.

 

Fathimah az-Zahra dibesarkan dalam bimbingan wahyu dan melewati masa-masa perjuangan menegakkan Islam bersama ayah beliau. Pada tahun ke-2 Hijriah, Sayidah Fathimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib dan sejak saat itu dia melakukan tugas sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, yaitu Imam Hasan, Imam Husain, dan Sayidah Zainab.

 

Beliau membesarkan anak-anaknya dengan ajaran iman dan Islam. Dalam kehidupan sosial, beliau juga berperan dengan menyampaikan kebenaran dan teguh membela haknya. Bahkan sampai meninggalnya, yaitu tak lama setelah wafatnya Rasulullah, beliau masih berjuang menegakkan kebenaran.

 

Fathimah az-Zahra adalah teladan wanita sedunia. Di antara nasehat beliau adalah, "Allah menjadikan keimanan sebagai alat untuk membersihkanmu dari kesyirikan, shalat sebagai alat untuk menyucikanmu dari takabur, kepatuhan kepada kami adalah alat untuk mengukuhkan agama, mengakui kepemimpinan kami adalah alat untuk mencegah keterpecahan, dan kecintaan kepada kami  adalah sumber dari kehormatan Islam."

 

Imam Khomeini Lahir

 

122 tahun yang lalu, tanggal 20 Jumadil Tsani 1320 Hijriah, Imam Ruhullah Musawi Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, terlahir ke dunia di kota Khomein, Iran tengah.

 

Beliau mendapatkan pendidikan agama sejak masa kecil dan melanjutkannya ke Qom. Karena kemampuannya yang tinggi, dengan cepat Imam Khomeini mencapai derajat mujtahid. Selain menguasai masalah fiqih, beliau juga ahli di bidang filsafat dan sufisme dan bahkan menciptakan syair-syair sufi. Beliau memulai aktivitas politiknya sejak masih muda namun semakin meningkat sejak tahun 1953. Akibatnya, beliau kemudian dibuang ke Turki, lalu ke Irak.

 

Selama 14 tahun masa pembuangannya, beliau mampu mendidik murid-murid yang kemudian menjadi tokoh pejuang melawan rezim tiran dan dengan berbagai cara mampu mengungkapkan esensi rezim Syah yang anti agama dan anti rakyat. Akibatnya, rakyat semakin sadar atas kebobrokan rezim Shah dan semakin meningkatkan perlawanan mereka terhadap Shah. Akhirnya, pada tahun 1978, Shah Reza melarikan diri ke luar negeri.

 

Imam Khomeini pada tahun itu pula kembali ke Iran dan mendirikan Republik Islam Iran. Selama sepuluh tahun beliau memimpin pemerintahan Islam yang menghidupkan nilai-nilai Islam dan menentang campur tangan para imperialis Barat di dunia ketiga. Imam Khomeini menunjukkan kepada dunia sebuah sistem pemerintahan baru dan membuktikan kecemerlangan serta kemampuan Islam untuk menegakkan sebuah pemerintahan yang kuat dan berpihak kepada nilai-nilai kemanusiaan.

 

Imam Khomeini juga banyak meninggalkan karya tulis, di antaranya "Asrarus-Shalah", "Misbahul Hidayah", dan "Wilayatul Faqih". Kumpulan khutbah dan pesan-pesan beliau tercatat dalam buku "Shahifatun-Nur" yang berjumlah 21 jilid. Kumpulan syair sufi beliau juga telah diterbitkan.

 

Imam Khomeini

 

Peletakan Batu Pertama Universitas Tehran

 

86 tahun yang lalu, tanggal 15 Bahman 1313 HS, peletakan batu pertama Universitas Tehran.

 

Rencana pembangunan Universitas Tehran pada tahun 1313 Hs telah diserahkan kepada Majlis Syura Melli dalam bentuk draf dan setelah diratifikasi pada tanggal 15 Bahman 1313 HS dilakukan peletakan batu pertama.

 

Universitas Tehran dibentuk dari sekolah-sekolah tinggi waktu itu seperti sekolah tinggi kedokteran, sekolah tinggi hukum dan sekolah tinggi sains. Universitas Tehran di awal pembentukannya mencakup 6 fakultas dengan nama, kedokteran, sosial, pendidikan, politik, ekonomi dan teknik. Rektor Universitas Tehran sejak awal pendiriannya hingga tahun 1317 HS dipegang oleh Doktor Isa Seddighi dengan dibantu oleh Doktor Ali Asghar Hekmat.

 

Independensi Universitas Tehran dari sisi manajemen dan teknik terjadi di masa kementerian Doktor Ali Akbar Siyasi pada 1321 HS dan untuk pertama kali sesuai dengan undang-undang independensi universitas, dekan fakultas dipilih dari para dosen dengan pemilihan yang berlangsung di antara mereka. Sementara rektor juga dipilih dari para dekan lewat Dewan Universitas.

 

Pesawat NATO Hantam Kereta Gantung

 

23 tahun yang lalu, tanggal 3 Februari 1998, sedikitnya 20 orang di Italia tewas saat pesawat terbang militer milik pasukan NATO menghantam jaringan kereta gantung.

 

Kecelakaan tersebut terjadi di resort Cavalese, tidak jauh dari kota Trento, Italia. Para korban, yang mayoritas turis Jerman, sedang menaiki kereta gunung menuju Gunung Cermis saat kecelakaan terjadi.

 

Saat kereta berada di ketinggian, sebuah pesawat terbang NATO terbang rendah dan menghantam tali yang menahan kereta. Akibatnya, kereta gantung naas tersebut jatuh dan langsung terhempas ke tanah.

 

Saat ditemukan kondisi kereta dan para turis sangat mengenaskan. Keempat dinding kereta hancur dan kedua puluh turis tewas terhimpit di bawah panel baja. Satu kereta gantung lain yang berjalan berlawanan berhasil selamat setelah sempat tergantung selama empat jam.

 

Pesawat NATO sendiri berhasil selamat setelah mendarat darurat di pangkalan udara Aviano di Italia utara. Setahun kemudian, Kapten Richard Ashby, pilot pesawat, diadili di Kamp Lejeune di Amerika Serikat.

 

Jaksa militer menuduh Ashby terbang terlalu cepat dan rendah serta melakukan manuver yang tidak lazim.  Namun tuduhan tersebut dibantah Ashby yang menyalahkan kerusakan instrumen pesawat sebagai penyebab kecelakaan.

 

Setelah menjalani persidangan selama setahun, pada bulan Maret 1999, pengadilan militer AS akhirnya membebaskan Ashby karena tidak terbukti melakukan pembunuhan. Namun, selang dua bulan, Ashby kembali ditangkap karena terbukti menyembunyikan bukti video yang merekam aktivitas pesawatnya saat terjadi kecelakaan.[]

Tags