13 Rajab, Lahirnya Mentari Keadilan
Tanggal 13 Rajab 30 Tahul Gajah terjadi sebuah peristiwa aneh yang tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia dan peristiwa itu tidak akan terulang kembali. Di hari tersebut lahir Ali bin Abi Thalib as di Ka'bah, rumah Allah Swt.
Dari Ka'bah terdengar suara agung
Terdengar suara indah Allah Swt
Dengarkan ketika pembawa wahyu berkata benar
Buka rangkulan ketika Ali datang
Kami mengucapkan selama atas kelahiran Ali bin Abi Thalib as, mentari keadilan manusia, sepupu dan menanti Muhammad Saw, Washi dan pengganti Rasulullah Saw kepada Anda sekalian pecinta Ahlul Bait Nabi Saw.
Hari ini tanggal tiga belas bulan Rajab, menjelang tahun baru Iran, Nowruz, yang bertepatan dengan hari kelahiran Imam Ali as, pribadi besar dan agung seperti samudera bergelombang, dapat dilihat dari berbagai dimensi dan dan akan ada kejutan di setiap dimensinya.
Kebersamaan hari ini dengan Nowruz dan musim semi menambah berkah dan mengingatkan kata-kata indah Imam Ali as, ketika menjelaskan akan musim semi:
"Dan bumi, dengan taman-taman yang indah, mengundang semua orang ke kegembiraan, dan dengan gaun kelopak halus yang dikenakannya, secara mengejutkan menginspirasi setiap pengunjung dan dengan ornamen yang menghiasinya berhasil menghias kebanggaannya dan setiap pengunjung terpesona..."
Imam Ali memandang padang rumput sebagai kuratif dan menggembirakan dan mengirim hati ke perjalanan ke dunia yang indah, dan mengingatkan, "Setiap hari ketika Anda tidak melakukan dosa, maka hari itu adalah hari raya."
Pada tanggal 13 belas Rajab tahun 30 yang dikenal dengan Tahun Gajah, ada peristiwa aneh yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia dan tidak diulang setelahnya. Pada hari ini, Ali as lahir di rumah Allah. Ayahnya, Abu Thalib adalah putra Abdulmutallab ibn Hasyim bin Abdul Manaf (paman Nabi) dan ibunya, Fatima, putri Asad bin Hasyim. Jadi Imam Ali as merupakan keturunan Hasyim dari sisi ibu dan ayah.
Muhammad al-Maliki mengatakan, "Ali dilahirkan di dalam Ka'bah di Mekah pada hari ketiga belas bulan Tuhan, Rajab tahun ke-30 Tahun Gajah ... Sebelum dia, tidak ada yang lahir di dalam Ka'bah dan kelahiran ini merupakan keutamaan yang diberikan Allah Swt kepada Ali as, demi menghormatinya dan meningkatkan levelnya serta mengungkapkan martabat dan kebesaran hatinya."
Hakim Neishaburi juga mengatakan, "Kelahiran Ali as di Ka'bah beritanya telah datang kepada dalam bentuk mutawatir. Sejauh ini belum ada yang mencapai keutamaan ini."
Kelahiran di dalam rumah Ka'bah, dengan cara seperti dinding Ka'bah yang terbelah dan Fatima Binti Asad, masuk ke dalam, kemudian keluar dengan memeluk seorang anak, mengungkapkan kebesaran kepribadian dan martabatnya.
Namun Ali as di kemudian hari dengan perilakunya membuktikan kelayakannya. Ali as dianggap sebagai mukjizat dari pendidikan Nabi Muhammad Saw. Karena dia adalah nafas dan jiwa Nabi Saw, saudara laki-laki dan penggantinya. Nabi Muhammad Saw mengenalkannya sebagai pintu ilmu dan kebijakan dan berkata, "Saya adalah kota ilmu dan Ali sebagai pintu gerbangnya. Barangsiapa yang menginginkan ilmu harus memasukinya lewat pintu ini." Atau di tempat lain berliau bersabda, "Aku adalah rumah kebijaksanaan dan Ali adalah pintunya."
Faktanya, kepribadian Ali as adalah kombinasi elemen yang masing-masing mampu mengantarkan manusia ke puncak kesempurnaan. Bahwa Ali as adalah hamba Tuhan terbaik dalam ibadah dan kesalehan, menjadi atribut spiritualnya yang paling indah. Ali telah mendengar munajat doa Nabi dan dalam kesendiriannya, ia memahami keakraban dan kedekatan beliau dengan Allah. Dengan demikian, dia adalah orang pertama yang percaya pada Islam dan setiap bagian dari dirinya terpesona dan tertarik oleh cinta dan penyembahan kepada Tuhan. Untuk kerelaan dan kedekatan kepada Allah Swt, ia mengambil langkah menuju Tuhan dan dikarenakan ia menjadi hamba Allah, Dia layak dan harus disembah. Ali seperti tenggelam dalam gelombang di samudera kebenaran dan semua gerakan dan tindakannya menjelaskan akan dirinya cinta kebenaran, sehingga Nabi Saw ketika menjawab mereka yang menentangnya berkata, "Jangan salahkan Ali karena ia terpesona dengan Zati Ilahi."
Dalam kesabaran dan memberi maaf, Ali mengalahkan semua orang. Tingkat kesabaran yang paling tinggi dapat dilihat dalam pertempuran Jamal dan dalam memperlakukan musuh, terutama Marwan bin Hakam dan Abdullah bin Zubair. Imam, sekalipun menguasai mereka, tapi memaafkan mereka. Ali as tidak mengutuk dan menghukum siapa pun dari mereka yang mengikuti Jamal. Petugas beliau yang sering mengumpulkan masyarakat dengan suaranya berkata, "Siapa saja yang melarikan diri dari medan perang tidak boleh dikejar, tidak boleh melakukan apa-apa terhadap mereka yang terluka dan tidak ada tawanan yang akan dibunuh. Siapa saja yang meletakkan senjatanya akan aman." Beliau tepat melakukan seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dalam peristiwa pembebasan kota Mekah.
Dalam pertempuran Siffin, pertama-tama pasukan Syam menutup aliran air baginya dan para sahabatnya serta mencegah beliau untuk mengakses air. Tetapi ketika perang pecah dan Imam Ali as dan para sahabatnya menguasai medan perang, mereka bertanya kepadanya, "Apakah kita menutup jalur air ke pasukan Syam, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap kita?" Imam Ali as menjawab, "Demi Allah! Aku tidak akan pernah melakukan apa yang sebelumnya mereka lakukan."
Kebebasan dalam logika Ali as adalah salah satu sifat dan fitrah manusia dan harus dipertahankan dan ditegakkan. Para penentang Imam Ali as secara bebas mengekspresikan pendapat mereka di mana-mana, dan Imam, dirinya dan para sahabatnya menghadapi mereka dengan pendapat bebas, berbicara dan berdebat satu sama lain.
Para musuh datang ke masjid dan menyebabkan gangguan dalam ceramah dan pidato Ali. Suatu hari, Amirul Mukminin berada di atas mimbar. Seorang pria datang dan bertanya. Ali as segera menjawab. Salah satu orang asing berteriak di antara orang-orang, "Semoga Allah membunuh! Betapa banyak ulama." Yang lain ingin menahannya, tetapi Imam berkata, biarkan dia pergi, dia hanya mengutuk saya."
Seorang khawarij tidak mengikuti Ali as dalam shalat berjamaah, karena menganggapnya sebagai orang kafir. Mereka pergi dengan bebas ke masjid dan tidak melakukan shalat dengan Ali dan bahkan mengganggunya.
Setelah Uthman, beberapa datang ke Imam Ali untuk membaiatnya. Beliau berkata, "Rakyat harus membuat keputusan sendiri." Imam berkata kepada masyarakat, "Masalah pemerintahan adalah tentang urusan Anda sendiri dan itu adalah hak Anda untuk memilih wali Anda sendiri dan tidak ada yang memiliki hak untuk memaksakan seseorang pada Anda."
Keadilan adalah salah satu bagian yang paling indah dari karakter Amir al-Mu'minin as. Jika Ali as tidak ingin menghormati keadilan dan lebih memilih status dan karakternya daripada kepentingan dunia Muslim, beliau akan menjadi khalifah yang paling sukses dan paling kuat. Tetapi beliau begitu tegar di jalan kebenaran sehingga ketika saudara laki-lakinya Aqil meminta sesuatu dari Baitul Mal, beliau meletakkan api di tangannya dan mengingatkannya akan azab akhirat. Keadilan Imam Ali as adalah simbol keadilan Islam. Dalam ajaran Imam Ali as dikatakan, "Allah menjadikan keadilan sebagai penunjang manusia. Keadilan adalah cahaya Islam. Islam tanpa keadilan adalah cahaya yang tidak bercahaya.
Ali as selalu berusaha membuat jalan sejarah berada dalam konteksnya yang sebenarnya. Beliau tabah dalam mengejar kebaikan umat. Begitu Rasulullah Saw meninggal dunia, masyarakat yang waktu itu memilih jalan yang salah dalam memilih pemimpin setelahnya, tapi hal itu tidak membuat Imam Ali as mengambil keputusan tergesa-gesa. Mereka yang berkuasa waktu itu, khususnya Utsman, jelas-jelas merasakan hal ini, tetapi kondisi yang ada menghalanginya untuk menjalin hubungan yang hangat dan bersahabat dengan Imam Ali as. Ibn Qutibah mengatakan, "Suatu hari, ketika Utsman berkata kepada Ali as, "Wahai Abul Hasan! Aku tidak tahu apakah aku menginginkan kematianmu, atau aku menginginkan hidupmu. Demi Allah! Jika engkau mati, tidak ingin tinggal sepeninggalmu demi orang lain, karena aku tidak akan menemukan orang sepertimu. (al-Imamah wa al-Siyasah, jilid 1, hal 36)
Hambatan utama bagi kesehatan tubuh dan jiwa manusia adalah mencintai dunia, sedemikian rupa sehingga individu dan komunitas menjalin hubungan rendah dengan urusan kehidupan. Ali as sebagai penguasa masyarakat Islam, memiliki semua sumber daya dan kekayaan Muslim yang besar. Beliau adalah kepala negara yang sangat luas ini, dengan kekuatan itu dan semua sumber daya dan kekayaan pada waktu itu, tetapi tidak sedikitnya terpolusi dengan keindahan dunia. Suara Ali ini dalam ruang penciptaan dan ruang hidup manusia masih menggaungkan resonansinya. Beliau berkata, "Efek dunia, keindahan yang menarik, hasrat yang menyeret orang terkuat kepadanya. Wahai dunia! pergi temui orang lain dan tipu orang lain. Karena tangan Anda tidak akan sampai kepada orang seperti Amirul Mukminin as."
Pengabaiannya terhadap nafsu kehidupan dan kemewahan dunia sedemikian rupa sehingga beliau bekerja di kebun kurba dan kerja sebagai kewajiban, tetapi hasil dari upaya ini adalah menghijaukan tanah dan memenuhi kebutuhan orang lain.
Rasulullah Saw dengan memperhatikan pelbagai keutamaan Ali as dan kebesaran maqamnya bersabda, "Siapapun yang ingin "Adam" dengan pengetahuannya, "Nuh" dengan ketakwaannya, "Ibrahim" dengan kesabarannya, "Musa" dengan kewibawaannya dan "Isas" dengan ibadanya, maka lihatlah Ali bin Abi Thalib as. (Irsyad al-Qulub, hal 217)
Sekali lagi, kami mengucapkan selamat kepada semua umat ISlam atas kelahiran Imam Ali as dan kami berharap akan dapat mengikuti jalan-Nya di jalan keadilan dan kebenaran.