Akar Konflik Saudi-Qatar
Meskipun empat negara Arab secara bersamaan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar, tapi tidak diragukan lagi Arab Saudi-lah yang mengawali aksi tersebut, kemudian diikuti oleh tiga sekutunya yaitu: Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir.
Salah satu faktor terpenting munculnya friksi antara Arab Saudi dan Qatar adalah upaya Doha untuk keluar dari bayangan Riyadh yang mengklaim sebagai kekuatan nomor satu di kawasan. Terkait hal ini, Kristian Coates Ulrishsen dalam tulisannya yang dimuat di situs The Atlantic (5/6/2017) menyebut sikap independen Qatar, dan keluarnya Doha dari pengaruh Riyadh sebagai masalah utama friksi antara kedua negara Arab itu.
Pertanyaan penting yang muncul, bagaimana negara kecil seperti Qatar bisa keluar dari bayangan Arab Saudi, dan Doha menunjau ulang kebijakannya di kawasan Timur Tengah? Pemerintah Qatar, terutama sejak naiknya Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani di tahun 1995, yang menerapkan tiga kebijakan utama di sektor ekonomi, media dan pariwisata. Tiga kebijakan tersebut menjadikan Qatar dengan luas wilayah yang kecil, bisa menjadi sebuah negara berpengaruh, aktif dan menjadi kompetitor bagi Arab Saudi di kawasan.
Selama satu dekade terakhir kemajuan ekonomi Qatar membuat banyak negara berdecak kagum, bahkan menimbulkan kedengkian bagi sejumlah negara, termasuk tetangganya Arab Saudi. Investasi besar di sektor gas dan pemanfaatannya untuk pembangunan negara menyebabkan Qatar berubah dari negara miskin menjadi negara dengan tingkat PDB tertinggi di dunia pada paruh kedua dekade pertama abad ke-21.
Parameter ekonomi seperti produk domestik bruto yang sangat tinggi dibarengi dengan tidak adanya masalah di bidang pengangguran, kemiskinan dan inflasi menunjukkan posisi penting perekonomian Qatar di arena internasional. Selain itu, negara Arab ini menjadi pemain penting di tingkat dunia. Qatar juga terbilang sukses menjalankan sektor pariwisata, dan bidang pendidikan dibandingkan negara-negara Arab lainnya.
Berbeda dengan kebanyakan negara Arab, Qatar tidak menyandarkan pendapatan negaranya dari sektor minyak, tapi dari gas alam. Berdasarkan laporan yang diperoleh dari OPEC-Gas, Qatar memiliki cadangan gas lebih dari 25 triliun meter kubik, yang menempatkan negara ini sebagai pemilik gas terbesar ketiga di dunia. Sebanyak 14 persen pasokan gas alam dunia berasal dari Qatar. Sebanyak 80 persen gas alam negara ini diekspor sejak tahun 2006, yang menjadikan Qatar sebagai pengekspor LNG terbesar di dunia.
Pemerintah Qatar mengalokasikan pendapatan yang besar dari penjualan gas untuk sektor non-energi. Doha menerapkan kebijakan keragaman produk ekonomi demi mengurangi ketergantungan perekonomian negaranya dari penjualan gas. Oleh karena itu, pemerintah Qatar membangun sektor industri, konstruksi, transportasi, pendidikan, pariwisata, dan bursa saham perusahaan raksasa internasional.
Pemerintah Qatar menanam investasi di berbagai negara dunia, terutama di AS, lebih khusus di sektor konstruksi. Setidaknya ada sua target besar yang ingin dicapai Qatar dengan upayanya tersebut. Pertama untuk meraih keuntungan ekonomi dari investasi tersebut. Kedua, untuk mendapatkan keuntungan politik dengan naiknya prestise Qatar di tingkat dunia.
Qatar menanam investasi besar di AS dengan menggandeng perusahaan mitranya di negara ini. Selain mengejar laba, investasi tersebut untuk mendekatkan hubungan politik antara Doha dan Washington, sekaligus mengenalkan Qatar kepada masyarakat AS.Misalnya perusahaan investasi properti Diyar yang dibentuk tahun 2005 oleh badan investasi Qatar menggelontorkan dana senilai 650 juta dolar di tahun 2010 untuk membiayai proyek satu miliar dolar City Center Wahington. Dengan besarnya investasi yang ditanam menjadikan Qatar sebagai pemilik saham terbesar proyek tersebut.
Di sektor sosial, Qatar juga tidak segan-segan mengucurkan bantuan kepada AS. Ketika badai Katrina melanda AS di tahun 2006, pemerintah Qatar memberikan bantuan kepada korban topan terbesar di AS itu. Terkait hal ini, pejabat Qatar mengatakan, “Anda tidak akan pernah tahu, mungkin suatu hari kami akan menghadapi badai serupa Katrina,”.
Selain di AS, Qatar juga menanam investasi di sektor industri olahraga sebagai salah satu sponsor utama klub sepakbola Barcelona yang melambungkan nama negara Arab ini yang dipasang di kaos tim sepak bola papan atas dunia itu.
Selain ekonomi, Pemerintah Qatar menanam investasi di sektor media dengan didirikannya jaringan media Aljazeera. Media internasional ini dibentuk tahun 2006 atas instruksi langsung dari emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani. Aljazeera didirikan dengan menguras dana pertama sebesar 150 juta dolar dalam lima tahun, dan kemudian setiap tahunnya menghabiskan 30 juta dolar.
Sebagian analis media menilai Aljazeera sebagai media baru yang diperhitungkan di kancah internasional. Sebab, Aljazeera bukan hanya menjadi televisi pertama dunia Arab yang tayang 24 jam penuh, tapi juga menghadirkan para analis dan bintang tamu yang hadir dengan pandangan yang beragam, termasuk berani mengkritik pada penguasa Arab. Sebelum Aljazeera berdiri, media kawasan tidak diperbolehkan untuk mengkritik penguasa-penguasa Arab, dan masalah ini menjadi sebuah prinsip bagi media Arab hingga kini, sebagaimana yang diadopsi oleh Al-Arabia.
Berkaitan dengan kinerja Aljazeera di dunia Arab, Thomas Friedman di tahun 2001 mengatakan, Aljazeera bukan hanya peristiwa terbesar bagi media dunia Arab, tapi juga peristiwa politik. Sebagian analis media seperti Lawrence Pintak menilai bahwa revolusi Arab dimulai dari Aljazeera. Sebab, tanpa liputan media Aljazeera, masyarakat Arab tidak akan menyetujui penggantian penguasa, yang memegang kendali kekuasaan selama beberapa dekade.
Sebagian lainnya seperti Wadah Khanfar, mantan direktur utama Aljazeera, dan Nabeel Rihani, reporter Aljazeera di Tunisia, berkeyakinan bahwa Aljazeera bukan alat revolusi, dan tidak membuat revolusi, tapi Aljazeera menjadi pusat perubahan, ketika perubahan mulai terjadi di negara-negara Arab. Jika perubahan menjadi hal yang sulit dilakukan di dunia Arab, Aljazeera dengan kinerja dan liputan medianya berperan meudahkan perubahan tersebut.
Nabeel Rihani memberikan penjelasan menggunakan analisis determinisme Marxian dengan mengatakan, “Ketika Marx berbicara tentang peran manusia dalam sejarah, ia menjelaskan dengan perumpamaan kondisi seorang wanita yang mengandung dan harus melahirkan bayinya. Tapi kehadiran seorang bidan akan memudahkan kelahirannya. Dunia Arab seperti wanita yang mengandung yang memiliki potensi untuk revolusi yang dalam dan radikal. Aljazeera memainkan peran sebagai bidan untuk memudahkan perubahan tersebut.”
Di bidang pariwisata, Qatar menanam investasi besar. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Periwisata Dunia, industri pariwisata secara langsung berkontribusi sebesar 3,4 miliar dolar terhadap Qatar atau setara 1,8 persen produk domestik bruto (PDB) negara ini. Pengembangan infrastruktur pariwisata yang didukung besarnya investasi di sektor ini menyebabkan pariwisata menjadi salah satu dari sumber pendapatan Qatar.
Industri pariwisata Qatar saat ini mengisi 6,7 persen PDB negara Arab ini. Investasi pemerintah Qatar di bidang pesawat, hotel, olahraga dan pendidikan meningkatkan posisi pariwisata Qatar. Di bidang penerbangan, Qatar Airways yang didirikan tahun 1994, saat ini menjadi salah satu maskapai terkemuka di dunia. Qatar Airways dalam waktu yang tidak terlalu lama melejit didorng oleh gencarnya promosi pemerintah Doha untuk melambungkan maskapai nasionalnya itu.
Bidang olahraga juga menjadi bidikan Qatar untuk mendongkrak prestise negara Arab ini sebagai penyelenggara even-even penting di tingkat Asia dan dunia. Keberhasilan Qatar dalam membangun infrastruktur olahraga menjadikan negara ini dilirih sebagai tuan rumah piala dunai 2022. Strategi lima tahun Qatar dari tahun 2011 hingga 2016 untuk meloloskan negaranya menjadi tuan rumah piala dunia 2022 mempengaruhi perekonomian negara ini.
Pemerintah Qatar juga menanam investasi besar di sektor pendidikan untuk meningkatkan kualitasnya, terutama untuk pendidikan tinggi. Upaya tersbeut berhasil menarik ribuan mahasiswa dari berbagai negara untuk belajar di negara ini.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan telah dimulai dengan didirikannya Qatar institute di tahun 1995, dan tiga tahun kemudian dibentuklah kota pendidikan. Tidak hanya itu, Qatar juga mengembangkan ekonomi berbasis sains dan teknologi. Qatar selama beberapa tahun terakhir menggelontorkan 40 miliar dolar untuk membiaya proyek pendidikan, termasuk meningkatkan hubungan dengan universitas-universitas papan atas dunia di negara-negara Barat.Kebijakan tersbeut berhasil mendorong peningkatan jumlah mahasiswa untuk menempuh pendidikan di negara Arab ini.
Terkait investasi pendidikan yang dilakukan pemerintah Qatar, Anohirvan Ehtishami, profesor hubungan internasional di Universitas Durham, Inggris mengatakan, “Pendirian cabang universitas terkemuka dunia di Qatar merupakan rekayasa model baru pendidikan tinggi yang menyebabkan negara ini menjadi poros pendidikan di kawasan Timur Tengah.
Rangkaian kebijakan Qatar yang berhasil mendongkrak negaranya menjadi kekuatan baru di kawasan menyebabkan Arab Saudi memandang Doha sebagai kompetitor regional. Tapi alih-alih belajar dari kemajuan negara lain, dan menjadikan Doha sebagai mitranya, Riyadh justru menjadikan Qatar sebagai musuh dan puncak dari permusuhan tersebut adalah pemutusan hubungan bilateral yang dilakukan dengan menggiring negara lain untuk mengamininya.