Imam Baqir: Siapa Yang Taat Kepada Allah Adalah Teman
(last modified Wed, 06 Mar 2019 14:08:33 GMT )
Mar 06, 2019 21:08 Asia/Jakarta
  • Imam Baqir as
    Imam Baqir as

Seorang pria tua setiap hari duduk di masjid Madinah. Ia menggunakan sorban berwarna hitam. Pandangannya mengarah pada kerumunan. Tiba-tiba dengan suara nyaring ia berkata, "Wahai Baqir al-Ulum!" Orang-orang memandangnya dengan takjub.

Pria tua itu adalah Jabir bin Abdullah al-Anshari, sahabat Nabi Muhammad Saw. Seorang pria bijak dan ilmuan yang banyak meriwayatkan hadis Nabi Saw dan menulis banyak hadis di lembaran-lembaran. Ketika Jabir melihat orang-orang takjub, ia menoleh kepada mereka dan berkata, "Saya mendengar dari Nabi Allah Saw bahwa beliau bersabda, 'Wahai Jabir! Engkau akan tetap hidup hingga menjumpai anak saya dari keturunan Husein as. Mereka menamakannya Muhammad bin Ali dan ia pembelah dan pengungkap terbaik ilmu agama (Baqir al-Ulum). Engkau akan bertemu dengannya. Kalau engkau bertemu dengannya, sampaikan salamku kepadanya.' Sekarang saya menanti saat ini dengan tidak sabar."

Penantian Jabir berakhir. Ia mengenali Baqir al-Ulum dari aroma wangi imamah, kondisi malakuti dan kehangatan wujudnya. Beliau masih kanak-kanak yang kemudian berjalan di depannya. Jabir memperhatikan anggota tubuhnya dan gaya jalannya seraya berkata, "Aku bersumpah demi Tuhan Ka'bah!" Beliau adalah representasi lengkap dari Nabi Saw. Setelah itu, ia bertanya kepada Imam Sajjad as, "Siapa anak ini?"

Imam Sajjad as menjawab, "Imam setelah aku; anakku Muhammad Baqir."

Mendengar nama suci itu, seperti orang yang tali jantungnya robek, Jabir segera bangkit lalu mencium kaki Imam Baqir dan berkata, "Aku sebagai tebusanmu wahai putra Nabi Saw. Terimalah salam dari kakekmu Muhammad Saw yang mengucapkan salam kepadamu."

Mendengar itu, mata Imam Baqir dipenuhi dengan air mata sambil berkata, "Salam dan kedamaian untuk kakekku Muhammad Saw yang membuat langit dan bumi tetap ada. Dan kepada wahai Jabir! Orang yang menyampaikan salamnya kepadaku."

Pada hari kelahiran Imam Muhammad Baqir as dan tibanya bulan Rajab, terimalah ucapan selamat kami yang tulus kepada Anda.

Bulan Rajab menawarkan babak baru dalam buku kehidupan manusia yang penuh dengan aroma munajat. Rajab, bulan tauhid dan berbicara kepada Allah Swt. Bagi mereka yang ahli munajat, bulan ini telah dinanti sejak setahun lalu, untuk menyendiri bersama Allah Swt di malam-malamnya lalu menyampaikan rahasia hati kepada-Nya. Betapa indah kondisi para pencari kebenaran, dimana mereka mampu mencerabut hati dari segala kebergantungan dan seluruh keinginannya diarahkan kepada Sang Pemilik Hati.

Pada bulan ini mereka memanggil, "Aku telah memotong perhatianku dari segala sesuatu dan hanya bergabung dengan-Mu, sementara hasratku hanya untuk-Mu. Karenanya, Engkau menjadi tujuanku, bukan selain-Mu dan hanya Engkau aku terjaga di malam hari dan mengurangi tidurku. Selamat atas tibanya bulan Rajab dan kelahiran Imam Muhammad Baqir as.

Periode kehidupan Imam Muhammad Baqir as di kota Madinah, difokuskan untuk penyebaran ajaran agama dan mendidik murid-murid berprestasi. Terlepas dari kondisi yang tidak menguntungkan bagi masyarakat Islam, Imam Baqir as memulai upaya serius dan masif di bidang sains dan pendidikan Islam, di mana kebangkitan ini mengarah pada gagasan dan pendirian sebuah universitas besar Islam yang dinamis dan hebat dan di masa Imam Shadiq as mencapai puncaknya.

Hauzah ilmiah di masa Imam Baqir as sangat luas dan tidak terbatas pada bidang tertentu, tetapi di berbagai jurusan yang beragam dari makrifat Islam seperti tafsir, ulum al-Quran, hadis, fiqih dan disiplin ilmu populer lainnya di masa itu seperti astronomi dan sejarah memiliki banyak siswa berprestasi. Salah satu murid menonjol dari Imam Muhammad Baqir as adalah Jabir bin Yazid al-Ju'fi. Ia berasal dari Kufah. Mengenai awal pertemuannya dengan Imam Baqir as, ia berkata, "Saya masih muda dan datang ke Imam Baqir. Imam berkata kepada saya, "Dari mana dari untuk apa engkau datang ke sini?" Saya menjawab, "Saya berasal dari Kufah dan saya datang ke Madinah untuk belajar ilmu pengetahuan dari Anda." Ketika itu, Imam Baqir menyambut saya dengan baik dengan wajah berseri-seri seraya memberi saya sebuah buku.

Dengan demikian, Jabir ditempatkan dalam barisan para murid dan penolong Imam Baqir as. Selama waktu ini ia berhasil mengumpulkan banyak pengetahuan dan menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan detil. Ia mengatakan, " Penerus dan pewaris ilmu pengetahuan para nabi adalah Muhammad bin Ali as. Ketika beliau berkata kepada saya tentang sesuatu dan dikarenakan posisi keilmuan saya tidak setara dengan posisi Imam as, saya tidak menyampaikan pendapat saya sendiri."

Imam Baqir as seperti para Imam Maksum as lainnya adalah versi nyata dari ayat-ayat al-Quran yang bercahaya. Semua sifat yang baik dan keutamaan akhlak berada dalam diri mereka dalam derajat paling sempurna. Imam Baqir as berada pada level tertinggi dalam keilmuan, sehingga semua ilmuan dan ulama, termasuk ulama Sunni dan Syiah, berpendapat bahwa Imam Baqir as adalah orang yang paling menguasai agama pada masanya. Terlepas dari otoritas ilmiah, Imam Baqir as selalu memiliki kehadiran yang konstruktif dan efektif di masyarakat. Kesabaran dan toleransi dalam hubungan sosial, perlakuan terhadap orang-orang yang kekurangan, infak dan pengorbanan, keakraban dan kasih sayang terhadap keluarga, adalah salah satu ciri khas yang paling menonjol.

Dalam buku-buku Hadis disebutkan, suatu hari ada seorang seseorang menampakkan diri sebagai seorang zuhud dan abid mendekati Imam Baqir as yang sedang berada di kebunnya. Ia mendekati beliau dan berkata, "Seseorang dengan kepribadian agung seperti Anda tidak boleh keluar rumah untuk mencari dunia. Seluruh badan Anda telah mengeluarkan keringat, bila kematian menjemput Anda, bagaimana Anda akan menghadap Allah? Imam Baqir as menjawab kepadanya, "Jika kematianku datang, aku akan menghadap Allah Swt dalam kondisi sedang beribadah. Ibadah tidak hanya zikir dan shalat. Saya bekerja agar tidak meminta kepada orang lain seperti Anda dan saya akan takut kepada kematian ketika tidak taat kepada Allah."

Imam Baqir as tidak mengabaikan masalah politik bersamaan dengan aktivitas ilmiah dan budayanya. Setiap kali ada kesempatan, beliau mengungkap wajah-wajah jelek penindas rezim Umayah dan melarang pengikutnya untuk bekerja sama dengan rezim tiran. Seseorang bertanya kepada Imam Baqir as, "Sejak zaman Hajjaj bin Yusuf hingga sekarang saya terus menjadi gubernur. Apakah mudah bagi saya untuk bertobat?" Imam tidak menjawab dan saya bertanya lagi, lalu Imam menjawab: "Selama Anda tidak membayar hak setiap orang yang engkau renggut, Anda tidak akan bisa bertobat."

Salah seorang pengikutnya, Abdul Ghafar bin Qasim, berkata, "Saya berkata kepada Imam Baqir as, 'Apa pendapat Anda tentang saya yang mendekati raja dan sering bolak-balik ke istana?' Imam berkata, "Menurut saya, apa yang Anda lakukan tidak maslahat buatmu.' Saya berkata, 'Saya kadang akan pergi makan malam dan saya kadang bertemu dengan Ibrahim bin Walid.' Imam menjawab, "Wahai Abdul Ghafar, perilakumu bolak-balik menemui ultan memiliki tiga konsekuensi negatif; cinta dunia ada di hatimu, melupakan kematianmu dan kau tidak puas dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu."

Saya kemudian berkata, "Wahai putra Rasulullah! Saya punya keluarga dan tujuan pergi ke sana untuk melakukan bisnis. Beliau berkata, "Wahai hama Allah! Saya tidak ingin mengajak Anda untuk meninggalkan dunia, tetapi saya ingin Anda meninggalkan dosa-dosa. Meninggalkan dunia merupakan kebajikan, tetapi meninggalkan perbuatan dosa adalah wajib dan Anda berada dalam situasi di mana Anda lebih membutuhkan untuk melakukan kewajiban ketimbang mencari keutamaan."

Imam Baqir as juga mempertanyakan legitimasi para penguasa despotik dan membuka jalan bagi pemberontakan terhadap mereka. Dalam sebuah riwayat dari Imam as kepada Mohammad bin Muslem, dikutip sebagai berikut, "Wahai Muhammad, para pemimpin tiran dan zalim serta pengikut mereka telah menyimpang dari agama Allah dan mereka telah tersesat dan mereka akan menyeret orang lain juga ke jalan kesesatan. Apa yang mereka lakukan akan menjadi abu dan di hari yang anginnya kencang, ketika angin topan meniupnya, maka apa yang telah mereka lakukan tidak akan musnah dan yang tersisa hanya kesesatan dan membuat mereka semakin jauh."

Berikut ini sebuah hadis dari Imam Baqir as. Suatu waktu beliau berkata kepada seorang sahabatnya Jabir bin Yazid al-Ju'fi, "Wahai Jabir! Apakah cukup bagi seseorang yang mengaku pengikut kita hanya mencintai Ahlul Bait as? Demi Allah, bukan pengikut kami kecuali orang yang bertakwa kepada Allah Swt dan menaati-Nya. Syiah kita tidak dikenal kecuali dengan kerendahan hati dan hati yang khusyu, menjaga amanat, banyak mengingat Allah, banyak berpuasa, shalat, berbuat baik kepada ayah dan ibu, memperhatikan tetangga miskin, mengetahui keadaan mereka, mencari tahu orang miskin, orang yang berhutang dan mengurusi mereka, tidak berbicara kecuali kebenaran, membaca al-Quran, tidak berbicara dengan orang lain, kecuali mencari kebaikan mereka dan menjadi orang yang terpercaya di tengah keluarga sendiri."

Jaber meminta penjelasan lebih lanjut dari Imam. Imam Baqir as menjelaskan, "Tidak ada hubungan kekerabatan antara Tuhan dan siapa pun, dan para hamba yang paling dicintai adalah yang paling bertakwa di mata Tuhan dan yang paling melakukan perintah dengan perintah Tuhan. Wahai Jabir! Seorang hamba tidak akan dekat kepada Allah kecuali melaksanakan perintah-Nya dan kami tidak punya kekuatan dan otoritas untuk membakar siapa pun, dan tidak seorangpun yang dapat mengajukan alasan kepada-Nya. Siapa yang taat kepada Allah Swt adalah teman kita, dan siapa pun yang berdosa ia adalah musuh kita. Tidak ada seseorang yang memiliki kekuatan untuk mencapai Wilayah kami, kecuali dengan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk."