Langkah Terakhir Netanyahu, Berpisah atau Tetap Berkuasa?
(last modified Mon, 30 Sep 2019 08:03:31 GMT )
Sep 30, 2019 15:03 Asia/Jakarta
  • Kampanye pemilu legislatif Zionis Israel
    Kampanye pemilu legislatif Zionis Israel

Reuven Rivlin, Presiden Rezim Zionis Israel kembali memerintahkan Benjamin Netanyahu untuk membentuk kabinet, padahal partai Likud dan Netanyahu dalam pemilu legislatif kalah dari Koalisi Blue and White yang dipimpin oleh Jenderal Benny Gantz.

Dalam enam bulan terakhir, rezim Zionis Israel menyelenggarakan pemilu legislatif kedua pada 17 September. Komisi Pemilihan Umum Rezim Zionis mengumumkan hasil akhir dari pemilihan parlemen ke-22 Knesset, di mana Koalisi Blue and White yang dipimpin oleh Benny Gantz memenangkan 33 kursi parlemen dan merupakan partai pemenang dalam pemilihan tersebut.

Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz

Sementara Partai Likud yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu hanya meraup 32 kursi. Koalisi Arab Joint List berhasil merebut 13 kursi, Partai Shas 9 kursi, Partai Yisrael Beytenu yang dipimpin Avigdor Lieberman hanya mendapatkan 8 kursi, Partai Yahadut Hatorah 7 kursi, Partai Yamina 7 kursi, Partai Buruh 6 kursi, dan Front Demokratik dipimpin oleh Ayman Odeh meraih 5 kursi.

Netanyahu selain memiliki 32 kursi, juga mendapat dukungan dari Partai Shas dengan 9 kursi, Partai Yahadut Hatorah yang  memiliki 7 kursi serta Partai Yamina dengan 7 kursi dan itu berarti secara keseluruhan ia memiliki 55 kursi di parlemen. Sementara itu, Benny Gantz memiliki 33  kursi di Koalisi Blue and White ditambah dukungan 10 kursi dari Koalisi Arab Join List, 6 kursi dari Partai Buruh dan 5 kursi dari Front Demokratik. Secara keseluruhan, Benny Gantz dengan koalisinya memiliki 54 kursi di parlemen. Sementara 3 kursi dari Partai Arab dan 8 kursi dari Partai Yisrael Beytenu tidak mendukung Gantz dan Netanyahu. Sejak pemilu legislatif pertama di wilayah pendudukan hingga saat ini, tidak ada satu partai pun yang memenangkan 61 kursi yang akhirnya memaksa pemerintah harus selalu berkoalisi.

Hal penting tentang pembentukan kabinet di Zionis Israel adalah bahwa presiden rezim ini tidak harus menunjuk seorang dari partai pemenang pemilu untuk membentuk kabinet. Sejatinya, Presiden Zionis Israel Reuven Rivlin akan, sesuai dengan rekomendasi para pemimpin partai yang berhasil menuju parlemen, menunjuk satu orang sebagai perdana menteri berikutnya untuk membentuk kabinet. Benny Gantz menentang usulan Netanyahu untuk membentuk pemerintah persatuan nasional.

Koalisi Arab Joint List yang memiliki 13 kursi, pada awalnya secara keseluruhan mendukung Benny Gantz untuk menjadikan jumlah pendukungnya menjadi 57, tetapi Partai Balad, salah satu dari empat partai Koalisi Arab yang memenangkan tiga kursi menyatakan tidak tidak mau mendukung Gantz sebagai perdana menteri. Dengan demikian, jumlah pendukung posisi perdana menteri Benny Gantz turun menjadi 54 kursi, sementara Netanyahu memenangkan dukungan dari 55 anggota parlemen. Terakhir kali seorang politisi Zionis Israel berkuasa dengan dukungan partai-partai Arab adalah tahun 1992, dimana dua partai Demokrat Arab dan Front Demokrasi untuk Perdamaian dan Keadilan mendukung Perdana Menteri Yitzhak Rabin, seorang politisi kiri Israel, tetapi mereka tidak bergabung dengan kabinet.

Melihat situasi ini, Netanyahu sekali lagi ditunjuk oleh Presiden Zionis untuk membentuk kabinet. Netanyahu harus membentuk kabinet Zionis Israel baru dalam jangka waktu 28 hari dan dapat diperpanjang selama 14 hari lagi. Namun, para analis dan media percaya bahwa Benny Gantz hampir pasti meyakini ketidakmampuan Netanyahu untuk membentuk kabinet. Kantor berita Perancis (AFP) menulis, "Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu memulai "misi mustahil" untuk membentuk pemerintah koalisi agar dapat keluar dari kebuntuan politik. Ia harus meraih persetujuan enam anggota parlemen Israel lainnya hingga tenggat waktu 28 hari ke depan demi mencapai kuota 61 kursi untuk membentuk kabinet."

Pemilu parlemen rezim Zionis Israel

Netanyahu menghadapi beberapa tantangan penting dalam membentuk kabinet. Tantangan pertama adalah bahwa Netanyahu harus mendapatkan persetujuan Avigdor Lieberman, pemimpin Partai Yisrael Beytenu. Partai ini telah memenangkan lima kursi dalam pemilihan 9 April, tetapi tidak bersekutu dengan Netanyahu untuk membentuk kabinet. Masalah ini menjadi faktor penting ketika partai ini berhasil meningkatkan perolehan kursi partai menjadi 8 kursi dalam pemilihan 17 September.

Lieberman, di satu sisi, memiliki perselisihan serius dengan Netanyahu mengenai masalah-masalah seperti melayani orang-orang Yahudi Ortodoks dan, tidak seperti Netanyahu, ia menekankan perlunya melayani orang-orang Yahudi Ortodoks, dan di sisi lain, ia percaya bahwa Netanyahu memiliki terlalu banyak kekuatan. Masalah ini yang membuatnya melakukan korupsi dan sekarang Netanyahu harus dikirim ke penjara karena korupsi bila tidak lagi memegang jabatan perdana menteri. Oleh karena itu, Lieberman masih dapat diidentifikasi sebagai penghalang Netanyahu yang paling penting untuk meraih jabatan perdana menteri dan pembentukan kabinet baru, kecuali jika Netanyahu menawarkan bobot dan posisi penting kepada Liberman dalam kabinet baru.

Tantangan kedua yang dihadapi Netanyahu adalah bahwa pemimpin Koalisi Blue and White Benny Gantz telah dua kali menolak proposal Netanyahu untuk membentuk kabinet persatuan nasional. Media-media telah menyebut Koalisi Blue and White dan Partai Likud sebagai "dua arus yang saling bertentangan dan tidak bisa didamaikan" yang mendapat suara terbanyak dalam pemilihan parlemen Israel. Benny Gantz mengatakan ia menentang pembentukan kabinet persatuan nasional dengan partisipasi Netanyahu, dengan mengatakan bahwa Benjamin Netanyahu menghadapi 4 kasus korupsi dan bahwa Koalisi Blue and White tidak akan memasuki kabinet yang ketuanya menghadapi dakwaan serius.

Pernyataan Gantz, saat mengekspresikan penentangannya terhadap pembentukan kabinet persatuan nasional, juga menunjukkan bahwa pandangan Gantz tentang pembentukan kabinet persatuan nasional harus dengan Perdana Menteri Netanyahu, karena perjuangan Netanyahu untuk mendapatkan kekebalan hukum peradilan perdana menteri di atas segalanya dalam kasus korupsi. Karena itu, Gantz tidak berpartisipasi dalam kabinet yang perdana menterinya  pribadi selain dirinya.

Tantangan ketiga adalah kenyataan bahwa bahwa jumlah kursi Partai Likud turun empat kursi menjadi 32, dibandingkan dengan pemilihan 9 April lalu. Ini berarti bahwa hanya seperempat dari orang-orang di wilayah pendudukan menginginkan Netanyahu untuk melanjutkan posisinya sebagai perdana menteri dan tren ketidakpuasan publik terhadapnya terus meningkat. Hal yang ditunjukkan oleh mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dalam tweetnya. Ehud Olmert menulis dalam tweet kepada Benjamin Netanyahu, "Berhenti dan mundur. Pergi ke rumahmu dan biarkan kami hidup seperti manusia. Terima kasih bila dilakukan pemilu baru."

Istri Netanyahu hadir di sidang kasus korupsnya

Jika Netanyahu gagal membentuk kabinet baru dalam tenggat waktu 28 hari dan setelah perpanjangan 14 hari, presiden rezim Zionis dapat menugaskan Benny Gantz untuk membentuk kabinet baru, masalah yang dipertimbangkan Gantz. Namun, Benjamin Netanyahu, yang telah memegang jabatan perdana menteri di wilayah-wilayah pendudukan sejak tahun 2009 dan tahu bahwa kekebalan hukum yang dinikmati dari jabatan perdana menteri telah membuatnya tidak disidang dan bahkan membuatnya tidak dipenjara, sehingga opsinya adalah berusaha ke arah pemilu legislatif ketiga.

Pemilihan ketiga setidaknya untuk Netanyahu, yang bisa menjabat sebagai kepala kabinet untuk beberapa bulan lagi, dan mungkin mengambil kesempatan untuk membereskan kasus korupsi diri dan istrinya, pada akhirnya ia tidak akan menyerahkan kekuasaannya karena takut akan dipenjara.