Fidel Castro, Bapak Revolusi Kuba (Bagian 3/ Terakhir)
(last modified Tue, 27 Dec 2016 04:37:15 GMT )
Des 27, 2016 11:37 Asia/Jakarta

Di dunia ini, sangat sedikit sekali ada politisi yang ketika meninggal dunia meninggalkan warisan berharga dan namanya dikenang. Kebanyakan politisi, nama mereka disebut-sebut ketika masih berada di puncak kekuasaan. Namun setelah kekuasaan mereka berakhir atau meninggal dunia, mereka pun dilupakan. Tidak banyak tokoh yang kehidupannya bisa mempengaruhi kehidupan orang lain ketika mereka berkuasa dan setelahnya, bahkan hingga meninggal dunia pun, mereka masih mewariskan nilai-nilai besar.

Salah satu politisi tersebut adalah Fidel Alejandro Castro Ruz, pemimpin revolusi Kuba dan penguasa negeri ini selama hampir setengah abad. Ia berkuasa di Kuba hingga tahun 2008. Fidel berkuasa dari 2 Desember 1976 hingga 24 Februari 2008 meskipun secara de facto berakhir pada 31 Juli 2006 dan menyerahkan kekuasaannya sementara pada adiknya, Raul Castro disebabkan kesehatan yang bermasalah. Meskipun selama 10 tahun Fidel tidak memegang kekuasaan secara resmi, namun ia memantau transformasi Kuba dan pada akhirnya pada tanggal 25 November 2016, televisi pemerintah mengumumkan berita meninggalnya.

 

Salah satu warisan terpenting Fidel yang ditinggalkannya adalah kegagalan hegemoni Amerika Serikat di Kuba.  Revolusi Kuba yang dipimpin Fidel mencapai kemenangan ketika AS berada di puncak kekuasaan dan dominasinya. Kuba pada tahun-tahun itu berada di bawah jajahan tidak resmi AS dan Washington mengontrol semua pilar politik, ekonomi dan budaya di negara ini. Namun dominasi tersebut akhirnya berakhir oleh gerakan revolusi yang dipimpin Fidel.

 

Di masa tersebut, dominasi AS tidak hanya sebatas di Kuba, namun di seluruh Amerika Latin, yaitu dari Mexiko hingga Chili dan Argentina. Posisi Kuba sangat penting bagi AS mengingat negara ini hanya berjarak puluhan mil dari Negeri Paman Sam itu. Ketika Fidel dan rekan-rekan seperjuangannya bergerak dari Pegunungan Sierra Maestra ke arah Havana, tidak banyak yang membayangkan bahwa revolusi rakyat Kuba yang dipimpin Fidel akan mampu mengusir orang-orang Amerika dari negara mereka.

 

Setelah mencapai kekuasaan, Fidel tidak ragu lagi untuk menghancurkan tatanan yang dipaksakan AS terhadap Kuba. Ia mengubah Kuba menjadi negara pertama yang anti-AS di belahan bumi barat.  Selama setengah abad, Fidel mengambil sikap anti-AS dan menunjukkan bahwa rakyat di negara kecil seperti Kuba mampu menundukkan kekuatan adidaya seperti AS.

 

Perlawanan Kuba terhadap AS di  bawah kepemimpinan Fidel tentu saja tidak dibiarkan begitu saja oleh Washington. Sejak kemenangan revolusi Kuba, AS memberlakukan berbagai sanksi ekonomi terhadap negara ini. AS melarang segala bentuk perdagangan, bisnis dan bahkan larangan perjalanan bagi warganya. Ekonomi Kuba yang di masa itu sepenuhnya bergantung kepada ekonomi AS terguncang akibat embargo dan tekanan Washington.

 

Sebagian pihak yang anti-revolusi memperkirakan bahwa umur pemerintahan Fidel tidak akan bisa bertahan selama beberapa bulan. Mereka meyakini, perlawanan rakyat Kuba terhadap AS akan gagal dan muncul ketidakpuasan publik atas krisis parah yang melanda negara mereka. Namun siapa sangka, pemerintahan yang diperkirakan tidak akan berumur lebih dari beberapa bulan itu ternyata masih berlanjut hingga setengah abad. Bantuan ekonomi di masa Uni Soviet sedikit banyak telah membantu Kuba selamat dari keruntuhan ekonomi, bahkan pasca runtuhnya Uni Soviet, Kuba mampu berdiri di atas kakinya sendiri.

 

Pengalaman Kuba bisa menjadi warisan bagi bangsa-bangsa pejuang di seluruh dunia untuk melepaskan ketergantungan mereka kepada negara-negara adidaya dan melindungi independensinya serta tidak menyerah dan berkompromi hanya disebabkan kepentingan-kepentingan ekonomi jangka pendek. Perjuangan berkelanjutan rakyat Kuba untuk mencapai kemandirian telah menggagalkan ambisi dan tujuan AS termasuk untuk mengubah pemerintahan komunis di Kuba, bahkan AS terpaksa mundur dan sepakat mencabut sebagian embargonya yang telah berlaku selama 50 tahun.

 

Fidel Castro tidak hanya mewariskan perjuangan melawan hegemoni AS dan tekanan politik dan ekonomi Barat, namun juga memberikan pelajaran berharga kepada negara-negara lainnya terutama negara-negara Amerika Latin bahwa dalam kondisi sulit pun mereka mampu mencapai cita-cita revolusi seperti mencapai keadilan, kemerdekaan, kemandirian dan independensi.

 

Sepanjang paruh kedua abad ke-20, berbagai gerakan perjuangan di dunia tertarik dengan perjuangan Fidel Castro dan Ernesto Che Guevara, bahkan sebagian dari gerakan non-komunis di Asia dan Afrika memuji Fidel atas perlawanannya terhadap imperalisme AS. Perkembangan di Chile atau di Nikaragua juga tidak terlepas dari pengaruh keberhasilan perjuangan Fidel di Kuba.

 

Sejak kemenangan revolusi Kuba pada tahun 1959, AS berusaha mencegah terjadinya kebangkitan rakyat yang bisa mengubah identitas pemerintah politik di belahan bumi barat. Oleh sebab itu, pada tahun 1973 AS menggulingkan Salvador Guillermo Allende Gossens di Chile dan menyeret Nikaragua ke dalam perang saudara setelah kemenangan revolusi Sandinista. Meski dekimian, AS tidak pernah mampu untuk memadamkan kebangkitan rakyat di kawasan Amerika Latin yang terinspirasi dari perjuangan Fidel Castro. Pasca kematian Fidel Castro, Amerika Latin diperkirakan akan tetap di bawah pengaruh revolusi Kuba. Pengaruh ini hingga membuat Barack Obama, Presiden AS memuji peran bersejarah Fidel.

 

Fidel Castro telah berhasil memperjuangan Kuba untuk terbebas dari hegemoni dan dominasi kekuatan asing. Namun terdapat perbedaan pandangan yang serius terkait ekonomi Kuba yang diwariskan Fidel. Para penentang Fidel mengklaim bahwa Kuba hari ini adalah sebuah negara miskin, bangkrut dan terjerat oleh inefisiensi ekonomi komunis. Menurut klaim mereka, Fidel dan Raul Castro telah menahan Kuba untuk tetap dalam periode pra-industri dan tidak membiarkan negara ini mengikuti perkembangan pesat dunia modern.

 

Namun bukti-bukti tak terbantahkan justru menunjukkan adanya kebanggaan nasional di Kuba. Kesenjangan di antara masyarakat Kuba terhapus dan terjadi peningkatan yang dramatis di sektor kesehatan dan pendidikan. Kuba selama bertahun-tahun menjadi penyedia bantuan pendidikan dan perawatan kesehatan ke beberapa negara yang sangat miskin dan terbelakang di Amerika Latin dan Afrika. Dokter-dokter Kuba memberikan pelayanan medis kepada orang-orang yang membutuhkan di luar negeri tanpa mengharap imbalan apapun.

 

Selain itu, para ilmuwan Kuba juga termasuk menjadi para pelopor dalam penemuan dan produksi vaksin untuk penyakit yang sulit disembuhkan. Pelayanan-pelayanan tersebut menunjukkan bahwa perlawanan terhadap kekuatan adidaya menuai prestasi-prestasi yang bahkan tidak bisa diingkari oleh musuh-musuh beratnya. "Benih-benih" yang ditebarkan di berbagai wilayah tertinggal oleh Fidel dan para pemimpin Kuba lainnya selama beberapa dekade ini membawa kebanggaan dan kehormatan bagi rakyat Kuba. Pasca meninggalnya Fidel, reputasi Kuba tersebut diharapkan akan terus terpelihara.

 

Penyerahan kekuasaan merupakan salah satu warisan dan pelajaran lainnya dari Fidel Castro. Kebanyakan politisi di dunia ingin terus berkuasa dalam kondisi apapun dan hanya kematian yang bisa memisahkan mereka dari kekuasaan. Namun Fidel tidak demikian. Ia secara sukarela mengundurkan diri dari kekuasaannya. Ia menyerahkan kekuasaan kepada saudaranya, Raul Castro ketika ia menjadi pemimpin Partai Komunis Kuba dan Presiden negara ini. Fidel bisa saja mempertahankan kedudukannya tersebut hingga sebelum kematiannya, yaitu hingga 10 tahun setelahnya.

 

Pada tahun 2008, tidak ada faktor apapun yang mengancam kekuasaan Fidel kecuali penyakitnya. Ketika ia memahami kondisinya akibat sakit, ia menyiapkan transisi kekuaasaan dengan damai. Awalnya, Fidel menyerahkan urusan negara kepada Raul untuk sementara, setelah itu diserahkan secara resmi.

 

Presiden baru Kuba tetap komitmen dengan prinsip-prinsip revolusi dan secara bertahap merealisasikan reformasi politik, ekonomi dan sosial. Salah satu reformasi itu adalah pengakuan resmi terhadap kepemilikan swasta di sejumlah sektor ekonomi, di mana keputusan ini sebenarnya bertentangan dengan tata kelola pemerintahan Fidel sebelumnya, namun Fidel menyetujui reformasi itu.

 

Peralihan kekuasaan di Kuba terjadi secara damai ketika di banyak negara, transisi kekuasaan seperti itu biasanya diwarnai dengan konflik, pertumpahan darah dan instabilitas. Cara pengunduran diri Fidel dari kekuasaan dan empati terhadap reformasi di Kuba membawa kehormatan tersendiri bagi pemimpin Kuba ini, di mana namanya ditempatkan di samping Nelson Mandela yang juga secara suka rela mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Afrika Selatan.

 

Fidel Castro –seperti halnya para politisi berpengaruh lainnya di dunia– meninggalkan warisan yang sebagiannya patut dipuji dan dihargai dan sebagian lainnya bisa dikritik. Namun tak diragukan bahwa hingga tahun-tahun ke depan peran dan pengaruh Fidel akan mempengaruhi kehidupan jutaaan warga Kuba dan non-Kuba, baik mereka yang berduka atas kematiannya maupun yang bahagia atas meninggalnya Bapak Revolusi Kuba ini.

 

Tags