Upaya Erdogan Ubah Sistem Pemerintahan Pasca Kudeta Gagal
(last modified Sun, 26 Mar 2017 01:42:42 GMT )
Mar 26, 2017 08:42 Asia/Jakarta

Merunut peristiwa politik dan sosial di Turki di tahun 1395 HS menunjukkan bahwa negara ini mengalami berbagai transformasi serta peristiwa baik di dalam maupun luar negeri. Setiap peristiwa ini dengan sendirinya menjadi titik balik bagi perjalanan negara ini.

Turki di tahun lalu menyambut tahun baru Hijriah Syamsiah dengan ledakan bom yang terjadi di dekat bundara Taksim, Istanbul. Serangan teror ini terjadi 29 Isfand 1394 HS  bertepatan dengan 19 Maret 2016 atau tepatnya malam pergantian tahun Hijriah Syamsiah (Hari raya Nowruz). Ledakan bom ini terjadi di pusat perbelanjaan terbesar dan paling ramai di kota Istanbul serta menewaskan lima orang dan menciderai 36 lainnya.

 

Ledakan Istanbul hanya berselang enam hari setelah serangan teror pada 13 Maret di kota Ankara yang menewaskan 37 orang dan menciderai lebih dari 125 lainnya. Sejatinya berlanjutnya instabilitas keamanan dan serangan teror yang harus dialamai masyarakat Turki sejak musim panas dan mendorong para pejabat Turki untuk memulihkan kembali sistem keamanan di negara ini.

 

Ledakan di malam tahun baru Nowruz yang bersamaan dengan kedatangan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif ke Istanbul bukan saja menarget industri pariwisata Turki, namun juga sebuah peluang bagi pemerintah Ankara untuk memanfaatkan kondisi politik dan atmosfer diplimasi di propaganda serangan teror serta media. Bahkan hal ini sempat mempengaruhi hubungan kedua negara bertetangga Iran dan Turki.

 

Terjadinya dua ledakan bom dengan selisih hanya enam hari di Ankara dan Istanbul dari satu sisi menunjukkan ketidakmampuan aparat keamanan Turki menjamin keamanan nasional dan dari sisi lain, mengindikasikan muaknya sejumlah elit politik dan rakyat terhadap perilaku politik dalam dan luar negeri para pemimpin Ankara dalam mengelola negara.

 

Saat itu prasangka yang mendominasi adalah pelaku dari serangan tersebut adalah imigran Arab yang tidak puas atas transaksi Erdogan dengan kubu Barat untuk menampung serta menentukan nasib pengungsi Suriah.

 

Sebagian pejabat keamanan meyakini bahwa pelaku peledakan Istabul harus ditelurusi dari anasir yang berafiliasi dengan kelompok teroris Takfiri Daesh. Aksi teror ini pastinya berdampak negatif pendapatan Ankara dari sektor pariwisata. Prediksi elit Turki dan politisi asing serta regional menunjukkan bahwa pendekatan setengah hati dan kesediaan pemerintah Turki mengiringi masyarakat internasional dalam memerangi Daesh mendorong eskalasi gerakan anasir teroris merongrong negara ini. Oleh karena itu, ledakan bom di Istanbul muncul dari kebijakan keliru Turki terkait kelompok anti Bashar al-Assad dan Daesh.

 

Perubahan perdana menteri dan pembentukan kabinet baru pemerintah Turki termasuk peristiwa penting negara ini di tahun lalu. Sejatinya sehari setelah penunjukan Binali Yıldırım sebagai perdana menteri menggantikan Ahmet Davutoglu, presiden negara ini menyetujui komposisi kabinet bentukan Yildirim pada Selasa (24 Mei 2016). Di susunan kabinet baru Nurettin Canikli, Mehmet Şimşek, Tuğrul Türkeş, Numan Kurtulmuş, dan Veysi Kaynak ditunjuk sebagai deputi perdana menteri.

 

Efkan Ala menempati posisi menteri dalam negeri, dan Fikri Işık menjabat menteri pertahanan. Sementara itu, Mevlüt Çavuşoğlu, Berat Albayrak dan Bekir Bozdağ tetap menempati posisi mereka sebelumnya sebagai menteri luar negeri, energi dan kehakiman. Adapun yang menempati posisi menteri urusan Uni Eropa, keuangan, transportasi, urusan keluarga dan kebijakan sosial adalah wajah-wajah baru.

 

Mencermati 14 anggota kabinet baru dan penunjukkan sejumlah wajah lama untuk menempati pos-pos sensitif dan penting menunjukkan adanya perubahan mendasar di beberapa departemen Turki dan semuanya dipilih oleh pemimpin baru Partai Keadilan dan Pembangunan dalam kapasitasnya sebagai perdana menteri negara ini. Keputusan ini bukan saja menunjukkan friksi antara Erdogan dan Davutoglu terbatas pada pelaksanaan sejumlah kebijakan nasional dan luar negeri Turki, juga mengindikasikan friksi terkait sikap Ahmad Davutoglu dalam menunjuk anggota kabinetnya.

 

Elit politik Turki saat itu menyebut penunjukkan wajah baru di kabinet Binali Yildirim mengindikasikan adanya sejumlah friksi terpendam dan berakar di kader pemimpin Partai AKP. Khususnya bahwa persetujuan anggota baru yang ditunjuk di susunan kabinet oleh Erdogan lebih condong menunjukkan pengaruh pribadi presiden dalam memilih Yildirim sebagai perdana menteri ketimbang upaya yang terkesan tergesa-gesa Yildirim mengambil alih kepemimpinan negara dengan kabinet barunya.

 

Meski demikian pengamat politik menilau penunjukan separuh anggota kabinet baru oleh Binali Yildirim merupakan langkah untuk menguji opini publik dan sikap petinggi partai. Kondisi ini tak bedanya dengan adanya frikis di tubuh partai berkuasa dan tokoh-tokoh terkemukanya.

 

Kudeta sejumlah militer Turki di pertengahan musim panas lalu mendorong tranformasi politik dan sosial Turki semakin panas. Kudeta tersebut meski gagal, namun rakyat negara ini masih merasakan dampak politik, sosial, ekonomi dan keamanan dari kudeta tersebut.

 

Meski sebagian elit politik Turki menilai kudeta musim panas lalu sebagai hadiah langit bagi pemerintah dan Erdogan pribadi sehingga para pemimpin Partai AKP dengan mengumumkan kondisi darurat nasional dan menunggangi arus kekhawatiran yang dipaksakan akibat kudeta mampu menumpas kubu oposisi. Namun konfrontasi pemerintah dengan arsitek kudeta serta kubu oposisi malah menanam kekhawatiran di hati rarkyat akibat keputusan radikal pemerintah.

 

Aksi penangkapan luas baik pejabat pemrintah, militer, polisi, guru, dosen, hakim Turki serta staf di berbagai departemen pemerintah kini memicu munculnya masyarakat yang tidak puas. Pengangguran mereka yang dipecat dari satu sisi dan pengaruh mereka terhadap bawahannya di siis lain, khususnya aliansi guru dan dosen dengan para mahasiswa sebagai anasir pertama di transformasi sosial, membuat dampak spiritual kudeta lebih besar ketimbang dampak materi (ekonomi, politik dan sosial).

 

Kekhawatiran atas terbentuknya gerakan sosial dan khususnya gerakan mahasiswa yang tidak puas akan membuat upaya pemerintah berkuasa memajukan rencana amandemen undang-undang dasar tidak akan memberikan prospek terang bagi Partai AKP. Jika kita tambahkan petualangan dalam dan regional para pemimpin Ankara, sejak saat ini dapat disaksikan kekhawatiran di tengah masyarakat dan instansi tinggi Turki akan suara negatif di amandeman konstitusi.

 

Meski sejumlah elit politik meyakini, hingga kini masyarakat Turki masih terpesona dengan kebijakan merakyat Erdogan dan mengiringi keinginannya, sehingga kemungkinan besar transformasi masyarakat Turki, khususnya amandemen konstitusi akan memberikan hasil positif bagi pemimpin Turki, namun tak diragukan lagi batas minimum kepatuhan publik ini akan lebih rendah dari sebelumnya, ketika rakyat antusias terhadap berbagai keputusan pemerintah dan pribadi Erdogan.

 

Apalagi sebagian masyarakat dan pakar Turki masih meyakini bahwa kudeta Juli tahun lalu cenderung sebuah kudeta terorganisir ketimbang gerakan spontan dari militer yang tidak puas. Menurut mereka kudeta ini merupakan skenario Erdogan dan timnya di militer.

 

Maksim Shevchenko, kepala pusat riset strategis Kazakhstan meyakini kudeta di Turki menunjukkan eskalasi ketidakpuasan di negara ini terhadap kebijakan Recep Tayyip Erdogan. Ia meyakini kudeta seperti aksi teror ditujukan untuk mencegah pergeseran Turki dari Barat ke Timur, bersatu dengan Cina serta Rusia. Analisa ini memiliki kubu baik di masyarakat Turki atau Rusia. Apalagi jika kedua petinggi negara berminat memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan hubungan kedua negara.

 

Jika kita menerima analisa ini, maka dapat dikatakan bahwa teror dubes Rusia di Turki merupakan reaksi atas pendekatan dan kebijakan luar negeri Ankara. Kedalaman analisa ini lebih dari sekedar kita katakan bahwa Turki bersedia meninggalkan kubu Barat untuk bekerja sama dengan Moskow. Juga akan saat naif jika kita katakan bahwa Rusia tertipu oleh permainan petinggi Turki.

 

Dengan kata lain, bulan madu hubungan Turki dan Rusia akan terus berlanjut selama Amerika menolak menyerahkan Fethullah Gülen yang dituding sebagai arsitek kudeta bulan Juli lalu. Kondisi yang menunjukkan perubahan sikap Turki meski sangat samar, namun mulai tampak. Perubahan sikap dan kinerja Turki di dialog damai Suriah mulai dari Astana hingga Jenewa bertumpu pada perubahan kerangka ideologi Turki di transformasi regional.

Tags