Upaya Relokasi Daesh ke Asia Tengah dan Kaukasus
Pengumuman kekalahan relatif kelompok teroris Takfiri Daesh di Irak dan Suriah harus diartikan sebagai kekalahan sejati para pendukung kelompok teroris tersebut. Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, serta sekutu AS di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait, merupakan pendukung Daesh sambil membiayai aktivitas kelompok teroris tersebut di seluruh dunia.
Jelas, para pemimpin kelompok teroris Daesh sepenuhnya berada di bawah kendali kebijakan AS dan rezim Zionis. Oleh karena itu, seluruh negara yang menentang kebijakan hegemoni AS di dunia akan menghadapi ancaman kelompok teroris tersebut. Presiden Rusia, Vladimir Putin membahas masalah ini dengan para pemimpin Organisasi Kerjasama Shanghai di ibukota Astana, Kazakhstan, pada musim panas lalu.
Dalam hal ini, Putin mengatakan, para politisi Amerika, sebagai pemimpin gerakan teroris di dunia, termasuk Daesh, sampai pada kesimpulan bahwa Afghanistan adalah tempat yang tepat untuk pertumbuhan Daesh dan menjadi platform peluncurnya ke berbagai wilayah dunia.
Mohammad Amin Forutan, seorang pemimpin kelompok jihad Afghanistan, mengatakan, "Kelompok teroris Daesh adalah produk dari kebijakan Barat, termasuk Amerika Serikat di kawasan ini, dan selama Amerika Serikat memberikan dukungan finansial dan militer kepada kelompok teroris, terutama Daesh, kelompok teroris lainnya terus membunuh orang-orang yang tidak berdosa."
Dalam wawancaranya dengan Radio IRIB berbahasa Pashto, Forutan mengatakan, "Para pejabat Gedung Putih tidak jujur dalam perang melawan terorisme dan tidak berniat untuk memberantas kelompok takfiri. Amerika Serikat menciptakan Daesh untuk menjaga kepentingannya di kawasan, bersama dengan Israel dan Arab Saudi."
Maulana Abdul Rahman Rahmani, anggota Majelis Nasional Afghanistan, mengatakan, "Amerika Serikat telah menipu rakyat Afghanistan dan dunia selama 16 tahun dengan menggunakan nama Taliban dan al-Qaeda, dan sekarang di mana proyek atau nama proyek tersebut sudah usang, menggulirkan proyek Daesh selama beberapa tahun, namun lebih sadis daripada al-Qaeda dan Taliban."
Ditambahkannya, "Sekarang AS menekankan perlawanan terhadap kelompok ini dan menakut-nakuti rakyat Afghanistan, kawasan dan dunia, dengan menunjukkan kinerja Daesh yang ganas dan tidak manusiawi. Sementara para anggota Daesh di Afghanistan tidak asal jatuh dari langit melainkan para anasir di al-Qaeda dan Taliban Pakistan, atau para anasir Taliban di Afghanistan, yang berkumpul bersama di negara tersebut selama tiga tahun terakhir dan mereka diberi nama Daesh. Namun semua orang telah mengetahui peran Amerika dalam pembentukan Daesh di Afghanistan."
Kehadiran Daesh di Afghanistan telah menyebabkan semua negara yang berbatasan dengan negara tersebut mengkhawatirkan penetrasi gelombang teroris terutama Daesh di negara mereka. Afghanistan berbatasan dengan negara-negara Asia Tengah, Asia Barat dan Timur Tengah. Di antara negara-negara Asia Tengah, adalah Republik Tajik, Uzbekistan dan Turkmenistan yang berbatasan dengan Afghanistan di sebelah utara. Ketiga negara tersebut dapat dianggap sebagai pintu gerbang kelompok teroris Daesh menuju negara-negara Asia Tengah, Kaukasus Selatan, Rusia serta Eropa Timur dan Tengah.
Pakistan berbatasan dengan Afghanistan di selatan dan timur, sementara Iran di barat dan Cina di timur laut. Negara-negara tersebut tidak terbebas dari ancaman kelompok teroris Daesh. Apalagi Amerika Serikat memandang semua negara tetangga Afghanistan sebagai saingan, atau musuhnya dalam perang dingin. Di sisi lain, Amerika Serikat telah menetapkan beberapa tujuan untuk mendekati perbatasan Rusia dan salah satu di antaranya adalah intimidasi melalui kelompok Daesh.
Faktanya adalah bahwa kondisi wilayah Kaukasus bak bubuk mesiu, dan kehadiran Daesh di wilayah tersebut membuat situasi semakin runyam. Sebagaimana sejumlah peristiwa getir teror telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Rusia, Kaukasus Utara dan Selatan. Daesh merupakan ancaman serius khususnya untuk wilayah Kaukasus Selatan.
Pada bulan Mei 2015, kelompok teroris Daesh mendirikan cabangnya di wilayah Kaukasus Utara. Abu Muhammad al-Adnani, penanggungjawab media kelompok teroris Daesh, mengucapkan selamat kepada para pendukung kelompok tersebut di wilayah Kaukasus, dan mengatakan, seorang bernama Rustan Magomedovich Aselderov telah diperkenalkan sebagai pemimpin kelompok teroris ini di wilayah Kaukasus.
Salahuddin Akbar, mantan wakil menteri keamanan nasional Republik Azerbaijan, antara tahun 1992 dan 1993, dan seorang pakar urusan militer dan keamanan, dalam sebuah wawancara dengan sebuah situs berita Republik Azerbaijan mengatakan, "Pada tahun 2014, ketika pasukan AS meninggalkan Afghanistan, terorisme internasional diperkirakan akan dipindah ke Kaukasus dan Asia Tengah. Saat ini, jaringan teroris jelas telah bermigrasi ke Kaukasus dan Asia Tengah. Ini adalah ancaman serius, dan kemungkinan operasional ancaman ini sangat tinggi. Kelompok teroris Daesh juga telah berulang kali mengancam Republik Azerbaijan."
Di antara negara-negara Asia Tengah, harus dikatakan bahwa negara yang memiliki sumber keuangan dan ekonomi lebih lemah akan menghadapi kemungkinan infiltrasi Daesh lebih besar. Pada saat yang sama, tingkat wawasan dan pendidikan agama masyarakat dapat memainkan peran positif dalam mengidentifikasi sekte sesat dan dapat membedakannya dari kelompok yang benar. Namun diperkirakan pula kelompok Wahabi dan kelompok teroris Daesh akan mengeluarkan dana besar untuk mewujudkan tujuan mereka.
Dalam konteks ini, Arthur Medet Beckov, seorang pejabat lembaga yang berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Nasional Kyrgyzstan pada bulan November 2015, mengatakan, "Kelompok teroris Daesh telah mengalokasikan 70 juta dolar untuk melakukan operasi teror di Asia Tengah, yang akan digunakan untuk menjebak warga Asia Tengah dan memaksa mereka melakukan operasi teror."
Pada saat yang sama, menurut pejabat keamanan Kyrgyzstan, surat kabar Azadliq, "Daesh saat ini memiliki pendukung aktif di Kaukasus dan Asia Tengah".
Setahun setelah pengungkapan kegiatan kelompok sesat Wahabi dan kelompok teroris Daesh di wilayah Asia Tengah dan Kaukasus, Andrew Novikov, Ketua Pusat Kontra-terorisme Negara-negara Persemakmuran, menekankan pentingnya tindakan lebih serius di bidang informasi dan dunia maya. Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang terjebaknya para migran pencari kerja Rusia dan negara-negara lain di kawasan ini dalam perangkap ekstremis Daesh.
Andrew Novikov menambahkan, "Kelompok Wahabi dan sejumlah kelompok takfiri mencuci otak orang-orang melalui waktu yang relatif singkat untuk bergabung dengan kelompok teroris Daesh dengan menggunakan metode baru perang psikologis."
Perubahan metode perekrutan di kawasan Asia Tengah itu terjadi di saat Wakil Menteri Luar Negeri Rusia menyatakan, "Sebanyak 60 persen teroris Daesh adalah warga negara Asia Tengah dan Kaukasus."
Kemajuan kelompok teroris Daesh dalam merekrut dan meningkatkan kegiatan Takfiri di wilayah Asia Tengah terjadi ketika para pemimpin republik-republik Asia Tengah juga telah mengimplementasikan tindakan keamanan ketat yang bertujuan menghadapi pergerakan kelompok ekstremis dan takfiri dalam wilayah-wilayah geografis mereka.
Selama beberapa tahun terakhir, para pemimpin negara-negara Asia Tengah telah mengambil kebijakan melawan kegiatan kelompok tersebut, dan menyadari bahaya serius kelompok Wahabi dan Daesh. Misalnya, Nursultan Nazarbayev, Presiden Kazakhstan, menekankan perjuangan melawan kelompok teroris Daesh di negaranya.
Nursultan Nazarbayev mengatakan pada sebuah pertemuan dengan perwakilan minoritas agama di Astana bahwa pasukan keamanan Kazakhstan akan melanjutkan perjuangan mereka hingga kehancuran teroris. Sebelumnya, Daesh warga Kazakh diancam akan dicabut kewarganegaraannya jika bekerjasama dengan kelompok teroris Daesh.