UNICEF Memperingatkan Risiko Kematian Bayi Palestina di Gaza
Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memperingatkan risiko kematian bayi Palestina di Gaza akibat serangan rezim Zionis yang terus berlanjut.
Tinggal satu minggu lagi menuju berakhirnya bulan kedelapan genosida di Gaza.
Selama periode ini, lebih dari 35 ribu warga Palestina gugur syahid dan sekitar 80 ribu orang terluka. Anak-anak adalah korban utama genosida di Gaza.
Selain gugur dan terluka, anak-anak dan perempuan menjadi sasaran kekejaman Zionis dengan cara lain.
Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa generator oksigen di rumah sakit di Gaza dan Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa yang terletak di kota Deir Al-Balah akan berhenti beroperasi dan lebih dari 20 bayi berisiko meninggal di daerah ini.
Direktur Rumah Sakit Syahid Al-Aqsa, Iyad Abu Zaher, menegaskan bahwa jika rumah sakit ditutup karena kekurangan listrik dan bahan bakar, maka akan terjadi bencana kesehatan, dan menyatakan, Jumlah bahan bakar yang diimpor hanya dapat memasok seperlima dari kebutuhan rumah sakit, sedangkan kami membutuhkan 50.000 liter bahan bakar dalam beberapa jam mendatang untuk menangani bencana kesehatan.
Perang rezim Zionis melawan Jalur Gaza menyebabkan anak-anak Palestina tidak mempunyai tempat tinggal yang aman, dan permasalahan ini juga menambah permasalahan anak-anak tersebut dan membuat mereka menghadapi kondisi yang sangat sulit.
Terkait hal tersebut beberapa waktu lalu, Tice Engram, Juru Bicara UNICEF menyatakan bahwa anak-anak Gaza berkeliaran di tengah perang dan serangan berturut-turut, dan tidak ada tempat yang aman bagi mereka.
Pejabat internasional ini menegaskan, situasi di Gaza sangat memprihatinkan, apalagi menyaksikan malnutrisi dan kekurangan pangan, akibatnya banyak anak-anak yang meninggal, dan hingga kini puluhan anak meninggal di rumah sakit di kawasan tersebut karena kelaparan dan gizi buruk.
Selain itu, menurut berbagai laporan, kurangnya tempat yang aman dan hilangnya anggota keluarga menyebabkan anak-anak Gaza berakhir di kuburan.
James Elder, anggota UNICEF, mengumumkan dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar Guardian bahwa perang di Gaza telah memaksa banyak anak menutup mata dan ada kuburan di Rafah yang penuh dengan anak-anak.
Kelaparan dan kekurangan gizi parah merupakan masalah lain yang dihadapi anak-anak di Gaza. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) baru-baru ini mengumumkan bahwa 28% anak-anak di bawah usia 2 tahun di Khan Yunis dan wilayah tengah Jalur Gaza menderita kekurangan gizi parah.
UNRWA menambahkan dalam sebuah pernyataan, Lebih dari 10% anak-anak di bawah usia 2 tahun di Khan Yunis dan wilayah tengah Jalur Gaza menderita penurunan berat badan dan kekurusan yang parah.
Meskipun situasi anak-anak Palestina di Gaza sangat memprihatinkan, rezim Zionis terus merambah Jalur Gaza dan memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut dengan menutup penyeberangan darat.(sl)