Ketika Transit Barang Asing Melewati Iran Semakin Meningkat
Transit asing melalui Iran dalam empat bulan terakhir meningkat 58,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai 7,622 juta ton.
Mohammed Rizvani-Far, Direktur Jenderal Bea Cukai Republik Islam Iran menyatakan dalam pertemuan bahwa total transit Iran pada pemerintahan Raisi telah tumbuh sebesar 89% dibandingkan pemerintahan sebelumnya, dan volume transit setahun lalu menjadi 16,34 juta ton.
Mengacu pada upaya departemen yang dipimpinnya untuk lebih meningkatkan transit asing melalui Iran, Dirjen Bea Cukai Republik Islam Iran mengatakan, Bea cukai Piranshahr di Provinsi Azarbaijan Barat dan bea cukai Parviz Khan di provinsi Kermanshah mengalami peningkatan terbesar dalam transit luar negeri dalam satu tahun terakhir.
Meskipun pertumbuhan transit dan perkembangan perdagangan dengan negara-negara tetangga telah menjadi prioritas pemerintah di Iran, pertumbuhan signifikan sektor ini pada pemerintahan Sayid Ebrahim Raisi telah menjadi bukti strategi dan keberhasilan pendekatan Iran.
Karena alasan ini dan mengingat fakta bahwa Republik Islam Iran telah menggunakan seluruh kekuatannya untuk memperkuat koridor transit Utara-Selatan, Timur-Barat, volume transit luar negeri Iran meningkat setiap tahun.
Para pejabat Iran juga memberikan perhatian khusus terhadap akses negara-negara regional, termasuk negara Afghanistan yang tidak memiliki daratan, ke pasar internasional melalui pelabuhan dan berbagai jalur kereta api.
Kerja sama Iran dan India dalam pengembangan pelabuhan Chabahar di tenggara Iran dengan tujuan menjangkau India hingga pasar negara-negara Asia Tengah, Eropa dan Afghanistan dan sebaliknya dievaluasi dalam kerangka ini.
Semua itu dikarenakan Republik Islam Iran terletak di persimpangan transit antarbenua, sehingga memiliki kapasitas transit yang tinggi di semua sektor jalan raya, kereta api, laut bahkan udara.
Selain itu, salah satu persyaratan penting dalam perdagangan internasional adalah memastikan pengangkutan barang dengan cara yang aman, berbiaya rendah, dan berisiko rendah, yang juga dimiliki oleh Republik Islam.
Menurut Mehdi Safari, Wakil Menteri Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri Iran, Lokasi geografis khusus Iran memiliki kapasitas untuk dilewati 60 juta ton kargo transit, yang harus menjadi perhatian provinsi perbatasan dan negara-negara di perbatasan.
Merujuk pada strategi pemerintah Raisi dalam mengembangkan hubungan dagang dengan negara tetangga, Safari mengatakan, Pemerintah telah berupaya dan melakukan segala upaya untuk memberikan landasan bagi pengembangan hubungan dagang dengan negara tetangga.
Di sisi lain, proses perubahan proses pertumbuhan ekonomi dan transit barang melalui poros transportasi Iran dapat dilihat sebagai kegagalan sanksi AS terhadap Iran. Karena dengan berkembangnya rencana koridor transit Iran, bukan hanya upaya AS untuk menerapkan sanksi dan mengisolasi Iran di kawasan gagal, tapi kerja sama regional antar negara juga meningkat.
Untuk itu, Republik Islam berusaha mempertimbangkan letaknya yang strategis dan berada di jalur koridor Utara-Selatan, Timur-Barat, dengan tetap memanfaatkan kapasitas pelabuhan, terminal perbatasan, dan infrastruktur transportasi lain yang ada untuk memfasilitasi transportasi dan perdagangan internasional dan regional, juga menyiapkan berbagai fasilitas dan kapasitasnya bagi negara-negara di kawasan.(sl)