Washington Post Ungkap penyebab Kekalahan Israel dalam Perang di Gaza
Surat kabar Washington Post dalam laporannya yang mengutip pejabat militer Israel, menulis bahwa salah satu alasan kekalahan dalam perang itu adalah kurangnya pemahaman terhadap Syahid Yahya al-Sinwar, mantan pemimpin gerakan perlawanan Palestina (Hamas).
Yahya Sinwar, Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) gugur pada hari Rabu (16 Oktober) saat melawan tentara rezim Zionis di kota Rafah di Jalur Gaza selatan.
Parstoday melaporkan, surat kabar Washington Post menulis dalam sebuah laporan tentang penyelidikan tentara Israel atas kegagalan operasi 7 Oktober 2023 bahwa penyelidikan militer menunjukkan bahwa kemampuan Hamas diremehkan sebelum serangan ini.
Menurut laporan tersebut, petugas Israel mengadakan pertemuan beberapa jam sebelum serangan 7 Oktober setelah mengamati tanda-tanda yang mengkhawatirkan.
Menurut Washington Post, perwira Zionis telah menyimpulkan bahwa tidak ada bahaya yang mengancam dan gagal memprediksi serangan tersebut.
Washington Post melanjutkan laporannya dengan menambahkan bahwa kegagalan itu disebabkan oleh kurangnya informasi dan perencanaan yang buruk.
Dalam laporan ini, surat kabar Washington Post mengutip pernyataan sejumlah pejabat militer Israel yang mengatakan bahwa salah satu alasan kegagalan tersebut adalah tidak adanya pemahaman terhadap mantan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, karena sejumlah pejabat Israel menegaskan bahwa militer Israel yakin bahwa Sinwar sedang mencari konsesi finansial dari Israel untuk memerintah Gaza, bukan perang.
Washington Post lebih lanjut mengutip seorang pejabat militer Zionis yang mengatakan bahwa tidak ada pejabat Israel yang mampu membayangkan apa yang terjadi.
Menurut Washington Post, pejabat Zionis itu menekankan penilaiannya bahwa Hamas tidak tertarik pada perang dan tidak mampu melakukan serangan sebesar ini.
Washington Post mengutip pejabat militer Israel mengumumkan bahwa kesimpulan utama adalah bahwa musuh tidak boleh dibiarkan mengumpulkan pasukan mereka di dekat perbatasan Israel.
Rezim Zionis, dengan dukungan Amerika Serikat, melancarkan perang yang menghancurkan terhadap penduduk Jalur Gaza dari 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, tetapi tidak mencapai tujuannya untuk menghancurkan gerakan Hamas dan mengembalikan tahanan Israel melalui perang, dan terpaksa menyetujui gencatan senjata dengan gerakan tersebut.
Pada tanggal 19 Januari 2025, perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara rezim Israel dan Hamas dilaksanakan, yang terdiri dari tiga tahap, yang masing-masing berlangsung selama 42 hari.
Ketentuan tahap pertama perjanjian ini meliputi pembebasan bertahap 33 tahanan Zionis yang ditahan di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan Palestina dan Arab, yang diperkirakan berjumlah antara 1.700 hingga 2.000 orang.(PH)