Tamparan Afrika terhadap Zionisme, Mengusir Wakil Israel dari KTT Uni Afrika
(last modified Wed, 09 Apr 2025 03:27:59 GMT )
Apr 09, 2025 10:27 Asia/Jakarta
  • Logo Uni Afrika
    Logo Uni Afrika

Negara-negara yang berpartisipasi dalam pertemuan puncak tahunan Uni Afrika menolak kehadiran duta besar Israel dalam pertemuan tersebut dan mengusirnya.

KTT Uni Afrika ke-38 diadakan di Addis Ababa, ibu kota Ethiopia, sementara duta besar Israel untuk Ethiopia juga menghadiri KTT Uni Afrika.

Namun, para peserta KTT bukan hanya mengusirnya, tapi juga mengutuk keras kejahatan rezim Israel dan agresi brutalnya terhadap warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza dalam pernyataan akhir KTT itu.

Para peserta menyatakan dalam pernyataan akhir pertemuan itu, Kami menyatakan penentangan kami terhadap pelanggaran hukum internasional oleh Israel dan penargetan warga sipil dan infrastruktur. Israel melakukan genosida terhadap Palestina dan harus diadili di pengadilan internasional.

Para penandatangan pernyataan itu juga menyerukan diakhirinya kerja sama dan normalisasi hubungan dengan Israel, dan pembebasan segera semua tahanan Palestina.

Mereka juga mengutuk keras kebijakan pemindahan paksa warga Palestina dari tanah mereka.

Ruang sidang Uni Afrika

Pengusiran perwakilan Israel dari pertemuan puncak Uni Afrika bukanlah sekadar sikap diplomatik, tapi merupakan ekspresi yang jelas dan berani dari rasa jijik yang meluas dan berkembang di antara negara-negara Afrika terhadap kebijakan apartheid dan genosida rezim Zionis.

Negara-negara Afrika telah dengan jelas menyatakan bahwa mereka menuntut diakhirinya pendudukan dan kekerasan terhadap rakyat Palestina.

Mereka pada praktiknya adalah pembela cita-cita Palestina, dan meskipun faktanya beberapa negara di benua ini memiliki hubungan politik dan ekonomi dengan rezim Zionis, mereka tidak bersedia mengikuti kebijakan kriminal rezim itu demi mempertahankan hubungan mereka.

Sebenarnya, dengan mengeluarkan pernyataan seperti itu, Uni Afrika bukan hanya menyatakan solidaritasnya terhadap rakyat Palestina, tapi juga memperkuat legitimasi moralnya.

Tidak seperti beberapa organisasi regional lain yang tetap bungkam terhadap kejahatan perang, Uni Afrika telah memisahkan diri dan memasuki fase aksi politik tanpa rasa takut.

Tindakan ini menunjukkan bahwa masalah Palestina masih menjadi pusat persatuan global melawan penindasan dan pendudukan.

Di sisi lain, pengusiran perwakilan Israel harus dianggap sebagai pukulan besar bagi proyek pengaruh diplomatik Israel di Afrika.

Tel Aviv telah melakukan upaya besar dalam beberapa tahun terakhir untuk memperluas hubungan dengan negara-negara Afrika.

Dalam beberapa tahun terakhir, para pejabat Israel telah mencoba menunjukkan diri mereka bersahabat dengan negara-negara Afrika dan menundukkan mereka pada kebijakannya dengan menjanjikan bantuan keuangan dan teknologi ke banyak negara di benua itu, terutama di bidang militer, keamanan, dan pertanian.

Namun posisi negara-negara Afrika dalam perang Gaza melawan Israel dan sekarang pengusiran perwakilan rezim Zionis dari pertemuan puncak Uni Afrika dengan jelas menunjukkan bahwa negara-negara tersebut tidak akan pernah mengkompromikan cita-cita kemanusiaan mereka dan tidak akan menerima segala bentuk pembunuhan, apartheid, atau pelanggaran hak asasi manusia.

Faktanya, para anggota yang berpartisipasi dalam pertemuan puncak Uni Afrika saat ini, dengan mengambil sikap ini, juga mengirimkan pesan yang jelas kepada lembaga internasiona, “waktu untuk berdamai dengan para penjahat sudah berakhir”.

Dunia tidak boleh menyaksikan terulangnya genosida yang telah dialami di banyak negara Afrika, termasuk Rwanda.

Sikap tegas Uni Afrika dalam pernyataan akhir pertemuan puncak itu juga sangat penting.

Rujukan langsung kepada "genosida" Israel terhadap rakyat Palestina, kecaman atas penargetan warga sipil dan infrastruktur vital, dan penekanan pada pengadilan pejabat Zionis di pengadilan internasional, serta penentangan jelas Uni Afrika terhadap "normalisasi hubungan" dengan rezim Zionis, dengan jelas menunjukkan posisi rezim Zionis telah runtuh bahkan di negara-negara Afrika yang memiliki hubungan politik dan ekonomi dengannya.
Selama perang Gaza, para pejabat Afrika telah berulang kali mengutuk tindakan Israel dalam bahasa yang transparan.

Afrika Selatan bahkan melangkah lebih jauh dan mengajukan pengaduan ke Mahkamah Internasional, menuduh Israel melakukan genosida.

Dalam kaitan ini, tampaknya tindakan Uni Afrika saat ini bukan sekadar tindakan membela rakyat Palestina, tapi juga mencerminkan lebih dari sebelumnya suara sebuah benua yang, setelah puluhan tahun mengalami kolonialisme dan penindasan, kini dengan lantang menyerukan penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan di dunia.

Tindakan ini juga merupakan langkah bersejarah menuju pendefinisian ulang peran benua Afrika di panggung dunia.

Benua yang pernah menjadi korban kolonialisme kini telah bangkit ke posisi menuntut keadilan.

Transformasi ini semestinya dapat menjadi model yang menginspirasi bagi wilayah lain di dunia.(sl)