Mengapa Pejabat Senior Eropa dan AS Mengakui Kejahatan Rezim Zionis?
-
Bendera Palestina
Pars Today - Sementara perang Gaza terus berlanjut, meskipun ada tekanan global terhadap Israel untuk menghentikan genosida yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, rezim Zionis tetap saja melakukan pemboman dengan penuh semangat, yang membuat situasi bagi penduduk Gaza semakin sulit dari hari ke hari. Masalah ini bahkan telah menuai kritik keras dari para pejabat senior Barat dan menyerukan agar hal itu dihentikan.
Berbicara pada pertemuan puncak keenam para pemimpin Komunitas Politik Eropa di Albania pada hari Jumat, 16 Mei, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyebut situasi di Jalur Gaza sebagai "tragedi kemanusiaan" dan mengatakan bahwa hukum internasional "dilanggar secara sistematis".
Costa menggambarkan situasi di Gaza sebagai "tragedi kemanusiaan" di mana hukum internasional "dilanggar secara sistematis" dan rakyat menjadi sasaran "kekuatan militer yang tidak proporsional dan menghancurkan".
Dalam langkah lain, para pemimpin tujuh negara Eropa mengeluarkan pernyataan bersama, yang menekankan bahwa mereka tidak akan tinggal diam dalam menghadapi bencana kemanusiaan di Jalur Gaza dan menyerukan pencabutan total blokade Israel terhadap Jalur Gaza.

Perdana Menteri Spanyol, Norwegia, Islandia, Irlandia, Luksemburg, Malta, dan Slovenia mengeluarkan pernyataan bersama pada hari Jumat, Kami tidak akan tinggal diam dalam menghadapi bencana kemanusiaan di Gaza yang terjadi di depan mata kita.
Dalam pernyataan bersama yang mereka keluarkan disebutkan, Kami menyerukan kepada Israel untuk segera meninggalkan kebijakannya saat ini dan sepenuhnya mencabut blokade Gaza.
Para pemimpin Eropa ini menyatakan, Pemindahan paksa atau pengusiran warga Palestina dengan cara apa pun tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran hukum internasional. Kami menolak rencana atau upaya apa pun untuk mengubah peta demografi.
Pernyataan para pemimpin Eropa ini merujuk pada rencana rezim Zionis untuk mengusir dan mengeluarkan penduduk Gaza ke negara-negara Arab lainnya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah meminta Yordania dan Mesir untuk menerima mereka, tapi kedua negara ini menentangnya.
Kini, jaringan berita Amerika "NBC News" melaporkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan rencana untuk memindahkan secara permanen sekitar satu juta warga Palestina dari Jalur Gaza ke Libya.
Dua sumber yang mengetahui rincian rencana tersebut dan seorang mantan pejabat AS mengatakan kepada televisi ini bahwa masalah tersebut sangat serius sehingga pemerintahan Trump telah memebicarakannya dengan pejabat Libya.
Menurut sumber tersebut, sebagai imbalan atas pemindahan warga Palestina di Libya, pemerintah AS kemungkinan akan melepaskan aset Libya senilai miliaran dolar yang dibekukan di AS lebih dari satu dekade lalu.
Namun, belum ada kesepakatan akhir yang dicapai, dan sumber yang sama mengatakan bahwa rezim Zionis Israel telah terlibat dalam pembicaraan ini.
Hal yang penting adalah bahwa beberapa pemimpin Eropa, seperti Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, telah melontarkan kritik yang lebih keras terhadap Israel dan kejahatannya yang meluas dan mengerikan di Jalur Gaza.
Sanchez sebelumnya telah mengumumkan di jejaring sosial X, Semakin banyak pemimpin yang bergabung dengan kami dalam mengutuk apa yang terjadi di Gaza. Pengeboman terhadap warga sipil harus segera dihentikan. Situasinya tidak dapat ditoleransi.
Sanchez juga mengatakan di parlemen Spanyol pada hari Rabu bahwa Israel adalah negara yang melakukan genosida dan kami memiliki hak untuk tidak berdagang dengan rezim seperti itu.
Spanyol juga berupaya mengajukan resolusi kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa agar Israel mengakhiri kejahatannya di Gaza.
Dalam perkembangan lain, di seberang Atlantik, yaitu di Amerika Serikat, kritik terhadap Israel dan seruan untuk mengakhiri kejahatannya terhadap warga Palestina di Jalur Gaza juga telah dilontarkan, bahkan di dalam lembaga penguasa Amerika, yang merupakan sekutu terpenting rezim Zionis.
Terkait hal ini, lebih dari dua puluh empat senator AS dalam sebuah surat meminta pemerintahan Trump untuk menggunakan semua alat diplomatik yang tersedia guna mengakhiri blokade Israel terhadap Gaza.
Senator AS Peter Welch mengatakan kepada Senat, Selama lebih dari dua bulan, Israel telah menggunakan kekuatannya untuk mencegah pengiriman makanan, obat-obatan, perawatan kanker penting, sistem dialisis, susu formula, dan lainnya kepada keluarga-keluarga yang kelaparan dan menderita di seluruh Gaza.
"Setengah juta warga Palestina di Gaza menghadapi kelaparan, dan jumlah itu terus bertambah. Pada saat yang sama, truk-truk penuh makanan dan obat-obatan, yang merupakan bagian terbesar dari bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutu kami, berada tepat di seberang perbatasan," tegasnya.
Senator AS ini menambahkan, Kami tidak dapat mendukung atau memaafkan kebijakan kelaparan yang disengaja oleh suatu rezim.
Akibat serangan tentara Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, sekitar 53.000 orang telah gugur syahid, dan jumlah total yang terluka dalam serangan tentara Israel di Jalur Gaza telah mencapai sekitar 120.000 orang.
Ribuan orang lainnya masih hilang dan tertimbun reruntuhan di Jalur Gaza.
Kelaparan dan kurangnya obat-obatan serta pasokan kesehatan dan medis juga telah menyebabkan kematian banyak warga Palestina, terutama anak-anak dan wanita hamil.
Di sisi lain, pengiriman bantuan pangan internasional membusuk di balik perbatasan Gaza.
Tampaknya beratnya kejahatan Israel terhadap penduduk Gaza dan penggunaan kekerasan dan genosida yang tidak terbatas telah menyebabkan bahkan sekutu tradisional Barat dari rezim Zionis tidak dapat membenarkan kejahatan ini.
Mengingat tekanan opini publik dan klaim hak asasi manusia, Barat menuntut diakhirinya tindakan kriminal ini, termasuk genosida warga Palestina dan penggunaan senjata kelaparan terhadap penduduk Gaza.
Namun, Tel Aviv, yang didukung dengan dukungan tanpa syarat Washington, telah mengabaikan permintaan ini dan malah semakin mengintensifkan serangannya terhadap Gaza dan pembunuhan penduduknya, terutama wanita dan anak-anak.(sl)