Perubahan Iklim dan Perlakuan Diskriminatif UE Soal Kelapa Sawit RI
(last modified Tue, 02 Nov 2021 04:24:34 GMT )
Nov 02, 2021 11:24 Asia/Jakarta
  • Presiden RI Joko Widodo
    Presiden RI Joko Widodo

Setelah usai mengikuti KTT G20 selama dua hari, Presiden RI Joko Widodo memulai rangkaian kunjungannya di Glasgow, Skotlandia, Senin (01/11/2021), dengan sejumlah agenda yang cukup padat.

Presiden Jokowi diagendakan melakukan pertemuan bisnis dengan perusahaan Inggris yang akan berinvestasi di Indonesia.

"Kegiatan Presiden sudah sangat-sangat padat. Acara dimulai dengan pertemuan bisnis dengan beberapa perusahaan Inggris yang berencana untuk berinvestasi baru atau menambahkan investasi baru di Indonesia, termasuk di bidang investasi hijau," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, sebagaimana dikutip Parstodayid dari Antaranews, Selasa (02/11/2021).

Setelahnya, Presiden Jokowi akan menghadiri upacara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia COP26 yang digelar di Scottish Event Campus (SEC). Presiden Jokowi juga akan menyampaikan "national statement" dalam pertemuan COP26 tersebut.

Di sela-sela kegiatan KTT COP26, Presiden Jokowi turut diagendakan untuk melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara dan sejumlah pihak, yaitu Perdana Menteri Inggris, Perdana Menteri Palestina, Presiden Amerika Serikat, CEO Rockefeller, Jeff Bezos, dan Bill Gates.

Presiden RI Joko Widodo

Komitmen RI di COP26
Presiden Joko Widodo menyampaikan komitmen Indonesia untuk menangani persoalan perubahan iklim dalam Climate Change Conference (COP26) di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11) waktu setempat.

"Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan turun 82 persen pada 2020," kata Presiden Jokowi saat berbicara pada KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26 di Glasgow, Senin.

Menurut Presiden Jokowi, perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global sehingga solidaritas, kemitraan, kerja sama, dan kolaborasi global merupakan kunci untuk mengatasi persoalan tersebut.

Tak hanya itu, Indonesia juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare sampai 2024, terluas di dunia. Indonesia pun telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara tahun 2010-2019.

"Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia, akan mencapai 'carbon net sink' selambatnya tahun 2030," tambah Presiden.

Di sektor energi, Indonesia juga terus melangkah maju dengan pengembangan ekosistem mobil listrik dan pembangunan pembangkit tenaga surya terbesar di Asia Tenggara.

Indonesia memanfaatkan energi baru terbarukan, seperti biofuel serta pengembangan industri berbasis energi bersih termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia di Kalimantan Utara.

Diskriminasi UE Soal Kelapa Sawit RI
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyayangkan masih ada perlakuan diskriminatif dari Uni Eropa (UE) terhadap kelapa sawit berkelanjutan dari Indonesia.

“Terkait dengan kerja sama lingkungan hidup, saya menyayangkan masih ada perlakuan diskriminatif oleh Uni Eropa terhadap kelapa sawit berkelanjutan Indonesia,” kata Presiden Jokowi saat melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Slovenia Janes Jansa di sela KTT Pemimpin Dunia, COP26, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11) sebagaimana keterangan Biro Pers Sekretariat Presiden, diterima di Jakarta, Selasa.

Presiden Jokowi mengharapkan agar Slovenia mendorong finalisasi perundingan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia - EU (I-EU CEPA). Selain itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan terkait berbagai isu mengenai lingkungan hidup.

Presiden juga menyampaikan bahwa upaya memperkuat kerjasama Indonesia-UE ini telah dibahas dengan Prancis sebagai pemegang presidensi UE berikutnya dan juga dengan Presiden Dewan Eropa.

Selain itu, Presiden Jokowi menyampaikan apresiasi kepada PM Slovenia atas komitmennya untuk terus memperkuat hubungan Indonesia-Slovenia dan Indonesia-Uni Eropa (UE).

Sementara itu, PM Janes Jansa menyampaikan bahwa Slovenia memberikan perhatian besar terhadap Indonesia. “Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, sehingga penting bagi Uni Eropa memberikan perhatian lebih besar kepada Indonesia,” kata PM Janes Jansa.

Turut hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam pertmuan tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. (Antaranews)