Mar 04, 2022 13:02 Asia/Jakarta
  • Presiden RI Joko Widodo
    Presiden RI Joko Widodo

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan salah satu strategi untuk menuju endemi COVID-19 adalah mengejar cakupan vaksinasi COVID-19 memenuhi 70 persen dari total populasi, di mana Indonesia sudah mengalami dua tahun pandemi COVID-19.

"Semua negara sama resepnya, yakni meningkatkan jumlah vaksinasi penuh minimal sampai dengan 70 persen dari populasi," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di Jakarta, sebagaimana dikutip Parstodayid dari Antaranews, Kamis (03/03/2022).

Handoko menuturkan akan lebih baik lagi jika bisa mencapai minimal 40 persen dari populasi penduduk Indonesia mendapatkan vaksin penguat (booster).

Selain meningkatkan capaian vaksinasi COVID-19, strategi yang harus selalu dilakukan adalah tetap menjaga protokol kesehatan, khususnya dengan memakai masker.

Meskipun sudah mendapat vaksin COVID-19, masyarakat harus tetap melakukan protokol kesehatan secara disiplin karena pandemi COVID-19 masih belum berakhir.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI menargetkan vaksinasi COVID-19 sudah mencakup 70 persen dari populasi pada Juni 2022 dan melakukan berbagai upaya untuk mencapai target tersebut.

Selain mengakselerasi pelayanan untuk menjangkau warga yang belum mendapat suntikan vaksin COVID-19, pemerintah melakukan vaksinasi ulang pada warga yang terlambat mendapat vaksinasi dosis kedua, belum mendapat vaksinasi dosis kedua setelah enam bulan lebih mendapat vaksinasi dosis pertama.

Omicron

Menurut data pemerintah, hingga Senin (21/2) sebanyak 337 juta dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan kepada warga. Sebanyak 51,97 persen dari 270 juta penduduk Indonesia tercatat sudah mendapat suntikan dua dosis vaksin COVID-19.

Mengenali Gejala Turunan Omicron
Sub varian Omicron (BA.2) mulai 'ngegas' di Indonesia, bahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebut sudah ada 332 kasus yang teridentifikasi.

Menurut juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi, varian BA.2 'Siluman Omicron' dikhawatirkan memicu gejala berat daripada strain aslinya. Namun, temuan pemerintah sejauh ini belum menunjukkan perbedaan signifikan gejala di antara kedua tipe Omicron tersebut.

"Sudah ada 332 kasus ya. Memang ada asumsi bahwa BA.2 Omicron lebih cepat menular dan meningkatkan keparahan," beber dr Nadia, Jumat (4/3/2022).

Dikutip dari Health, Jumat (4/3/2022), Omicron siluman artinya adalah turunan dari varian Omicron asli (BA.1) yang kini telah diselidiki oleh sejumlah pakar termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Virus ini pun diketahui telah teridentifikasi di sejumlah negara Eropa hingga Asia.

Selain tahu apa itu Omicron siluman, ada baiknya juga kita mengetahui seperti apa gejala yang ditimbulkan.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan ZOE COVID Study, berikut gejala umum yang dilaporkan pasien terinfeksi Omicron siluman (BA.2):

Pilek
Sakit kepala
Sakit tenggorokan
Bersin
Batuk terus menerus
Suara serak
Nyeri sendi/otot tak biasa
Demam menggigil
Pusing
Sakit mata
Kabut otak (brain fog)
Kurangnya nafsu makan
Sakit dada
Sakit telinga

Menurut hasil penelitian ZOE COVID Study, gejala hilang indera penciuman (anosmia) dan perasa seperti gejala klasik COVID-19 tidak ditemukan. Juga gejala Omicron siluman akan timbul kurang lebih dua hari setelah terinfeksi.

Omicron

Cara Penularan
Umumnya cara penularan Omicron siluman alias BA.2 ini sama seperti varian lainnya, baik itu Omicron (BA.1), Delta, hingga Beta. Dikutip dari laman resmi WHO, ini informasinya.

Antarmanusia secara langsung.

Antarmanusia secara tidak langsung melalui benda atau permukaan yang terkontaminasi virus (meja, gagang pintu, pegangan, dan lainnya).

Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang benda yang terkontaminasi oleh virus COVID-19.

Terinfeksi dari sekresi yang dikeluarkan melalui mulut dan hidung pasien positif COVID-19, seperti air liur, sekresi pernapasan, droplet ( percikan) akibat batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi.

Kontak erat dengan orang yang positif COVID-19. (Antaranews/Detik)

Tags