Upaya Indonesia Keluar dari Tekanan Ekonomi
-
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo
Ekonomi Indonesia tengah berada di pinggir jurang resesi. Ekonomi RI di kuartal II-2020 hampir dipastikan mengalami kontraksi, sedangkan jika kuartal III-2020 kembali minus maka dipastikan ekonomi RI sudah jatuh ke jurang resesi.
World Bank atau Bank Dunia sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 tidak tumbuh atau hanya 0%. Proyeksi itu bergantung pada beberapa hal dan tentu saja bisa berubah jika faktor-faktor pendukungnya berubah.
Sekalipun demikian, Bank Dunia menyebutkan pemulihan ekonomi Indonesia akan terjadi secara berangsur-angsur. Menurut laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) Bank Dunia edisi bulan Juli 2020, yang dipublikasikan hari ini, pertumbuhan PDB riil diproyeksikan akan mencapai 4,8 persen pada tahun 2021, dan akan kembali ke 6,0 persen pada tahun 2022.

Dalam menghadapi krisis ekonomi ini, Pemerintah Indonesia telah mengumumkan suatu paket fiskal yang totalnya mencapai 4,3 persen dari PDB.
Paket ini meliputi dana untuk meningkatkan kesiapan sektor kesehatan, dan peningkatan secara substansial untuk program bantuan sosial. Jika dicairkan secara penuh dan tepat sasaran, maka paket stimulus dapat mencapai tujuannya untuk memitigasi dampak pandemi terhadap kemiskinan.
Menanggapi hal ini, Presiden Joko Widodo menekankan Indonesia tidak bisa lagi berharap dari investasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden dalam arahannya kepada para gubernur mengenai percepatan penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2020, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu, sebagaimana dikutip dari laman Setkab. Demikian hasil pantuan Parstodayid dari Antaranews, Kamis (16/07/2020)
"Kita tidak bisa mengharapkan lagi yang namanya investasi, itu pasti minus pertumbuhannya. Yang bisa diharapkan sekarang ini, semua negara hanya satu yang diharapkan yaitu belanja pemerintah, spending kita," ujar Jokowi.
Presiden Jokowi meminta seluruh gubernur tidak mengerem atau menghentikan belanja pemerintah. Menurut dia, jika ingin ekonomi provinsi cepat pulih maka belanja pemerintah harus dipercepat.
"Kuncinya hanya di situ. Enggak bisa lagi kita mengharapkan, sekali lagi, investasi, swasta, enggak. Karena ini munculnya memang harus dari belanja pemerintah," tegasnya.
Sementara itu, pakar ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Eddy Junarsin pun memberikan sejumlah saran agar Indonesia bisa keluar dari bayang-bayang resesi.
Eddy menyebut capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal III (Juli-September) 2020 menjadi penentu kondisi perekonomian Indonesia. Di kuartal tersebut pemerintah diharapkan bisa mengambil kebijakan yang lebih akurat terkait penanganan wabah virus Corona atau COVID-19.
Untuk keluar dari resesi, Eddy menyebut pemerintah perlu memberi stimulus dengan membentuk jejaring pengaman sosial dan insentif bagi dunia usaha. Terlebih jika pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) nasional secara singkat.
Selain itu, stimulus moneter dengan penurunan suku bunga diharapkan bisa menarik minat investor untuk kembali melakukan ekspansi usaha.