Kunjungan Enrique Mora ke Tehran; Harapan Timbal Balik Iran-Uni Eropa
Tehran Kamis (14/10/2021) menjadi tuan rumah bagi kunjungan Sekretaris Jenderal Layanan Luar Negeri Uni Eropa, Enrique Mora.
Deputi bidang politik Kemenlu Iran, Ali Bagheri di tweetnya seraya mengumumkan kunjungan ini menulis, "Agenda kunjungan ini adalah pertukaran pandangan di isu-isu bilateral, regional termasuk Afghanistan serta perundingan untuk mencabut sanksi zalim."
Kunjungan Enrique Mora ke Tehran digelar di kondisi ketika Amerika Serikat dan anggota Eropa di JCPOA tidak mengambil langkah nyata meski ada penekanan dari Republik Islam Iran terkait pentingnya langkah nyata dan dapat diverifikasi demi menjamin kepentingan Iran di JCPOA.
Meski demikian, diplomat Inggris, Jerman dan Prancis hari Rabu dalam sebuah memonya seraya mengisyaratkan agenda kunjungan Mora ke Tehran menulis, pertemuan ini terjadi di saat penting ketika perundingan Wina mengenai kembali secara penuh ke JCPOA ditangguhkan oleh Iran selama empat bulan.
Sikap ini diulang oleh Eropa ketika kinerja lemah Eropa termasuk Prancis menjadi salah satu faktor munculnya kendala di implementasi perjanjian JCPOA. Isu dan kendala yang muncul akibat tidak adanya niat baik dan pelanggaran komitmen oleh Amerika di proses implementasi kesepakatan nuklir bukan sebuah isu yang dapat diabaikan dan perundingan Wina dilanjutkan tanpa hasil.
Jelas bahwa tanggung jawab Eropa terhadap JCPA tidak dijalankan dengan benar, dan proses ini sebuah bentuk pembenaran akan aksi sepihak Amerika Serikat.
Mehdi Safari, deputi bidang ekonomi Kemenlu Iran di sidang tingkat tinggi memperingati konferensi GNB pertama ke-60 di Serbia, seraya mengisyaratkan sikap Eropa di JCPOA yang terus mencari-cari alasan mengatakan, "Ketidakmampuan Eropa untuk memberikan manfaat ekonomi kecil yang dijanjikan kepada Iran setelah keluarnya Trump dari JCPOA secara ilegal, serta keengganan pemerintah AS untuk meninggalkan kebijakan "tekanan maksimum" yang gagal, adalah faktor utama bagi kurangnya kemajuan saat ini di implementasi JCPOA."
Wajar jika peluang untuk mengaktifkan kembali JCPOA akan terwujud ketika pelanggar sejati kesepakatan nuklir kembali ke jalur sebenarnya JCPOA, tapi tentunya hal ini masih membutuhkan banyak pekerjaan.
Kini ada dua masalah penting yang pasti;
Pertama, memperhatikan urgensitas waktu dan tidak kehilangan peluang kecil yang tersisa di saat ini. Oleh karena itu, Eropa penting untuk mengambil keputusan serius dan segera dalam menjalankan komitmennya demi mempertahankan JCPOA, ketimbang fokus untuk menekan Iran. Selain itu, Eropa juga harus menentukan langkah untuk mencabut sanksi dan langkah nuklir melalui kelompok para pakar.
Gwadi Calvo, pengamat internasional Argentina seraya mengisyaratkan kelemahan Uni Eropa dan ketidakpercayaan Iran terhadap janji-janji kosong, meyakini dibutuhkan jaminan yang jelas dan kredibel dari pihak seberang untuk meraih kemajuan berarti.
Kedua, kembalinya AS ke JCPOA tidak membutuhkan perundingan, karena jalur Washington di bidang ini sepenuhnya jelas. Amerika Serika sama seperti ketika keluar dari JCPOA dan menjatuhkan sanksi ilegal kepada Iran, juga dapat kembali ke JCPOA dalam bentuk serupa dan mengakhiri sabotasenya.
Tentu saja, mengingat pentingnya masalah ini bagi semua pihak dalam perjanjian JCPOA, maka diharapkan pembicaraan Wina dilanjutkan dalam waktu yang tidak terlalu lama; Namun dalam negosiasi ini, Iran jelas “mencari hak yang telah dilanggar oleh Amerika Serikat di kesepakatan nuklir dan Eropa yang enggan untuk memberikan kompensasi. Selain itu, pemenuhan hak ini juga harus diverifikasi sehingga Iran dapat diyakinkan untuk kembali ke komitmennya yang tetap dijalankan setelah satu tahun Amerika keluar dari perjanjian internasional ini.
Tentu saja hal ini merupakan ujian sulit bagi pihak Barat. Diharapkan perundingan Mora hari ini di Tehran mampu berakhir dengan sebuah kesimpulan yang dapat diterima. (MF)