Iran Aktualita, 13 November 2021
Perkembangan di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti seputar rencana perundingan Wina dan tujuan Republik Islam Iran.
Selain itu masih ada isu lainnya seperti kunjungan Ali Shamkhani ke India dan Dialog Keamanan Delhi, Drone AS, RQ4 dan MQ-9 Terlacak Saat Militer Iran Gelar Latgab, Laksamana Mousavi: Drone-Drone Iran Tak Kenal Kubah Besi, Kepala AEOI: Iran Kuat, Musuh Menghindari Konfrontasi.
Ini Tujuan yang Ingin Dicapai Iran dalam Pembicaraan Wina
Negosiator senior Iran dan wakil menteri luar negeri untuk urusan politik, mengatakan Iran sedang mencari jaminan praktis bahwa perjanjian internasional tidak akan dilanggar lagi oleh Amerika Serikat.
Hal itu ditekankan oleh Ali Bagheri Kani dalam wawancaranya dengan Press TV, Jumat (12/11/2021).
"Tujuan utama dari negosiasi yang akan datang antara Iran dan pihak-pihak yang tersisa dalam perjanjian nuklir 2015 di Wina adalah untuk menghapus semua sanksi yang dijatuhkan oleh AS," tegas Bagheri Kani.
Dia menjelaskan apa yang dilakukan AS tidak hanya melanggar perjanjian nuklir JCPOA, tetapi juga resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB.
"Dengan menarik diri dari JCPOA, melanggar resolusi Dewan Keamanan, dan menjatuhkan sanksi terhadap Iran, AS tidak hanya membuat Republik Islam rugi, tetapi juga merugikan pihak lain dalam perjanjian karena mereka punya transaksi bisnis dan kontrak dengan Iran," kata Bagheri Kani.
Dia juga memuji pembicaraannya baru-baru ini dengan para pejabat dari Prancis, Jerman, dan Inggris.
"Pembicaraan itu jelas dan konstruktif. Kami bertukar pandangan tentang kerangka kerja untuk pembicaraan yang akan datang dengan cara yang jelas dan transparan," tegasnya.
Bagheri Kani tiba di Madrid pada hari Jumat untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Spanyol. Sebelum ini, ia telah berkunjung ke Prancis, Jerman, dan Inggris untuk penjajakan.
Putaran baru pembicaraan Wina dijadwalkan berlangsung pada 29 November mendatang di ibu kota Austria.
Di kesempatan lain, Negosiator senior Iran dan Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Politik, Ali Bagheri Kani mengatakan Republik Islam tidak akan berunding dengan Barat mengenai kemampuan pertahanan dan keamanannya.
“Perjanjian nuklir JCPOA punya kerangka kerja yang jelas dan isu-isu lain selain nuklir tidak terkait dengannya. Iran tidak akan bernegosiasi tentang kemampuan pertahanan atau keamanannya,” tegasnya dalam wawancara dengan surat kabar The Guardian di London, Kamis (11/11/2021) malam.
Menjawab pertanyaan tentang pembicaraan Wina, dia menekankan Iran menginginkan komitmen bahwa Amerika Serikat tidak akan menarik diri lagi dari perjanjian nuklir.
Putaran baru pembicaraan Wina untuk menuntut penghapusan sanksi ilegal AS terhadap Iran akan dilanjutkan pada 29 November 2021 di ibu kota Austria.
“Masalah prinsip utang, pembayaran, dan jumlahnya disepakati oleh kedua belah pihak,” kata Bagheri Kani mengacu pada utang pemerintah Inggris kepada Iran sebesar 400 juta pound.
Utang Inggris ke Iran terkait dengan kontrak penjualan 1.500 tank Chieftain dan 250 kendaraan lapis baja pada tahun 1974 dan 1976, yang tidak dilaksanakan setelah Revolusi Islam di Iran dan pengenaan sanksi oleh Barat.
Mahkamah Internasional telah memerintahkan pihak Inggris untuk membayar utang tersebut.
Bagheri Kani berkunjung ke London pada hari Kamis untuk berdiskusi dengan sejumlah mitranya dari Inggris. Dalam pertemuan yang diadakan secara tertutup, ia menjelaskan sikap dan pendekatan Iran terhadap JCPOA.
“Pembicaraan ini merupakan sebuah langkah maju untuk mendekatkan pandangan pejabat politik Iran dan Inggris,” ujarnya.
Negosiator senior Iran ini juga akan bertemu dengan pejabat Uni Eropa dalam beberapa hari mendatang.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan bahwa kembalinya semua pihak kepada komitmen (kesepakatan nuklir) merupakan prinsip penting dan utama.
"Di meja perundingan Wina, kami siap untuk mencapai sebuah kesepakatan yang baik," kata menlu Iran di akun Twitternya, Rabu (10/11/2021).
Dia menambahkan bahwa kepala negosiator nuklir Iran, Ali Bagheri terlibat dalam pembicaraan yang sukses di Eropa.
"Bagheri telah melakukan perjalanan ke Prancis dan Jerman dan akan mengunjungi Inggris pada Kamis ini," kata Amir-Abdollahian.
Pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir JCPOA yang ditinggalkan oleh Amerika Serikat, akan dilanjutkan di Wina pada 29 November mendatang.
Pemerintah Iran berulang kali menyatakan jika pihak Barat berniat membangun kepercayaan, maka mereka harus memenuhi semua kewajiban kesepakatan.
Kunjungan Ali Shamkhani ke India dan Dialog Keamanan Regional Delhi
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran tiba di India untuk menghadiri Dialog Keamanan Regional Delhi yang ketiga.
"Dalam pertemuan ini, kami mencoba mencari cara untuk membantu membangun perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan dan inklusif di Afghanistan serta berusaha mencapai strategi operasional bersama," kata Ali Shamkhani kepada wartawan di Bandara Internasional New Delhi, Selasa (9/11/2021) malam.
"Meski Amerika Serikat telah diusir dari Afghanistan setelah 20 tahun pendudukan, mereka terus menciptakan krisis dengan menyulut ketegangan," tambahnya seperti dilaporkan Iran Press.
Shamkhani menyatakan kegembiraan dengan bertambahnya jumlah negara yang mengikuti pertemuan Dialog Keamanan Regional Delhi.
Menurutnya, pelaksanaan konferensi merupakan peluang yang sangat baik untuk melakukan pembicaraan politik dan keamanan bilateral antara negara-negara di kawasan.
Selama di New Delhi, Shamkhani juga akan bertemu dengan rekan-rekannya untuk membicarakan isu-isu bilateral, regional, dan internasional.
Pertemuan tersebut dimulai hari ini, Rabu (10/11/2021) di tingkat penasihat keamanan dan sekretaris dewan keamanan nasional di kota New Delhi. Kegiatan ini diketuai oleh Penasihat Keamanan Nasional India, Shri Ajit Doval.
Para peserta terdiri dari perwakilan dari Iran, Kazakhstan, Kirgistan, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
Forum Dialog Keamanan Regional ini diprakarsai oleh Republik Islam Iran, dan pertemuan pertamanya diadakan di kota Tehran pada 2018 untuk membahas krisis di Afghanistan.
Shamkhani: AS Salah Perhitungan di Afghanistan
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran mengatakan, Amerika Serikat membuat kesalahan perhitungan di Afghanistan dan mempermalukan dirinya sendiri dengan lari dari Afghanistan dan meninggalkan masalah bagi rakyat.
Ali Shamkhani mengutarakan hal itu dalam pidatonya pada pertemuan ketiga Dialog Keamanan Regional Delhi, yang diselenggarakan di kota New Delhi, India, Rabu (10/11/2021).
"Republik Islam Iran telah membahas berbagai topik terkait Afghanistan, termasuk melawan ancaman terorisme untuk membantu Afghanistan berkembang," ujarnya seperti dilaporkan Iran Press.
"Kita semua sepakat bahwa perdamaian, keamanan, dan kemakmuran di Afghanistan merupakan kepentingan bersama negara-negara di kawasan dan mereka yang hadir dalam forum ini," kata Shamkhani.
Menurutnya, upaya AS untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan hanyalah kedok untuk keluar dari rawa yang dibuat oleh mereka sendiri.
"20 tahun lalu, AS menduduki Afghanistan dengan dalih melawan Taliban dan al-Qaeda, mengklaim memerangi terorisme, dan mengatakan mereka ingin menjadikan Afghanistan sebagai model dan negara yang menginspirasi. Tetapi, alih-alih menjadikan negara itu sukses dan menginspirasi, krisis yang terjadi di Afghanistan bertambah buruk dari sebelumnya," ungkap Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran.
Dia menjelaskan terorisme telah berkembang, kemiskinan dan kesengsaraan meningkat, penanaman dan perdagangan narkoba melonjak, arus migrasi bertambah, dan sejumlah besar orang tak bersalah di Afghanistan – untuk alasan yang tidak jelas dan bahkan di pesta pernikahan – dibantai oleh pasukan AS.
Shamkhani mengatakan, "Kami selalu menekankan bahwa perdamaian adalah kehendak bersama rakyat dan suku-suku di Afghanistan. Oleh karena itu, Iran bekerja dengan para aktor di dalam dan di luar Afghanistan untuk bergerak menuju rencana yang benar-benar bermanfaat bagi saudara-saudara kita yang tertindas di Afghanistan dan semua negara tetangga dan kawasan, dan itu adalah untuk membangun perdamaian dan stabilitas yang abadi di Afghanistan."
Menurut pejabat tinggi Iran ini, AS tidak memiliki rencana apa pun untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan. Satu-satunya tujuan mereka adalah membebaskan dirinya dari tragedi yang telah diciptakannya.
"Karena sikap arogan dan kesombongan, AS telah menyebabkan masalah di Afghanistan, kawasan, dan dunia," tandas Shamkhani.
Shamkhani Ajak Semua Negara Kawasan Bantu Rakyat Afghanistan
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran saat bertemu sejawatnya dari Kirgistan, menekankan urgensi partisipasi seluruh negara kawasan untuk membantu rakyat Afghanistan, dan menindak pihak-pihak yang meciptakan kekacauan.
Ali Shamkhani, Rabu (10/11/2021) di sela Dialog Keamanan Regional India di New Delhi, bertemu dengan Ketua Komisi Pusat Keamanan Nasional Kirgistan, Marat Amankulov.
Dalam pertemuan itu, Shamkhani menekankan kerja sama Iran-Kirgistan dan menuturkan, "Iran memiliki kapasitas besar di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan transit yang dapat dijadikan media kerja sama dengan Anda."
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran pada kesempatan itu juga menyinggung perkembangan di Afghanistan, dan proyek negara-negara Barat untuk mengacaukan kawasan.
Ali Shamkhani menekankan pentingnya partisipasi semua negara kawasan untuk membantu rakyat Afghanistan, dan menindak pihak-pihak yang mengacaukan kawasan. Ia juga berharap Iran dan Kirgistan bisa bekerja sama lebih erat dalam masalah ini.
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Bertemu PM India
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Shamkhani bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk membahas isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.
Dikutip dari Iran Press, Shamkhani sedang berada di New Delhi untuk menghadiri pertemuan ketiga Dialog Keamanan Regional Delhi, yang dimulai pada Rabu (10/11/2021).
Berbicara tentang perlunya untuk mewujudkan tujuan para pemimpin Iran dan India, Shamkhani menekankan pelabuhan Chabahar Iran penting dalam hubungan regional dan sebagai rute transit utara-selatan.
Dia mengatakan realitas di Afghanistan setelah 20 tahun diduduki oleh Amerika Serikat sangat memilukan dan penderitaan rakyat Afghanistan telah memperumit situasi di kawasan.
"Persoalan tersebut perlu diselesaikan dalam konteks pertemuan keamanan regional," kata pejabat Iran tersebut.
Dalam pertemuan itu, Perdana Menteri Modi berterima kasih kepada para delegasi atas kehadiran mereka di tengah pandemi Corona.
Dia juga menyampaikan keprihatinannya atas situasi di Afghanistan dan menegaskan perlunya kerja sama kolektif dan kesepahaman dalam hal ini.
Drone AS, RQ4 dan MQ-9 Terlacak Saat Militer Iran Gelar Latgab
Selama berlangsungnya manuver militer gabungan Zolfeghar 1400, Militer Iran berhasil mendeteksi keberadaan drone Amerika Serikat, RQ4 dan MQ-9 yang masuk ke zona identifikasi pertahanan udara Iran, ADIZ dan wilayah informasi penerbangan, FIR negara ini.
Di tengah manuver militer Zolfeghar 1400 yang ditutup hari ini, Selasa (9/11/2021), drone AS, RQ4 dan MQ-9 yang berada beberapa kilometer dari lokasi, berhasil terlacak radar sistem pertahanan udara Iran.
Drone-drone AS itu terdeteksi memasuki Air Defense Identification Zone, ADIZ dan Flight Information Region, FIR, Iran. Setelah mendapatkan peringatan dari Militer Iran, drone-drone AS itu akhirnya menjauh dari wilayah dekat perbatasan negara ini.
Manuver militer gabungan Iran, Zolfeghar 1400 mendapat perhatian serius dari kekuatan-kekuatan transregional terutama Amerika Serikat.
Drone AS memasuki ADIZ dan FIR Iran dengan maksud untuk mengumpulkan informasi seputar manuver militer gabungan Zolfeghar 1400. Selama latgab berlangsung sejumlah drone asing berusaha masuk area latihan namun diusir oleh militer Iran.
Laksamana Mousavi: Drone-Drone Iran Tak Kenal Kubah Besi
Deputi Operasi Militer Iran yang juga Juru bicara manuver gabungan Zolfeghar 1400 mengatakan, tidak ada Kubah Besi yang mampu mencegah drone-drone Iran, pesawat tanpa awak negara ini dapat dengan mudah menembus sistem pertahanan udara musuh.
Laksamana Muda Mahmoud Mousavi, Selasa (9/11/2021) dalam wawancara dengan surat kabar Sobh-e Nou menuturkan, musuh Iran sudah menerima pesan khusus dari manuver militer Zolfeghar 1400, di sisi lain warga Iran dan sahabat, merasa gembira dengan kekuatan pertahanan negara ini.
Ia menambahkan, hari ini Iran dengan kehadirannya di perairan internasional, menunjukkan bahwa dalam melindungi kepentingan, jalur pelayaran, armada dagang serta kapal tankernya, berada dalam kesiapan penuh, dan tidak akan membiarkan hambatan sekecil apa pun menghalanginya.
Menurut Mousavi, sekarang Militer Iran sudah dilengkapi dengan drone-drone canggih yang jarak tempuhnya relatif lebih jauh dari sistem rudal, oleh karena itu radius jangkauannya terhadap target juga lebih jauh, bahkan lebih dari 2.000 kilometer.
"Drone-drone Iran mampu dengan mudah menembus lapisan-lapisan pertahanan musuh. Kenyataannya, drone-drone ini tidak mengenal Kubah Besi, ia dapat menembus sistem pertahanan udara itu, lalu menghancurkan target," pungkasnya.
Kepala AEOI: Iran Kuat, Musuh Menghindari Konfrontasi
Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) mengatakan tujuan sanksi adalah untuk mematahkan tekad dan melucuti senjata Iran.
Mohammad Eslami, seperti dilaporkan situs Kementerian Pertahanan Iran, Minggu (7/11/2021) menuturkan hari ini kita harus memperhatikan pendekatan negara arogan di bidang pertahanan pasif.
"Musuh, dengan memanfaatkan kapasitas lembaga-lembaga internasional, berusaha untuk memperluas pengaruhnya dalam penataan negara-negara. Dalam hal ini, mereka mencoba untuk menjustifikasi tindakan arogannya kepada publik," ujarnya.
Menurut Eslami, tujuan sanksi bukan berarti tidak menjual perangkat dan ilmu, tetapi untuk menciptakan mental menyerah dan melucuti Iran.
"Selama bertahun-tahun, Amerika Serikat mencoba untuk mempertanyakan legitimasi sistem Republik Islam Iran, tetapi karena rakyat selalu hadir dengan antusias, mereka tidak dapat berbuat apa-apa," tuturnya.
Kepala AEOI menandaskan AS berusaha melemahkan tingkat penerimaan Republik Islam ke titik nol dan dalam hal ini, musuh melemparkan tuduhan-tuduhan terhadap para pejabat Iran dan terus melakukannya.
"Dalam retorika dan perilaku musuh, terlihat jelas bahwa mereka berusaha menghindari konfrontasi dengan Iran, hal ini karena kekuatan pertahanan Republik Islam Iran," tegasnya