Kunjungan Menhan Cina ke Tehran, Era Baru Hubungan Pertahanan dan Militer
(last modified Thu, 28 Apr 2022 04:05:03 GMT )
Apr 28, 2022 11:05 Asia/Jakarta

Menteri Pertahanan Republik Rakyat Cina, Jenderal Wei Fenghe tiba di Tehran pada hari Rabu (27/04/2022) mengepalai delegasi militer-pertahanan tingkat tinggi untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Angkatan Bersenjata Republik Islam dan Menhan Iran, Brigadir Jenderal Mohammad Reza Gharaei Ashtiani.

Menteri Pertahanan Cina dijadwalkan bertemu dengan para pejabat senior Iran untuk membahas perkembangan internasional dan regional terbaru dan cara-cara untuk meningkatkan tingkat interaksi angkatan bersenjata, hubungan bilateral dan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.

Kunjungan Menhan Cina ke Iran ini sejalan dengan langkah kedua negara dalam beberapa tahun terakhir untuk mengembangkan hubungan bilateral, terutama di bidang militer dan keamanan.

Menhan Cina Wei Fenghe bertemu Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi

Tehran dan Beijing sebelumnya telah mengambil langkah-langkah multilateral, seperti mengadakan latihan angkatan laut bersama, dan pada saat yang sama sejarah hubungan militer dan senjata antara kedua negara dimulai beberapa dekade sebelum perang yang dipaksakan terhadap Iran.

Lingkup hubungan militer Iran-Cina meningkat secara signifikan setelah kesepakatan nuklir Iran dan kelompok 5 + 1 pada tahun 2015, sehingga kurang dari tiga bulan setelah perjanjian JCPOA, selama kunjungan Menteri Pertahanan Cina saat itu ke Iran, kedua negara menandatangani draft memorandum dari kerja sama militer.

“Dalam pembicaraan itu dibahas persiapan memorandum pertahanan strategis antara kedua negara dan perinciannya, termasuk semua masalah pertahanan, pendidikan, teknis, intelijen, siber dan terorisme,” kata Mayjen Firoozabadi, yang saat itu kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran.

Pada dasarnya, hubungan pertahanan dan militer selalu mengikuti kebijakan strategis setiap negara. Iran dan Cina dalam hal kepentingan dan kesamaan bilateral serta pendekatan dan pandangan bersama tentang isu-isu regional dan trans-regional, punya banyak alasan untuk meningkatkan hubungan di bidang ini.

Pernyataan bersama “Kemitraan Strategis Komprehensif Republik Islam Iran dan Republik Rakyat Cina”, yang ditandatangani antara kedua negara setelah kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke Tehran pada Januari 2016, berupa 20 pasal, menjadi peta jalan untuk memperluas dan memperdalam kerja sama bersama Tehran-Beijing di bidang politik, kerja sama eksekutif, kemanusiaan dan budaya, peradilan, pertahanan dan keamanan, dan kerja sama regional dan internasional.

Menteri Pertahanan Republik Rakyat Cina, Jenderal Wei Fenghe tiba di Tehran pada hari Rabu (27/04/2022) mengepalai delegasi militer-pertahanan tingkat tinggi untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Angkatan Bersenjata Republik Islam dan Menhan Iran, Brigadir Jenderal Mohammad Reza Gharaei Ashtiani. 

Paragraf pertama pernyataan itu berbunyi: "Kedua belah pihak percaya bahwa dalam situasi di mana proses polarisasi sistem internasional dan globalisasi ekonomi semakin dalam, hubungan antara Iran dan Cina menjadi penting secara strategis dan mereka menganggap satu sama lain sebagai bagian strategis yang penting dan perluasan hubungan bilateral menjadi prioritas kebijakan luar negeri mereka."

Hubungan militer Iran-Cina, selain kepentingan strategis bagi kedua belah pihak, sangat penting bagi Cina karena dengan berakhirnya embargo senjata Iran pada Oktober 2020, Tehran kini dapat menjalin kerja sama militer dan persenjataan yang luas dengan negara lain, termasuk Cina.

Tentu saja, memanfaatkan pengalaman Cina di bidang militer dan transfer pengalaman bersama antara kedua negara, serta aksi bersama di bidang militer, terutama mengadakan latihan bersama dan langkah-langkah pelatihan, dapat mengarah pada perluasan lebih lanjut hubungan Iran-Cina.

Patut dicatat bahwa Republik Islam Iran berada di peringkat ke-56 dalam urutan peringkat diplomasi pertahanan Cina sebelum Xi Jinping berkuasa dan kesepakatan nuklir JCPOA, dan setelah JCPOA, naik ke peringkat 23.

Menhan Cina Wei Fenghe dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Bagheri

Dengan demikian, sejak kunjungan Brigjen Hossein Dehghan selaku Menteri Pertahanan Iran ke Cina pada Mei 2014 hingga pembentukan komisi militer pertama kedua negara pada Desember 2017 dan kunjungan Mayjen Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran ke Beijing pada tahun 2019, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada keinginan serius di level tertinggi kedua negara untuk meningkatkan hubungan militer.

Kunjungan ini telah memperkuat diplomasi pertahanan, hubungan infrastruktur, memperluas kerja sama di berbagai bidang dan mempromosikan kemitraan strategis jangka panjang yang komprehensif.

Massoud Rezaei, seorang pakar politik, mengatakan, "Perlu dicatat bahwa logika diplomasi pertahanan Cina terhadap Republik Islam Iran didefinisikan pertama-tama dalam gambaran besar Asia Barat dan tak terhindarkan dalam persaingan dengan Amerika Serikat."(sl)

Tags