Muqawama; Solusi Tunggal Kemenangan Melawan AS Menurut Rahbar
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Sabtu (11/6/2022) sore bertemu dengan Presiden Venezuela bersama rombongan.
Di pertemuan tersebut, Rahbar seraya menyinggung resistensi Iran dan Venezuela melawan represi berat dan perang hibrida Amerika, menekankan, pengalaman sukses kedua negara menunjukkan bahwa solusi tunggal melawan represi ini adalah muqawama dan resistensi.
Seraya mengisyaratkan kemajuan dan inisiatif ilmiah serta teknologi Republik Islam Iran selama beberapa tahun terakhir, Rahbar menambahkan, langkah panjang ini diambil ketika sanksi dan represi paling berat dipaksakan kepada bangsa Iran dan Amerika menyebutnya "represi maksimum". Resistensi bangsa Iran berhasil menggagalkan pendekatan represi maksimum, bahkan salah satu pejabat tinggi politik Amerika beberapa waktu lalu menyebutnya sebagai "kekalahan menggelikan".
Iran dan Venezuela selama beberapa dekade terakhir selalu mendapat beragam sanksi sepihak dan sekunder Amerika karena kebijakan anti-arogan dan penentangannya terhadap hegemoni Amerika. Khususnya Iran disanksi Amerika setelah kemenangan Revolusi Islam dan penaklukan sarang spionase Amerika di tahun 1979 di masa pemerintahan Jimmy Carter. Sejak dekade 2000, sanksi ini terus berlanjut dnegan dalih program nuklir damai Iran.
Meski demikian, di era pemerintahan mantan presiden Donald Trump, ia keluar dari kesepakatan nuklir JCPA dan menyebarkan kampanye represi maksimum dan sanksi paling keras terhadap Iran dengan maksud agar Tehran menyerah dan menuruti permintaan ilegal dan tidak rasional Washington di bidang nuklir, kemampuan rudal dan kebijakan regional Iran.
Tapi ternyata kampanye ini sepenuhnya gagal. Hal ini diakui bahkan oleh elit politik dan petinggi Amerika sendiri. Chris Murphy, senator Demokrat Amerika mengakui bahwa represi maksimum Amerika terhadap Iran tidak membuahkan hasil bagi Washington dan sia-sia. Dicuitan Twitternya, Murphy menulis, Amerika Serikat tidak mendapat apa pun dari sanksi "represi maksimum" Trump terhadap Iran.
Pengakuan senator Amerika ini diungkapkan sebagai bentuk pengakuan petinggi pemerintah Amerika saat ini atas masalah tersebut. Jake Sullivan, penasihat Keamanan Nasional Amerika di pertengahan Januari 2022 mengakui bahwa Washington tengah membayar harga kesalahan mengerikan Trump terkait JCPOA.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken seperti juga Sullivan mengakui kesalahan strategis Amerika ketika keluar dari JCPOA. Blinken pada 7 Desember 2021 mengatakan bahwa keluarnya AS dari kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan Iran sebuah kesalahan besar. Bahkan Robert Malley, juru runding senior AS di perundingan Wina untuk pencabutan sanksi mengakui kesia-sian pendekatan kebijakan maksimum.
Terkait Venezuela, Amerika sejak berkuasanya Hugo Chavez, mantan presiden Venezuela, juga menerapkan pendekatan represif untuk menggulingkannya termasuk dengan menjatuhkan beragam sangksi dan ini terus berlanjut hingga masa pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, dan bahkan ditingkatkan cakupannya. Meski demikain Venezuela dengan bantuan negara-negara yang memiliki ide sama, khususnya Iran melawan pendekatan destruktif Washington ini dan mampu mengalahkan aksi-aksi penggulingan Amerika dengan mendukung oposisi dalam negeri khususnya Juan Guaidó, serta uapay untuk mengucilkan Venezuela di tingkat regional dan internasional.
Sekaitan dengan ini, Nicolas Maduro seraya memuji dukungan Iran terhadap perjuangan bangsa Venezuela melawan Amerika, mengatakan, "Anda datang dan membantu kami ketika Venezuela dalam kondisi sangat sulit dan tidak ada negara yang bersedia membantu, sehingga kami keluar dari kondisi tersebut."
Kini dengan kunjungan presiden Venezuela ke Iran, telah terbuka jendela baru peningkatan kerja sama bilateral untuk meningkatkan level hubungan dan koordinasi lebih besar melawan aksi-aksi Amerika. Sekaitan dengan ini Ayatullah Khamenei seraya menyambut penandatanganan nota kerja sama 20 tahun antara Iran dan Venezuela mengatakan, kerja sama jangka panjang membutuhkan pengejaran kesepakatan dan kesimpulannya.
Seraya mengisyaratkan kerja sama hangat Iran dan Venezuela, Rahbar mengingatkan, "Kedua negara tidak memiliki hubungan yang begitu dekat dengan negara mana pun dan Republik Islam Iran telah menunjukkan bahwa itu mengambil risiko pada saat bahaya, dan menolong temannya." (MF)