Jul 02, 2022 13:35 Asia/Jakarta
  • Menlu RII Hossein Amir Abdollahian dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell
    Menlu RII Hossein Amir Abdollahian dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell

Perkembangan di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, termasuk kunjungan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell di Tehran.

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan, Tehran mengejar hubungan yang seimbang dengan dunia dan pemeliharaan dan perluasan hubungan dengan negara-negara di Benua Eropa.

"Republik Islam Iran mencari hubungan yang seimbang dengan dunia. Pemeliharaan dan perluasan hubungan dengan Benua Eropa adalah salah satu prioritas Republik Islam," kata Amir Abdollahian dalam konferensi pers bersama dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell di Tehran, hari Sabtu (25/6/2022).

Menurutnya, pembicaraan antara delegasi Iran dan delegasi Uni Eropa tentang kerja sama kedua pihak adalah pembicaraan yang panjang, namun positif.

"Tingkat hubungan, terutama hubungan perdagangan antara Iran dan negara-negara Eropa, belum sesuai, dan kami berharap kemajuan akan berlanjut dalam pembicaraan dan kesepakatan hari ini," tambah Menlu Iran.

Amir Abdollahin menuturkan, pengambilan manfaat sepenuhnya untuk ekonomi Iran adalah salah satu isu penting dan kami akan berusaha menghilangkan hambatan dalam kelanjutan pembicaraan yang akan dilanjutkan secepatnya.

"Kami berharap pihak Amerika Serikat akan mengambil tindakan yang realistis dan berkomitmen," tegasnya.

Menlu Iran lebih lanjut menyinggung konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, dan menegaskan bahwa Iran tidak menganggap perang sebagai solusi.

Sementara mengenai Yaman dan Suriah, Amir Abdollahian menuturkan, mengenai masalah Yaman, kami percaya bahwa dialog Yaman adalah satu-satunya solusi.

"Mengenai Suriah, kami percaya bahwa sanksi terhadap Suriah harus dicabut dan rakyat Suriah harus memutuskan masa depan mereka sendiri, dan Republik Islam Iran juga mendukung Suriah dalam perang melawan terorisme," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengatakan, penting bagi dunia untuk mencapai kesepakatan.

"Iran adalah negara terbesar di kawasan, dan memiliki potensi besar di bidang energi," kata Borrell.

Dia menegaskan, perjanjian nuklir JCPOA harus dihidupkan kembali, sanksi AS terhadap Iran harus dicabut dan Iran bisa mengambil keuntungan ekonomi.

Menurut Borrell, pembicaraan yang telah ditangguhkan selama sekitar tiga bulan, dijadwalkan untuk dilanjutkan.

 

Jumpa Pers Presiden Iran dan PM Irak

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Khadhimi menggelar jumpa pers bersama di Tehran pada Minggu (26/6/2022).

Dalam jumpa pers tersebut, Sayid Raisi mengatakan, upaya rezim Zionis menormalisasi hubungan dengan negara-negara kawasan tak akan bisa membuat rezim ini aman.

"Hubungan kami dengan Irak bukan hubungan biasa dan klasik, tapi hubungan budaya dan mendalam, ada tekad di antara pemerintah dua negara untuk meningkatkan level hubungan," ujarnya.

Dia menambahkan, dalam rangka memperluas kebijakan berhubungan dengan negara-negara tetangga, hari ini, Irak bagi Iran adalah tetangga terdekat.

"Sebagian besar hubungan bertetangga Iran, dilakukan dengan Irak, dan terkait hubungan politik serta ekonomi dua negara, sudah dilakukan dialog dan kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi," tegasnya.

Di sisi lain PM Irak mengatakan, kami hari ini mencapai kesepakatan untuk memperkuat hubungan perdagangan, dan menyusun program kerja bagi para peziarah Imam Hussein di hari Arbain.

"Hubungan kami dengan Republik Islam Iran sangat penting, dan upaya kami ditujukan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan rakyak kedua negara," pungkasnya.

Pertemuan Pejabat Tinggi Militer Iran dan Pakistan

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran mengatakan, Republik Islam Iran tidak akan membiarkan ancaman Rezim Zionis Israel dan pastinya akan meresponnya.

Menurut laporan FNA, Mayjen. Mohammad Bagheri Senin (27/6/2022) saat bertemu dengan Ketua Komite Gabungan Kepala Staf Militer Pakistan, Nadeem Raza di Tehran menyebut keanggotaan Rezim Zionis Israel di CENTCOM dan penempatan peralatan militer serta keterlibatannya di berbagai manuver menjadi peluang munculnya ancaman untuk kawasan.

Bagheri menyebut Rezim Zionis intervensif dan pemicu instabilitas di kawasan dan mengatakan, rezim ini dengan melancarkan berbagai skenario berusaha menjalin hubungan dengan negara-negara kawasan dan meraih tujuan intervensifnya.

Mayjen Bagheri juga menjelaskan bahwa Afghanistan termasuk isu paling berpengaruh antara kedua negara Iran dan Pakistan serta menambahkan, Republik Islam Iran mengkhawatirkan penyebaran terorisme dari Afghanistan, dan ini harus diselesaikan melalui kerja sama Iran dan Pakistan.

Seraya mengisyaratkan transformasi Yaman, Bagheri mengungkapkan, isu regional lainnya adalah tragedi Yaman yang terus berlanjut dan ini harus secepatnya diakhiri.

"Isu Kashmir termasuk isu dunia Islam alinnya dan sikap Republik Islam Iran terkait masalah ini adalah sikap yang ditunjukkan Pemimpin Besar Revolusi Islam atau Rahbar yang mendukung rakyat tertindas dan Muslim," tambah Bagheri.

Mayjen Bagheri juga menyebut perang Rusia-Ukraina berpengaruh pada kawasan dan dunia. "Ekspansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke perbatasan Rusia, termasuk ancaman bagi keamanan negara ini," papar Bagheri.

Bagheri juga menyebut kawasan di mana Iran dan Pakistan berada sangat penting dan sensitif dan mengatakan, kawasan ini sangat sensitif, khususnya peristiwa dan transformasi terbaru memicu intervensi negara-negara transregional dan menciptakan tantangan di tingkat kawasan.

Sementara itu, Nadeem Raza atas undangan resmi Mohammad Bagheri hari Minggu (26/6/2022) tiba di Tehran. Tujuan kunjungan ini untuk memperluas kerja sama bilateral guna menciptakan keamanan berkesinambungan di kawasan dan meningkatkan interaksi militer serta kerja sama bersama pelatihan dan keamanan.

Iran: AS Pelanggar HAM Terbesar

Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran dalam pernyataan bertepatan dengan Pekan Peninjauan dan Pengungkapan Hak Asasi Manusia Amerika menyatakan, pemerintah AS bukan pendukung, tapi pelanggar terbesar HAM.

Di kalender nasional Iran, mulai 27 Juni hingga 3 Juli ditetapkan sebagai Pekan Hak Asasi Manusia Amerika. Penetapan pekan HAM AS dimaksudkan untuk meninjau kembali berbagai kejahatan Amerika, khususnya terhadap rakyat Iran.

Menurut laporan IRNA, Kemenlu Iran di statemennya menjelaskan selama bertahun-tahun setelah kemenangan Revolusi Islam, terjadi kejahatan langsung atau tidak langsung oleh kubu arogan dunia pimpinan AS terhadap bangsa Iran. Di antara kejahatan tersebut adalah teror yang gagal terhadap Rahbar pada 27 Juni 1981, insiden 27 Juni 1981, dan pengeboman gedung Partai Republik Islam serta gugurnya Ayatullah Beheshti beserta 72 pejabat dan tokoh-tokoh Iran, bom kimia Sardasht, teror terhadap Syahid Kachuee ketua penjara Evin, teror Ayatullah Sadoughi Imam Jumat kota Yazd, dan aksi teror penembakan maskapai komersial Iran Air di perairan Teluk Persia.

Statemen ini menambahkan, Iran salah satu negara yang paling terdampak atas sikap Amerika yang memanfaatkan isu HAM sebagai alat dan penerapan sanksi sepihak oleh Washington telah menjadi alat untuk melanggar hak-hak alami dan legal rakyat Iran, termasuk hak kehidupan, kesehatan, hak atas standar hidup yang layak, hak atas pendidikan dan akses terhadap pengetahuan dan teknologi, hak atas pembangunan, serta pelanggaran berat terhadap hak-hak perempuan, anak, lanjut usia, dan penyandang disabilitas.

Lebih lanjut statemen Kemenlu Iran menyinggung bahwa bangsa Iran bukan satu-satunya bangsa yang rentan dan menjadi korban atas standar ganda HAM dan pelanggaran sistematis hak asasi manusia oleh Amerika Serikat. Masih menurut statemen ini, pelanggaran hak kaum minoritas di AS termasuk umat Muslim dan warga kulit berwarna, pengeboman setiap hari rakyat Yaman oleh senjata AS, teror pengecut terhadap Syahid Letjen Qasem Soleimani oleh AS di Irak, termasuk kasus pelanggaran HAM oleh AS di dunia.

Raisi: Kapasitas Perdagangan dan Transit D-8 Terlupakan

Menteri Luar Negeri Iran dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Irak di Tehran, mengatakan bahwa Iran menganggap solusi permasalahan regional ada di dalam kawasan bukan di luar.

Hossein Amir Abdollahian, Minggu (26/6/2022) sore dalam pertemuan dengan PM Irak Mustafa Al Kadhimi, mengapresiasi upaya Baghdad dalam memperkuat dialog, dan peran konstruktif negara ini dalam konstelasi regional serta proses dialog Iran-Arab Saudi.

Menlu Iran menjelaskan, Republik Islam tidak menginginkan apa pun untuk kawasan selain kebaikan, dan mendukung pembukaan kembali Kedutaan Besar Iran dan Saudi di ibu kota kedua negara.

Abdollahian juga menyinggung pemberlakuan gencatan senjata di Yaman, dan dukungan Iran, atas berlanjutnya gencatan senjata serta pentingnya mengakhiri blokade di negara itu.

Di sisi lain, PM Irak dalam pertemuan dengan Menlu Iran menekankan posisi dan peran Republik Islam Iran dalam perkembangan kawasan, dan kedekatannya dengan Irak.

Mustafa Al Kadhimi menuturkan, "Irak serius dalam upayanya memperluas hubungan bilateral dengan Republik Islam Iran, dan akan melanjutkan perannya yang bisa dipercaya, di kawasan."

Ia menambahkan, Irak akan terus melanjutkan upaya-upayanya untuk memperkuat dialog, dan kerja sama regional.

 

Pertemuan Pejabat Kehakiman Iran dengan Rahbar

Kepala, staf dan pejabat Lembaga Kehakiman Republik Islam Iran bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di Tehran pada hari Selasa, 28 Juni 2022.

Pertemuan tersebut digelar dalam kerangka memperingati Hari Kehakiman dan Hari Kesyahidan Ayatullah Doktor Beheshti dan rekan-rekannya.

Tanggal 7 Tir 1360 HS, 72 anggota Partai Jomhouri-e Eslami Iran, termasuk Ayatullah Beheshti, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung Iran, gugur syahid akibat serangan bom di gedung markas partai tersebut.

Peledakan gedung markas Partai Republik Islam itu dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin al-Khalq yang berkonspirasi dengan negara-negara Barat. Gugur 72 tokoh garis depan Revolusi Islam Iran  itu telah memberikan pukulan keras terhadap Republik Islam Iran yang baru berdiri 2 tahun.

Namun, berkat dukungan besar dari rakyat Iran terhadap revolusi, Republik Islam tetap tegak berdiri meskipun berkali-kali didera peristiwa teror, termasuk agresi yang dilakukan oleh negara tetangganya, Irak.

Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para pejabat Kehakiman Iran menyebut buah dari perlawanan terhadap musuh adalah kemenangan dan kemajuan.

"Alasan keunggulan dan kemenangan bangsa Iran, dan pemerintahan Republik Islam Iran yang menakjubkan di hadapan berbagai peristiwa besar serta pahit pada tahun 1981 adalah perlawanan, kerja keras dan tidak gentar pada musuh. Inilah sunatullah yang terulang di setiap pemerintahan, dan kita harus tahu bahwa Tuhan di tahun 2022 tidak lain adalah Tuhan pada tahun 1981," paparnya.

Rahbar kemudian memberikan sejumlah contoh dari sunatullah dan hukum Ilahi yang dijelaskan di dalam Al Quran terkait buah dari membantu agama Allah atau akibat dari mengingkari nikmat-nikmat-Nya.

"Al Quran sarat dengan kandungan-kandungan tentang sunatullah, dan kesimpulannya adalah, jika sebuah masyarakat berdiri melawan musuh atau menjalankan kewajiban dengan bertawakal kepada Allah Swt, maka hasilnya adalah kemenangan dan kemajuan, akan tetapi jika saling bertikai, cari aman, dan malas, maka hasilnya adalah kekalahan," imbuh Rahbar.

Ayatullah Khamenei juga menyinggung kehebohan musuh di beberapa kesempatan karena sejumlah kelemahan dan kekurangan di dalam negeri Iran.

"Baik pada tahun 1981 maupun tahun-tahun setelahnya, musuh dalam beberapa kasus gempar, berharap dan mengira Republik Islam Iran dan pemerintahannya sedang runtuh, tapi harapan itu berubah menjadi keputusasaan, masalah mereka adalah tidak mengetahui akar dari keputusasaan ini," jelasnya.

Rahbar menegaskan, musuh tidak bisa memahami bahwa di dunia ini selain kalkulasi politik, terdapat kalkukasi-kalkulasi lain yang tidak lain adalah sunatullah.

32.735 Calon Jemaah Haji Iran Tiba di Tanah Suci

Lembaga Haji dan Ziarah Republik Islam Iran mengumumkan, hingga akhir Selasa (28/6/2022) sebanyak 32.735 ribu calon jemaah dan petugas haji Iran tiba di Arab Saudi.

Arab Saudi setelah dua tahun menyelenggarakan ibadah haji secara terbatas karena pandemi Corona, tahun ini terbuka peluang untuk menyelenggarakan ibadah ini seperti tahun sebelum pandemi dan jamaah haji dari berbagai penjuru dunia dapat menunaikan kewajibannya ini termasuk calon jamaah haji dari Iran.

Selama beberapa tahun lalu, sekitar 85 ribu jamaah haji Iran mendapat kuota untuk menunaikan ibadah suci ini, tapi tahun ini seiring dengan pemangkasan kuota negara-negara Islam, maka kuota jamaah haji Iran tahun ini hanya 40 ribu orang.

Menurut laporan laman informasi lembaga haji dan ziarah Iran, dengan kedatangan jamaah ini yang diterbangkan melalui 132 penerbangan ke bandara Jeddah dan Madinah maka lebih dari 82 persen dari total 39.600 calon jamaah haji Iran telah tiba di tanah suci.

Masih menurut sumber ini, jumlah jamaah yang tiba di bandara Jedah hingga hari Selasa dan memakai pakaian ihram dari miqat Juhfah serta telah bertolak ke Mekah mencapai 11.173 orang dalam bentuk 96 rombongan.

Selain itu, 105 rombongan dengan kapasitas 13.503 orang bergerak dari Madinah menuju Mekah, dan setelah memakai pakaian ihram di Masjid Shajarah, akan memasuki Mekah.

Sejauh ini, total 19.005 orang tiba di Madinah dalam bentuk 82 penerbangan dari Iran. Dari total jumlah tersebut, 5.495 jamaah menjadi tamu kota nabi (Madinah).

Jumlah calon jamaah haji Iran yang tiba di Madinah hingga akhir hari Selasa sekitar 1.219 orang dalam bentuk 10 kloter.

Masih menurut sumber ini, total jumlah penerbangan ke Jeddah sejak awal penerbangan haji hingga hari Selasa mencapai 50 penerbangan dan telah membawa 11.703 calon jamaah haji ke Arab Saudi.

Jumlah calon jamaah haji Iran di Mekah hingga Rabu (29/6/2022) dini hari mencapai 24.683 orang dalam bentuk 201 kloter.

Pertemuan Raisi dengan Pejabat Tinggi Turkmenistan

Presiden Iran dalam pertemuan dengan Ketua Dewan Rakyat Turkmenistan mengatakan, hubungan Iran dan Turkmenistan yang berlandaskan kerja sama-kerja sama luas, dan kepercayaan timbal balik, sedang meningkat dengan cepat.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi, Rabu (29/6/2022) berkunjung ke Turkmenistan untuk menghadiri Caspian Summit ke-6, dan agenda pertamanya bertemu dengan Ketua Dewan Rakyat Turkmenistan, Gurbanguly Berdimuhamedow.

Pada pertemuan ini, Raisi menyinggung peringatan ke-30 dimulainya hubungan diplomatik Iran dan Turkmenistan, dan menuturkan, "Hubungan Tehran dan Ashgabat dalam beberapa tahun terakhir selalu mengalami kemajuan."

Ia menambahkan, "Pemerintah Iran periode ke-13 di arena politik luar negeri memililki program khusus untuk mengembangkan hubungan bertetangga, dan hungan Iran-Turkmenistan dalam hal ini berlandaskan kerja sama-kerja sama luas, serta berasaskan kepercayaan dua arah, sedang meningkat dengan cepat."

Di sisi lain, Ketua Dewan Rakyat Turkmenistan dalam kesempatan itu mengapresiasi upaya pemerintah Iran, dalam memperkuat dan memperluas hubungan dengan negaranya.

"Dua negara di bidang politik, ekonomi, perdagangan dan budaya memiliki kesamaan-kesamaan serta kapasitas yang luas, dan peluang yang tepat untuk lebih meningkatkan level hubungan, sudah terbuka," imbuhnya.

Gurbanguly Berdimuhamedow menegaskan, "Turkmenistan berusaha membuka lembaran baru dalam hubungan dengan Republik Islam Iran."

Pertemuan Presiden Iran dan Rusia

Pertemuan tersebut berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keenam Negara-negara Pesisir Laut Kaspia yang digelar di Ashgabat.

Dalam pertemuan dengan Putin, Sayid Raisi mengatakan, Iran mengejar hubungan dan interaksi dengan Rusia dalam kerangka hubungan strategis.

"Hubungan kedua negara di sektor perdagangan dan kerja sama energi berada di level tertinggi, tapi mengingat peluang yang dimiliki kedua negara, hubungan ini masih memiliki kapasitas besar untuk terus ditingkatkan," ujarnya.

Dia menambahkan, setelah kunjungan saya ke Rusia, berbagai kunjungan timbal balik digelar oleh sejumlah pejabat terkait untuk menindaklanjuti kesepakatan keduanegara, dan proses implementasi kesepakatan ini cukup berjalan dengan baik.

Presiden Iran menekankan pentingnya dukungan kedua negara terhadap pengokohan koridor Utara-Selatan dan  mengatakan, Tehran dan Moskow memiliki kapasitas yang tepat untuk kerja sama di sektor energi termasuk Swap.

Sayid Raisi menekankan bahwa mekanisme yang diperlukan untuk memperkuat hubungan perbankan dan finansial Iran dan Rusia harus diperkuat secara teratur.

"Pertukaran keuangan kedua negara harus diperluas dalam koridor independen di mana sistem pertukaran keuangan Barat diperluas sehingga tidak ada negara yang dapat memberikan pengaruh atau tekanan padanya," pungkasnya.

Sementara itu, Presiden Rusia menyatakan kepuasan bahwa KTT Keenam Negara-negara Pesisir Laut Kaspia telah memberinya kesempatan untuk bertemu dengan sejawatnya dari Iran.

"Selama beberapa bulan terakhir perdagangan dan hubungan ekonomi kedua negara mengalami peningkatan yang baik, dan kondisi ini harus terus dilanjutkan," kata Putin.

Dia juga menyambut usulan sejawatnya dari Iran mengenai peningkatan kerja sama kedua negara di sektor energi termasuk Swap.

Putin meminta Sayid Raisi menyampaikan salam hangatnya kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.

 

Gempa Guncang Iran Selatan, Lima Orang Meninggal Dunia

Lima warga Republik Islam Iran meninggal dunia dan 39 lainnya terluka akibat gempa beruntun 6,1 Skala Richter yang terjadi di Provinsi Hormozgan.

Gempa tersebut terjadi pada Sabtu (2/7/2022) dini hari pada kedalaman 10 km distrik Bandar-e Khamir dan Bandar-e Lengeh, Iran selatan.

Tak lama setelah itu, gempa dengan kekuatan 6,1 Skala Richter kembali terjadi pada kedalaman 28 km di sekitar Bandar Kong.

Gempa berkekuatan 6,3 Skala Richter pada kedalaman 26 km juga mengguncang Bandare-e Khamir.

Korban terluka dibawa ke rumah sakit Bandar-e Lengeh dan Bandar-e Khamir untuk mendapat perawatan.

Gempa ini juga dirasakan di Bandar Abbas dan kota-kota lainnya di Provinsi Hormozgan, kepulauan Teluk Persia dan bahkan di negara-negara kawasan Teluk Persia.

Menteri Kesehatan Iran Bahram Einollahi dalam pembicaraan telepon dengan Kepala Organisasi Darurat Medis Nasional Iran Jafar Miadfar, meminta penanganan segera dan kesiapan rumah sakit di provinsi Hormozgan serta mobilisasi seluruh fasilitas untuk menangani korban terluka.

Tags