Okt 15, 2022 18:57 Asia/Jakarta
  • Rahbar dan peserta Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36, Jumat (14/10/2022).
    Rahbar dan peserta Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36, Jumat (14/10/2022).

Pejabat-pejabat tinggi Republik Islam Iran dan tamu peserta Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36 bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada Jumat pagi, 14 Oktober 2022.

Pertemuan di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran tersebut dalam rangka memperingati Maulid Nabi Agung Muhammad Saw dan wilayah Imam Ja'far Shadiq as, yang jatuh pada tanggal 17 Rabiul Awal 1444 H.

Dalam pidatonya, Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa kebutuhan terpenting umat Islam untuk berperan dan mencapai posisi tinggi kekuatan baru adalah dengan persatuan dan koherensi.

Rahbar menyinggung posisi sangat penting para tokoh dan pemuda yang tercerahkan di dunia Islam untuk merealisasikan tugas ini. Menurutnya, Persatuan Islam dan kehadiran yang berpengaruh di dunia baru adalah mungkin dengan syarat usaha praktis dan berdiri menghadapi kesulitan dan tekanan.

Contoh yang jelas adalah pemerintahan Republik Islam, yang tidak menyerah dan selalu berdiri melawan kekuatan yang ada, dan sekarang telah menjadi "pohon kokoh" yang bahkan tidak bisa dibayangkan untuk dicerabut.

Pernyataan Rahbar ini menunjukkan fakta bahwa keberhasilan dan status tinggi umat Islam dalam masyarakat saat ini, yang berada di bawah serangan habis-habisan arogansi global, tergantung perhatian pada solidaritas dan persatuan Islam.

Ayatullah Khamenei  menuturkan, persatuan antara bangsa-bangsa Muslim adalah mungkin, tetapi membutuhkan usaha dan tindakan dan berdiri menghadapi segala tekanan dan kesulitan.

Rahbar menekankan bahwa dalam konteks ini, harapan terbesar terletak pada karakter dunia Islam serta pemuda yang tercerahkan dan peran mereka dalam membimbing opini publik.

"Contoh kemungkinan terealisasinya pengaruh adalah Republik Islam Iran, yang merupakan bibit kecil di bawah bimbingan Imam Khomeini ra berdiri melawan dua negara adidaya saat itu dan pohon muda itu sekarang telah berubah menjadi pohon kokoh, di mana salah besar bagi siapa pun yang berpikir untuk mencerabutnya," jelasnya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menyebut normalisasi hubungan beberapa negara Muslim dengan rezim Zionis Israel sebagai salah satu pengkhianatan terbesar.

Ayatullah Khamenei mengatakan, beberapa pihak mungkin mengatakan bahwa realisasi persatuan tidak mungkin dalam situasi saat ini dengan kehadiran beberapa kepala negara Muslim, tetapi para intelektual, ulama, orang bijak dan elit dunia Islam dapat membuat suasana berbeda dari kehendak musuh, di mana dalam hal ini akan lebih mudah untuk mencapai persatuan.

Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menyinggung kejahatan Daesh (ISIS) di Irak, Suriah dan terutama pembunuhan siswa di Afghanistan.

"Ada ekstremis di sisi Syiah dan Sunni yang tidak ada hubungannya dengan Syiah dan Sunni, dan para ekstremis ini tidak boleh menjadi dasar untuk menuduh prinsip-prinsip mazhab, dan mereka yang atas nama mendukung satu agama memprovokasi perasaan pihak lain, harus ditangani dengan serius," ujarnya.

Rahbar menilai meningkatnya kesulitan, tekanan dan pembunuhan di Palestina dan bagian lain dari dunia Islam sebagai hasil dari "perpecahan Umat Islam".

Merujuk pada banyak kesamaan umat Islam, Rahbar mengatakan, Republik Islam Iran telah begitu jauh menggunakan segala upayanya untuk mencapai realisasi praktis persatuan Islam, di mana salah satu contoh nyata adalah dukungan menyeluruh untuk saudara-saudara Sunni di Palestina, yang akan terus berlanjut setelah ini dengan sekuat tenaga.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa front perlawanan yang dibentuk di dunia Islam didukung oleh Republik Islam.

"Kami percaya pada rahmat dan pertolongan Allah dan harapan untuk realisasi praktis dari harapan besar persatuan Islam," pungkasnya.

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36 telah dibuka di Pusat Konferensi Internasional Iran pada Rabu pagi, 12 Oktober 2022.

Konferensi yang diikuti oleh ratusan pemikir dan ulama dari 60 negara dunia itu dibuka oleh Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi.

Slogan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36 adalah "Persatuan Islam, Perdamaian dan Menghindari Perpecahan dan Konflik di Dunia Islam: Solusi Praktis dan Tindakan operasional".

Sebanyak 200 pemikir dari 60 negara dan 100 tokoh politik dan budaya Iran berpartisipasi dalam bagian tatap muka konferensi tahun ini.

Adapun di bagian webinar yang dimulai pada Minggu, digelar 12 sesi webinar dengan 144 presentasi dalam bahasa Inggris, Arab, dan Farsi.

Hari Minggu, 9 Oktober 2022 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal, adalah hari kelahiran Nabi Muhammad Saw –menurut riwayat Ahlu Sunnah– dan dimulainya Pekan Persatuan Islam di Republik Islam Iran.

Ahlu Sunnah berpendapat Rasulullah Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal, sementara Syiah pada tanggal 17 Rabiul Awal. Bapak Pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra kemudian menetapkan rentang waktu antara 12-17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam, dan menjadikannya sebagai momentum untuk mempererat persatuan di tengah umat Islam.

Pekan Persatuan merupakan sebuah kesempatan untuk mengkaji lebih jauh tentang urgensitas persatuan dan solidaritas Dunia Islam, terutama di masa sekarang yang sarat dengan fitnah dan konflik.

Meskipun umat Islam memiliki banyak mazhab dan berbeda pandangan dalam sebagian masalah hukum, namun mereka menyimpan banyak persamaan seperti, keyakinan kepada Tuhan yang satu, al-Quran, Rasulullah Saw dan kiblat yang sama.

Umat Islam juga memiliki pandangan yang sama dalam pelaksanaan ibadah-ibadah wajib seperti, shalat, puasa, haji, zakat dan lain-lain.

Selama Pekan Persatuan Islam, beragam acara untuk memperingati Maulid Nabi Agung Muhammad Saw digelar di masjid-masjid, pusat-pusat ziarah dan sekolah-sekolah di Republik Islam Iran.

Forum Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam setiap tahun juga mengadakan Konferensi Internasional Persatuan Islam dengan kehadiran tokoh-tokoh dari dunia Islam, yang digelar bersamaan dengan peringatan Pekan Persatuan (12-17 Rabiul Awal).

Tujuan diadakannya Konferensi Internasional Persatuan Islam untuk menciptakan persatuan dan solidaritas  umat Islam, konsensus para ulama dan ilmuwan Muslim untuk mengkaji dan menyajikan solusi praktis guna mencapai persatuan Islam dan memecahkan masalah umat Islam.

Penyebaran pandemi Covid-19 selama dua tahun menyebabkan konferensi persatuan Islam diadakan dalam format webinar. Tapi sejak tahun lalu sejumlah tamu konferensi menghadiri konferensi ini secara tatap muka, dan tahun ini para tokoh politik dan budaya dunia Islam kembali hadir di Tehran untuk menghadiri konferensi persatuan Islam. (RA)

 

Tags