Benarkah Demokrasi Liberal Memperhatikan Martabat Manusia?
Ulama, mubalig dan santri dari Hauzah-hauzah Ilmiah di seluruh Republik Islam Iran bertemu Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada hari Rabu (12/7/2023).
Dalam pertemuan yang berlangsung di Huseiniyah Imam Khomeini ra, Tehran, ibu kota Republik Islam Iran itu, Rahbar menyampaikan pidatonya.
Ayatullah Khamenei menyebut demokrasi liberal sebagai front yang berseberangan dengan sistem Islam, yang membuat klaim palsu tentang kebebasan berpikir dan demokrasi.
Francis Fukuyama, teoretikus Amerika yang terkenal pada akhir abad lalu menilai demokrasi liberal sebagai akhir sejarah. Dalam bukunya The End of History and the Last Man, Fukuyama berpendapat bahwa penyebaran demokrasi liberal ke seluruh dunia dapat menandakan titik akhir evolusi sosial-budaya umat manusia dan menjadi bentuk terakhir dari pemerintahan manusia.
Dari sudut pandang Fukuyama, demokrasi liberal adalah sistem politik yang paling diinginkan oleh orang-orang di seluruh dunia, yang memperhatikan martabat manusia dan kekuasaan rakyat.
Secara khusus pada abad ke-21, perkembangan di dunia menunjukkan bahwa klaim tentang perhatian demokrasi liberal terhadap hak asasi manusia dan kekuasaan rakyat adalah keliru dan bohong.
Ada interpretasi bahwa jika kita mengibaratkan demokrasi liberal sebagai sebuah bangunan, maka ia memiliki tampilan yang terhias sedemikian rupa dan hati orang yang melihatnya, yang tidak terbiasa dengan interiornya, akan tertipu. Padahal batu bata bangunan yang dari luar tampak indah ini, terbuat dari tipu daya, dan di dalamnya penuh dengan bau busuk dan keburukan.
Peristiwa-peristiwa di berbagai negara dengan sistem demokrasi liberal dan juga tindakan negara-negara tersebut terhadap negara-negara berkembang membuktikan dengan jelas atas tipu daya yang dimaksud.
Liberalisme bangga atas hak asasi manusia, kebebasan dan hak untuk memilih, namun setiap kali kepentingan para pengklaimnya muncul, mereka melanggar hak asasi manusia dan membuat pakta persahabatan dengan pemerintah-pemerintah paling reaksioner di dunia, dan menutup mata terhadap kejahatan-kejahatan anti-kemanusiaan rezim Zionis Israel yang mengobarkan perang terhadap rakyat Palestina, serta setiap draf resolusi yang diusulkan di PBB untuk menindak rezim Zionis, draf tersebut akan dibatalkan oleh hak vetonya.
Diskriminasi ras dan agama merajalela di negara-negara ini. Pengbaian atas hak orang-orang kulit hitam dan kekerasan struktural terhadap mereka di Amerika Serikat, serta pengabaian dan pelanggaran terhadap hak beragama bagi umat Islam di Amerika dan Eropa, adalah beberapa kasus diskriminasi ras dan agama.
Pembakaran al-Quran di negara-negara Eropa dan dukungan resmi sistem politik terhadap kejahatan ini adalah contoh klaim palsu demokrasi liberal tentang penghormatan terhadap hak asasi manusia dan martabat manusia.
Di luar negeri, pemaksaan perang yang menghancurkan di negara-negara berkembang dan penciptaan bencana manusia adalah beberapa contoh lain. Irak, Afganistan, Suriah, Yaman dan Libya menjadi saksi bencana manusia terbesar dalam satu dekade terakhir oleh pola perilaku sistem demokrasi liberal.
Sanksi yang menindas dan terarah terhadap negara-negara merdeka, khususnya Republik Islam Iran, juga menjadi contoh di bidang ini.
Berdasarkan alasan-alasan ini dan banyak contoh lainnya, Ayatullah Khamenei menyebut demokrasi liberal sebagai front yang melawan sistem Islam. Menurut Rahbar, front ini adalah pembohong.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung banyak fakta sejarah komtemporer, dan mengatakan, front yang berlawanan dengan bangsa Iran adalah front yang anti-kebebasan dan kemandirian, anti-kebebasan berpikir dan menentang segala bentuk demokrasi yang tidak bergantung pada kubu arogan.
Menurut Rahbar, perjuangan bangsa Iran dan sistem Islam melawan front ini adalah sebuah perjuangan peradaban dan global. Ayatullah Khamenei menyebut kondisi warga Ukraina yang malang sebagai bukti dari kelanjutan motif kolonial dan kerakusan Barat.
Menurut Rahbar, perang di Ukraina dibuat tidak berakhir karena kepentingan perusahaan-perusahan produksi dan penjualan senjata Barat terletak pada kelanjutan perang di Ukraina. (RA)