Pertahanan Suci Bangsa Iran dan Pencapaiannya Menurut Rahbar
Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khameni menyampaikan pidato di hadapan ratusan veteran perang Pertahanan Suci, keluarga syuhada, seniman, penulis, petugas medis, pekerja sosial dan aktvis.
Pidato ini disampaikan dalam pertemuan menjelang peringatan Pekan Pertahanan Suci di Huseiniyah Imam Khomeini ra di Tehran, Rabu (20/9/2023).
Tanggal 31 Shahrivar 1359 HS, yang bertepatan dengan 22 September 1980 merupakan momentum penting dalam sejarah Iran. Pasalnya, tanggal tersebut merupakan awal dimulainya Perang Pertahanan Suci (perang yang dipaksakan rezim Baath Irak terhadap Iran selama delapan tahun).
Perang ini merupakan yang terpanjang dalam sejarah perang klasik di abad ke-20, dan perang terlama setelah perang Vietnam. Setelah delapan tahun berlalu, perang yang menelan korban jiwa dan kerugian material yang besar ini, berakhir pada bulan Mordad 1367 HS, yang bertepatan dengan Agustus 1988.
Perang Pertahanan Suci sebenarnya adalah perang antara Iran dan Barat. Perang yang dipaksakan rezim Saddam Irak terhadap Iran ini dimulai kurang dari setahun setelah kemenangan Revolusi Islam 1979, yang menggulingkan rezim Pahlavi, rezim yang didukung penuh oleh Amerika Serikat.
Selama agresi militer ke Iran, Irak didukung penuh, baik secara militer maupun psikologis, oleh AS dan sekutunya. Para pendukung Saddam juga mencegah akses Iran ke peralatan pertahanan dari luar negeri.
Perang Irak-Iran adalah perang terpanjang pada abad ke-20, namun pejabat senior militer Iran mengatakan bahwa peristiwa itu menandai awal kemandirian negara mereka di sektor pertahanan.
Perang panjang yang dipaksakan oleh rezim Baath Irak telah mengajarkan kepada bangsa Iran bahwa mereka tidak dapat mencapai keamanan selama mereka tetap bergantung pada senjata asing.
Dalam perang, biasanya pemenang adalah yang terkuat, namun yang mengejutkan, dalam perang Pertahanan Suci, sebuah bangsa yang belum siap, telah berhasil memenangkan peperangan luas itu.
Rahbar dalam pidatonya mengatakan, hasil dari pertahanan kolektif rakyat Iran dalam melawan front arogansi dunia, agresi rezim Baath Irak dan kubu arogan adalah tetap utuhnya wilayah Republik Islam Iran dan terungkapnya kemampuan dan kapasitas besar bangsa Iran.
Selain itu, Pertahanan Suci rakyat Iran juga menyebabkan meluasnya perbatasan-perbatasan non-geografis negara ini dan tumbuhnya dan kuatnya konsep dan budaya perlawanan serta jihad melawan penindasan di dalam negeri dan di dunia.
Ayatullah Khamenei menyebut penumpasan dan penghancuran Revolusi Islam dan Republik Islam serta upaya pemisahan bagian-bagian wilayah negara ini sebagai tujuan utama musuh dalam perang yang dipaksakan selama delapan tahun oleh rezim Saddam dan para pendukungnya
"Revolusi Besar Islam adalah fenomena unik karena sampai saat itu, tidak ada revolusi di dunia yang menghasilkan pemerintahan religius dan demokratis, dan para penindas global ingin menghapus konsep baru ini, yaitu Republik Islam dan demokrasi religius, dan mereka hingga sekarang masih mengejar tujuan yang sama," kata Rahbar.
Seperti yang disampaikan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam, setelah kemenangan Revolusi Islam dan runtuhnya arogansi global, Iran menjadi sasaran kebencian dan permusuhan musuh-musuh dan afiliasinya.
Musuh, termasuk Amerika Serikat (AS), menggunakan seluruh kekuatan, konspirasi dan propaganda mereka untuk melenyapkan Revolusi Islam. Di antara upaya mereka adalah memaksakan perang terhadap Iran selama delapan tahun melalu agresi pasukan Baath Irak, dan mendukung rezim agresor Saddam.
Selain itu, mereka juga menjatuhkan beragam sanksi terhadap Iran, dan bahkan melakukan tindakan terorisme dengan meneror tokoh-tokoh, para ilmuwan dan orang-orang besar Iran, serta membunuh para komandan perlawanan hanya demi mengalahkan Iran, mengisolasi dan meruntuhkan Republik Islam, namun musuh gagal untuk meraih ambisi dan tujuannya.
Perang yang dimulai front arogansi melalui agresi militer rezim Saddam ke Iran memiliki tujuan luas, dan tujuan terpenting mereka adalah bermimpi untuk meruntuhkan Republik Islam Iran.
Namun rakyat Iran dengan dukungan Pendiri Republik Islam Iran Imam Khomeini ra dan dengan perlawanan gigih mereka yang penuh dengan keimanan serta fokus terhadap kapasitas yang dimiliki, dan dengan jiwa-jiwa patriotisme, telah mampu mengalahkan pasukan agresor.
Bahkan perlawanan bangsa Iran telah menghasilkan prestasi unik dan gemilang yang membentuk budaya jihad, pengorbanan dan perlawanan. Jiwa-jiwa patriotisme dan perlawanan ini juga menjadi contoh bagi bangsa-bangsa lain yang tertindas untuk melawan kezaliman dan penindasan.
Salah satu pencapaian penting dari Pertahanan Suci adalah dampak langsungnya yang menjamin keamanan yang stabil bagi Republik Islam Iran dalam menghadapi berbagai ancaman militer, keamanan dan bahkan politik dan ekonomi musuh.
Pencapain lainnya yang tidak kalah penting adalah selama bertahun-tahun setelah berakhirnya perang, meskipun ada banyak ancaman, peningkatan tekanan dan sanksi yang lebih kompleks, namun kekuatan pencegahan Iran terus meningkat di semua bidang, termasuk di bidang militer dan pertahanan.
Revolusi Islam Iran, yang memiliki ciri-ciri seperti spiritualisme dalam politik, perlawanan terhadap rezim-rezim afiliasi musuh, mereproduksi budaya perlawanan dan semangat kesyahidan, keadilan, penekanan pada persatuan, populisme dan penyebaran Islam politik, telah mempengaruhi negara-negara di kawasan dan dunia.
Revolusi ini sebenarnya telah berdampak pada banyak negara dan bangsa, dan dampak tersebut, yang muncul dalam bentuk pemodelan revolusi Islam, telah memberikan peluang baru bagi gerakan dan arus para pejuang untuk kemerdekaan, dan merpenciptaan kapasitas-kapasitas baru di kawasan yang terkena dampak dari revolusi Islam dan ajaran dan nilai agama.
Ketika menggambarkan kehebatan dan pencapaian Pertahanan Suci yang diraih rakyat Iran, Rahbar menyebut perluasan perbatasan-perbatasan non-geografis Iran, termasuk batas intelektual dan makrifat, sebagai salah satu pencapaian pertahanan suci.
"Sebagai hasil dari keberhasilan yang sangat penting ini, konsep perlawanan global telah terbentuk. Konsep ini telah terbentuk di Palestina, Suriah, Irak dan wilayah-wilayah lainnya, dan karya-karya bangsa Iran di berbagai wilayah Asia, Afrika dan Amerika Latin telah menjadi model bagi negara-negara lain," tegasnya. (RA)