May 06, 2024 21:54 Asia/Jakarta
  • Keindahan Iran dan India, dalam Pemikiran Rabindranath Tagore

Rabindranath Tagore, adalah pendukung gerakan kemerdekaan India, dan untuk mendapatkan inspirasi tentang kemerdekaan, ia mengamati negara-negara Asia lain.

Tagore menaruh perhatian pada pandangan anti-penjajahan rakyat Iran, dan hal ini, di samping kecintaan keluarganya, telah membuka pintu gerbang peristiwa-peristiwa indah dalam hubungan Iran dan India.
 
Sebagai seorang penulis, dan filsuf, Tagore, bukan hanya sangat mempengaruhi India, tapi juga seluruh dunia. Soal hubungan Tagore, dengan Barat, dan pengaruh-pengaruhnya pada diri filsuf India ini, tidak terlalu banyak yang mencatat.
 
Akan tetapi sepenggal bagian kehidupannya yang tidak terlalu dikenal umum, menunjukkan hubungan Tagore, dengan Iran, sebuah negara yang memiliki ikatan budaya dengan India, lebih dari 2.500 tahun. Di sinilah pemandangan indah hubungan tersebut terlihat.
 

 

 
Rabindranath Tagore, bisa dikata cukup terpengaruh oleh budaya Iran. Ayahnya yang juga seorang filsuf, Debendranath Tagore, menguasai betul bahasa Farsi, dan sangat mencintai Iran. Dalam ibadah hariannya, ia selalu membaca Upanishads, dan Gazal milik Hafez Shirazi, penyair Persia. Oleh karena itu Tagore, selama bertahun-tahun di masa remajanya mengenal baik syair-syair Persia.
 
Tagore juga sangat menghormati agama Zoroaster, agama kuno orang-orang Iran. Ia memuji Zoroaster sebagai "nabi pionir terbesar". Ia menggarisbawahi kemiripan moral agama Zoroaster, dan Hindu, di dalam kepercayaan, ibadah dan pengorbanan.
 
Agama Zoroaster, masih hidup di Iran, dan para penganut agama Zoroaster, di Iran, terlepas dari masalah-masalah sosial, ekonomi, dan selainnya, memiliki Wakil di Majelis Syura Islam Iran (parlemen), dan terlibat dalam pemerintahan.
 

 

Di salah satu bab berjudul Dr. Rabindranath Tagore, dan Iran, di buku terkait studi hubungan luar negeri India, terbitan tahun 1975 karya HK. Sherwani, Dr. Mohammad Taghi Moghtaderi, menulis poin menarik. Ia menyinggung salah satu keluarga jauh Rabindranath, bernama Sumar Kumar Tagore, Konsul Kehormatan Iran, di Kolkata, di masa Mozafaroddin Shah Qajar. Ini membuktikan kedekatan keluarga Tagore, dengan Iran.
 
Rabindranath Tagore, adalah orang Timur, pertama yang mendapatkan Hadiah Nobel sastra, dan kelompok intelektual Iran, menyadari hal ini. Kolonel Mohammad Taghi Khan Pessian, salah seorang reformis politik, dan perwira militer terkemuka Iran, menerjemahkan syair-syair Tagore, antara tahun 1918-1920 semasa tinggal di Berlin.
 
Pada tahun 1931, surat kabar-surat kabar Iran, mulai menerbitkan artikel-artikel terkait Rabindranath Tagore, sehingga penyair India, ini semakin populer di Iran. Tagore, melakukan perjalanan pertama ke Iran, pada tahun 1932. Setelah tinggal di Bushehr, ia berangkat ke Shiraz, dan di sana ia mengunjungi makam penyair besar Persia, Saadi dan Hafez. Ia juga berkunjung ke Takht-e Jamshid, Isfahan dan Tehran.
 

 

Di setiap tempat pemberhentiannya, Tagore, selalu menyempatkan diri bertemu dengan para pemikir, pemuka agama, dan tokoh-tokoh politik serta masyarakat biasa. Tagore, dalam dialog-dialognya dengan penduduk setempat, selalu menekankan hubungan budaya, dan sejarah Iran dan India.
 
Rabindranath Tagore, pada peringatan kelahirannya yang ke-70, berkunjung ke Tehran. Malek osh-Shoara Bahar (10 Desember 1886-22 April 1952) penyair kenamaan Iran, menyambutnya di Tehran, dan melantukan syair panjang, dan menyerahkannya kepada Tagore.
 
Penyair India, ini juga mengenal sejumlah ulama terkemuka Iran, di masa itu seperti Ali Dashti, Rashid Yasemi, Abbas Eghbal, Saeed Nafisi, dan Nasrollah Falsafi.
 

 

Tagore, berpidato di Aula Istana Masoudiyeh, kemudian di Perhimpunan Sastra Iran. Dua tahun kemudian untuk kedua kalinya Tagore, mengunjungi Iran. Kali ini ia datang bertepatan dengan peringatan 1.000 tahun meninggalnya Ferdowsi, bersamaan dengan dibukanya makam penyair Iran, itu.
 
Kunjungan Rabindranath Tagore, ke Iran, membawa pengaruh besar bagi filsuf India, ini, dan menjadi perhatian luas media. Tagore, dalam lawatannya ke Iran, sempat meminta dikirim pengajar bahasa Farsi, ke India. Ebrahim Pourdavoudi, Iranolog, kemudian dikirim ke India, dan di sana ia mengajar sastra Farsi kuno.
 
Selain itu, Pourdavoudi, juga menerjemahkan banyak syair Tagore, dengan bantuan Ziauddin, guru lokal, dari bahasa Bangla, ke Farsi, dan koleksi terjemahan itu diterbitkan di Kolkata, pada tahun 1935. Tagore, selalu menggelar perayaan besar untuk memperingati tahun baru Persia, Nowruz.
 

 

Tagore, begitu memuji kebudayaan Iran, peradaban Iran, rakyat Iran, dan keramahan penduduknya. Ia menekankan hubungan spiritual dua negara, dan dua peradabannya. Hubungan sastra baru yang sudah terjalin antara Iran dan India, memiliki latar belakang sekian ribu tahun, dan tetap kuat sampai sekarang.
 
Iran setelah kemerdekaan India, dari Inggris, pada tahun 1947, melanjutkan hubungan baiknya dengan New Delhi, dan bersama Pakistan, menjadi tetangga baru sebagai dampak dari perpecahan di Anak Benua India.
 
Sebaliknya, setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, tahun 1979, yang berhasil menumbangkan rezim diktator monarki absolut Shah Pahlevi, boneka Barat, dan melahirkan Republik Islam Iran, India, juga melanjutkan hubungan baik dengan Iran.
 

 

Pada tahun 2011, ketika Meira Kumar, mantan Ketua DPR India, Lok Sabha, berkunjung ke Iran, naskah syair Rabindranath Tagore, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Farsi, ikut dipamerkan. (HS)