Jun 04, 2024 15:55 Asia/Jakarta
  • Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Khamenei
    Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Khamenei

Menurut Imam Khamenei, Amerika Serikat sebagai anasir Zionisme global dan beberapa negara di kawasan telah merancang rencana besar dan rinci untuk mengubah hubungan dan perimbangan di kawasan, tetapi gagal akibat operasi Palestina.

Pemimpin Besar Revolusi Islam, Senin (3/6) pagi, dalam pertemuan dengan masyarakat Iran pada peringatan 35 tahun haul Imam Khomeini ra, menjelaskan pentingnya dan menonjolnya isu Palestina dalam pandangan dan pendekatan Imam Khomeinik ra.

“Ramalan Imam Khomeini ra 50 tahun yang lalu tentang Palestina secara bertahap menjadi kenyataan, dan operasi ajaib Badai Al-Aqsa, dengan membatalkan rencana besar musuh untuk mendominasi kawasan dan dunia Islam, telah menempatkan rezim Zionis di jalur kehancuran, dan berdasarkan keimanan serta pendirian terpuji rakyat Gaza rezim pendudukan kini mencair di depan mata dunia.”

Pada bagian pertama pidatonya, Imam Khamenei menjelaskan pentingnya masalah Palestina dalam pemikiran dan pendapat Imam Khomeini dan mengatakan, Imam Khomeini ra mengandalkan masalah Palestina sejak hari pertama gerakan Islam dan dengan ketelitian dan pandangan jauh ke depan memprediksi jalur kemenangan bangsa Palestina, di mana pencerahan penting Imam ini sedang terwujud secara bertahap.

Rahbar menyebutkan prediksi penggulingan rezim Pahlavi yang kejam dan menindas pada awal mula gerakan Islam dan ramalan kehancuran rezim komunis pada masa pemerintahan dan validitas rezim Soviet sebagai dua contoh lain dari pencerahan khusus Imam Khomeini.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut rangkuman pandngan Imam terkait kemenangan bangsa Palestina seperti tidak peduli dengan negosiasi kompromi, kehadiran rakyat Palestina di medan aksi dan pemenuhan hak-hak serta dukungan seluruh bangsa, khususnya bangsa-bangsa Islam, kepada rakyat Palestina dan menambahkan, Berbagai peristiwa besar itu kini sedang terwujud.

Merujuk pada rezim Zionis yang terjebak di sudut medan akibat operasi Badai Al-Aqsa, Rahbar mengatakan:

“Meskipun Amerika dan banyak pemerintah Barat terus mendukung rezim ini, mereka juga mengetahui bahwa tidak ada jalan selamat bagi rezim penjajah.”

Imam Khamenei menyebut “pemenuhan kebutuhan penting di kawasan” dan “pukulan mendasar terhadap rezim kriminal” sebagai dua ciri penting dari operasi Badai Al-Aqsa dan menambahkan, Amerika, sebagai anasir Zionisme global, dan beberapa negara di kawasan telah merancang rencana besar dan rinci untuk mengubah hubungan dan perimbangan di kawasan dengan menciptakan hubungan yang mereka inginkan antara rezim Zionis dan negara-negara di kawasan, yang menjadi dasar dominasi rezim Zionis yang dibenci atas politik dan ekonomi Asia Barat serta seluruh dunia Islam.

“Rencana jahat ini sangat dekat dengan momen eksekusi ketika Badai Ajaib Al-Aqsa dimulai dan menghancurkan seluruh struktur Amerika, Zionisme dan para pengikutnya. Namun, dengan kejadian yang terjadi dalam 8 bulan terakhir, tidak ada harapan untuk menghidupkan kembali rencana tersebut,” ungkap Rahbar.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menganggap kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kekejaman yang tak terbatas dari rezim penjajah Zionis dan dukungan pemerintah Amerika terhadap kekejaman ini sebagai reaksi marah atas pembatalan konspirasi besar internasional untuk membuat rezim Zionis mendominasi kawasan.

Dalam menjelaskan ciri kedua dari Badai Al-Aqsa, yaitu menimbulkan pukulan yang tidak dapat diperbaiki terhadap rezim Zionis, Rahbar mengacu pada pengakuan para analis dan pakar Amerika dan Eropa, dan bahkan mereka yang berafiliasi dengan rezim penjajah Zionis dan menambahkan, Mereka juga mengakui bahwa rezim pendudukan, dengan segala riasannya, telah menderita kekalahan telak dari kelompok perlawanan dan belum mencapai tujuan minimum apa pun setelah 8 bulan.

Merujuk pada perkataan seorang analis Barat tentang kekuatan Badai Al-Aqsa untuk mengubah abad ke-21, Imam Khamenei mencatat, Analis dan sejarawan lain menunjuk pada kebingungan dan pusingnya rezim, gelombang migrasi terbalik, ketidakmampuan untuk melindungi penduduk wilayah pendudukan dan proyek Zionis yang mencapai titik akhir dan menekankan bahwa “dunia berada pada awal dari akhir rezim Zionis”.

Mengacu pada transformasi isu Palestina menjadi isu pertama di dunia dan demonstrasi anti-Zionis di London, Paris dan universitas-universitas Amerika, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, Selama bertahun-tahun, berbagai media dan pusat propaganda Amerika-Zionis berusaha untuk melupakan isu Palestina, tapi mengingat Badai Al-Aqsa dan perlawanan rakyat Gaza, Palestina kini menjadi isu pertama di dunia, dan Amerika menjadi pasif di hadapan konsensus global negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia, dan cepat atau lambat mereka harus melepaskan diri dari rezim Zionis.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut penderitaan rakyat Gaza, termasuk gugur syahidnya sekitar 40.000 orang dan terbunuhnya sekitar 15.000 anak-anak, bayi, dan balita, sebagai sebuah pengorbanan besar bangsa Palestina dalam perjalanan menuju keselamatan dari tangan Zionis dan mengatakan, Berkat imam Islam dan keyakinan pada ayat-ayat Al-Qur’an, rakyat Gaza mampu menanggung segala masalah dan membela para pejuang Palestina dengan keteguhan luar biasa.

Rahbar menganggap kesalahan perhitungan rezim Zionis tentang kemampuan Poros Besar Perlawanan sebagai alasan masuknya rezim tersebut ke dalam koridor kebuntuan, yang akan menyebabkan kegagalan berturut-turut dan tidak akan ada jalan keluar dari kebuntuan ini dengan kuasa Ilahi.

Rangkuman perkataan Imam Khamenei tentang Palestina sebagai berikut:

“Terlepas dari propaganda Barat, rezim Zionis sedang mencair dan berakhir di depan mata masyarakat dunia, dan selain bangsa-bangsa, banyak politisi dunia dan bahkan Zionis telah memahami fakta ini.”

 

Di bagian lain dari pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengagungkan sifat dan jasa Presiden Sayid Ebrahim Raisi yang syahid dan rombongannya dan mengatakan, Setiap anggota rombongan presiden adalah pribadi yang berharga.

Rahbar menyebut kehilangan orang-orang tercinta ini sebagai kehilangan nyata bagi negara dan mengatakan:

“Al-Qur’an menyebutkan dalam Surat Al-Baqarah, ‘Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.’ dan karena tidak ada pembahasan tentang aksi militer dan perang dalam ayat ini, siapapun meninggal di jalan Allah ibarat jalan pengabdian kepada masyarakat, kerja Jihad bagi mereka dan cara menjalankan negara serta kemajuan sistem Republik Islam adalah syahid.”

 

Imam Khamenei menilai partisipasi masyarakat yang bermakna dalam berbagai proses pemakaman para syuhada di berbagai kota mulai dari Tehran, Mashad, Tabriz, Qom, Birjand dan Ray hingga Zanjan, Maragheh dan Najafabad sebagai contoh karya epos bangsa Iran dalam menghadapi krisis, peristiwa pahit dan sulit sepanjang sejarah revolusi, dan dalam mengungkapkan pesan-pesan kehadiran ini, Rahbar menambahkan, Epos ini menunjukkan bahwa bangsa Iran adalah bangsa yang penuh motivasi, tidak lelah, teguh dan hidup, di mana tidak akan kalah dengan musibah justru daya tahan dan motivasinya meningkat.

Pada bagian penting lainnya dari pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai pemilu presiden yang akan datang sebagai suatu hal yang besar dan fenomena yang penuh prestasi dan mengatakan, Jika insya Allah pemilu ini terselenggara dengan baik dan megah dan setelah kejadian tragis ini, rakyat memilih pejabat berikutnya dengan suara tinggi, itu akan menjadi pencapaian besar bagi bangsa Iran dan akan memiliki refleksi yang luar biasa di dunia. Karenanya, pemilu pada tanggal 8 Juli sangatlah penting.(sl)

Tags