Italia Menolak Propaganda besar-besaran Barat yang Menentang Status Perempuan di Iran
(last modified Sat, 14 Sep 2024 11:10:27 GMT )
Sep 14, 2024 18:10 Asia/Jakarta
  • Italia Menolak Propaganda besar-besaran Barat yang Menentang Status Perempuan di Iran

Parstoday- Konferensi "Perempuan Iran dan Italia yang berfokus pada dialog dan kerja sama budaya" diadakan di Roma dengan dihadiri para profesor dan pakar Italia serta dosen dan pengusaha Iran.

Konferensi "Wanita Iran dan Italia dengan fokus pada dialog dan kerja sama budaya" diselenggarakan oleh Asosiasi Independen Italia. Menurut Parstoday, Asosiasi Independen menyatakan bahwa tujuan diadakannya konferensi ini adalah untuk menjawab pertanyaan: Apakah perempuan Iran benar-benar tertindas oleh budaya dan agama seperti yang mereka katakan di media barat, atau ini hanya operasi besar media?

 

Acara tersebut dimulai dengan puisi yang menggambarkan perempuan Iran oleh penyair Italia Elirabetta Pamela, dan Francesco Labonia, direktur Asosiasi Independen, mengatakan: "Italia sendiri menderita karena kondisi politik yang buruk dan Amerikanisasi, dan di sini terdapat pandangan instrumentalis terhadap wanita."

 

Labonia juga mengisyaratkan kunjungan terbarunya ke Iran tahun ini, dan menceritakan pengamatan obyektifnya terkait perempuan dengan beragam pakaian dan perilaku terhormat polisi terhadap mereka.

 

Haniyeh Torkian, dosen Ilmu-ilmu Islam dan pengamat geopolitik Iran yang tinggal di Italia dalam konferensi ini terkati posisi perempuan dalam Islam; Tradisi dan modernitas dengan fokus khusus pada Iran, mengungkapkan: Persoalan Iran sangat penting, karena pembahasan mengenai Iran dianggap tabu di sini. Saya ingin menyajikan narasi berbeda tentang Iran. Peran perempuan dalam masyarakat harus bersifat tradisional dan modern. Tidak bisa dikatakan tradisional lebih baik atau modern. Namun model yang diilhami agama lebih lengkap dan ideal di masyarakat.

 

Torkian seraya menjelaskan bahwa "Perang perempuan dalam masyarakat Iran pasti dan menentukan" menambahkan:

 

Setelah jatuhnya rezim Pahlavi di Iran, peran ini menjadi lebih menonjol dan revolusi Islam mendorong perempuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan mengambil peran mereka.

 

Dia berkata: Beberapa statistik menunjukkan pertumbuhan peran perempuan Iran di universitas, harapan hidup, pasar tenaga kerja, olahraga, dll, yang memiliki perbedaan signifikan dibandingkan sebelum kemenangan revolusi.

 

Pembicara berikutnya adalah Ana Valvo, seorang profesor hukum Uni Eropa di Fakultas Ilmu Ekonomi dan Hukum Universitas Sisilia, dengan tajuk Burqa wanita Barat yang tak kasat mata, perjuangan untuk awet muda dan kecantikan, mengatakan:

 

Masyarakat Barat menampilkan model kebebasan dan kemajuan perempuan, namun pada kenyataannya hal tersebut hanyalah topeng kebebasan. Komodifikasi perempuan adalah kenyataan di berbagai sektor dan kebebasan seksual tidak dianggap sebagai kebebasan.

 

Selanjutnya, Wilma Jinola, anggota Asosiasi Independen, mendedikasikan pidatonya pada "konsep kebebasan yang ambigu" dan menyatakan bahwa kebebasan tanpa batasan adalah yang pertama di Barat. Persaingan dalam kebebasan merupakan langkah selanjutnya, yang kemudian berubah menjadi kebebasan ekonomi. Kebebasan ekonomi juga berubah menjadi persaingan konsumerisme.

 

Marjan Hoshyar, CEO perusahaan Negin Tejarat Ferdos Iran adalah pembicara berikutnya yang disampaikan melalui  konferensi video di pertemuan ini. Hoshyar mengungkapkan:

 

Perempuan di Iran telah mencapai kemajuan yang signifikan di bidang sains dan berhasil memperoleh lebih banyak pengetahuan dan keterampilan ilmiah di bidang ini.

 

Ia menambahkan: Dalam 50 tahun terakhir, terdapat peningkatan signifikan dalam jumlah perempuan yang memperoleh gelar sarjana dan memainkan peran manajerial dan ilmiah di seluruh dunia. Namun di Iran, berbeda dengan apa yang diberitakan di media, perempuan tidak hanya mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, namun juga mendapat dukungan dari suami, ayah dan saudara laki-lakinya. (MF)

 

 

Tags