Kisah Syahid Mostafa Gharib-Shirangi
https://parstoday.ir/id/news/iran-i180798-kisah_syahid_mostafa_gharib_shirangi
Syahid Gharib-Shirangi pada malam 23 Khordad gugur dalam serangan rudal rezim Zionis terhadap Tehran.
(last modified 2025-11-22T04:34:55+00:00 )
Nov 22, 2025 11:29 Asia/Jakarta
  • Kisah Syahid Mostafa Gharib-Shirangi

Syahid Gharib-Shirangi pada malam 23 Khordad gugur dalam serangan rudal rezim Zionis terhadap Tehran.

Tehran, Parstoday- Jenazah Syahid Iqtedar Mostafa Gharib-Shirangi yang gugur dalam agresi tersebut diidentifikasi pada malam kelahiran Imam Musa Kazhim dan kini dimakamkan di petak 42 Taman Makam Para Syuhada Tehran. Dalam laporan ini, ibu dan istri syahid mengenang Mostafa yang terbang menuju Sang Pencipta dengan ketenangan luar biasa.

Fatemeh Kardifar, ibu syahid, berkata: “Mostafa anak yang jujur, beriman, ceria, dan humoris. Ia menghormati orang tua, mencintai ibadah, dan selalu memenuhi rumah kami dengan kebahagiaan. Di setiap pertemuan, ia meninggalkan jejak kenangan baik di hati semua orang.” Ia menambahkan: “Tak ada ibu yang sanggup menerima kabar kesyahidan anaknya. Aku menangis, namun aku bangga. Ia pergi dengan wudhu, dengan iman, dengan kemuliaan. Kesyahidan Mostafa adalah duka besar, tetapi kebanggaannya menjadi penghibur bagi kami.”

Fatemeh Azizi, istri syahid, mengisahkan pertemuan pertama mereka:“Malam sebelum pertemuan pertama, aku sangat cemas hingga tak bisa tidur. Saat bangun pagi, seluruh Tehran diselimuti salju. Aku yakin itu pertanda khusus dari Tuhan. Dalam pertemuan itu, Mostafa memberiku kotak kayu berisi tasbih shah-maqshud yang indah. Sejak itu, tasbih itu menjadi peneduh hati gelisku. Hingga kini setelah ia syahid, tasbih itu menjadi penghibur kesepianku.”

Ia juga menceritakan mimpi yang berulang: “Mostafa beberapa kali bermimpi menghadap Pemimpin Revolusi. Dalam mimpinya, Ayatullah Khamenei tersenyum dan memanggilnya maju, lalu meletakkan kepala Mostafa di pangkuannya. Mimpi itu begitu manis hingga aku merasa itu pertanda akhir yang baik.” Setelah serangan rudal, Mostafa tak menjawab telepon. Pencarian dilakukan hingga berita kesyahidannya tiba. “Saat jenazah ditemukan, ia menghadap kiblat dan tangannya terangkat seperti sedang memberi salam—persis kebiasaannya saat malam-malam berdiri dengan wudhu. Tampak jelas bahwa itu salam terakhirnya kepada Imam Zaman (aj) dan Ahlulbait (as).”

Laporan ini menjadi saksi ketenangan, keberkahan, dan husnul khatimah seorang syahid yang menjalani hidupnya dengan iman, dan mengakhiri langkahnya dengan kemuliaan.(PH)