Nowruz, Musim Semi dan Spiritualitas Manusia
https://parstoday.ir/id/news/iran-i68535-nowruz_musim_semi_dan_spiritualitas_manusia
Musim semi kembali datang. Kehidupan baru dirasakan. Ketika manusia menikmati alam dan memandang dedaunan yang mulai menghijau, saat itu pula ia merasakan keagungan Sang Pencipta alam semesta.
(last modified 2025-11-30T07:49:40+00:00 )
Mar 18, 2019 15:45 Asia/Jakarta
  • Hari raya Nowruz
    Hari raya Nowruz

Musim semi kembali datang. Kehidupan baru dirasakan. Ketika manusia menikmati alam dan memandang dedaunan yang mulai menghijau, saat itu pula ia merasakan keagungan Sang Pencipta alam semesta.

 

Musim semi sebuah kesempatan lain yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk merenungkan perjalanan hidupnya supaya tidak lalai dan kembali bersemi seperti alam ini. Dalam pandangan Islam, perubahan merupakan satu dampak penting dari budaya Nowruz. Saat manusia menyaksikan terjadinya perubahan di alam, manusia berupaya untuk semakin dekat dengan Allah swt, dan mensyukuri seluruh karunianya. 

Angin sepoi-sepoi yang bertiup lembut dengan suaranya yang indah sedang mendendangkan tauhid. Bunga-bunga yang diterpa angin bergerak sambil bertasbih. Sementara lembah dan dataran mengagungkan Allah swt. Hujan di musim semi membersihkan debu usang yang melekat lalu tumbuh-tumbuhan bangkit mengangkat kepalanya bersyukur kepada Sang Maha Pencipta.

 

Musim semi mencerminkan keagungan asma Allah swt dari Khaliq yang berarti pencipta; Mudabirm yang mengatur; Latif yang halus; dan nama-nama agung lainnya. Dari sekian nama ini, yang terpenting adalah nama suci al-Rahman, yang sangat indah  manifestasinya dalam bentuk musim semi.

Allah swt dalam al-Quran surat Rum ayat 50 menyajikan karya-karya rahmat-Nya dan berkata: "Maka perhatikanlah perwujudan daro rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

 

Semua ini mengajarkan manusia bahwa alam telah bangkit dari tidur musim dinginnya. Manusia juga harus meraih kembali kesadarannya. Perubahan yang terjadi dalam diri manusia merupakan kelaziman dari gerakannya untuk mencapai kesempurnaan. Oleh karenanya, kedatangan tahun baru harus disertai dengan langkah riang menuju kehidupan yang lebih baik. Perubahan dari musim dingin menuju musim semi merupakan pelajaran tauhid. Segala perubahan yang terjadi di alam harus diyakini bersumber dari kekuasaan dan kebijakan Allah. Hanya Dia yang mampu mengubah kecenderungan batin manusia.

 

 

Setiap tahun dengan datangnya musim dingin alam tampak tidak bergairah dan seakan-akan mati. Namun setelah beberapa waktu dengan tibanya musim semi, alam menemukan kembali ruhnya. Bila kondisi semula tidak bergairah, kini terjadi perubahan dan semua seperti menemukan kembali kehidupannya. Musim semi memberi pakaian kehidupan baru kepada alam. Demikian nasib manusia dan dunia di hari kebangkitan. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Setiap kali menyaksikan musim semi, hendaknya kalian banyak mengingat Hari Kiamat.”

Allamah Thabathabai, penulis buku tafsir al-Mizan menulis, “Allah Swt mengandaikan kebangkitan di Hari Kiamat dan menghidupkan kembali orang yang sudah mati dengan menghidupkan kembali bumi. Pengandaian ini agar manusia memahami bahwa bumi setiap tahunnya melewati satu periode kehidupan dan pada akhirnya menemui kematian. Begitu juga dengan manusia. Ketika kehidupannya di bumi telah selesai, di hari kebangkitan ia akan dihidupkan kembali di padang Mahsyar.” Itulah mengapa Nabi Saw mengingatkan manusia agar mengingat Hari Kiamat ketika memasuki musim semi.

Musim semi penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah, terutama bagi mereka yang ingin mengenal  Allah dan Hari Kiamat. Tumbuh-tumbuhan yang hidup kembali setelah tertidur pulas di musim dingin menunjukkan kehidupan pasca kematian. Ayat-ayat al-Quran dalam banyak kasus menukil pendapat orang-orang yang mengingkari manusia dihidupkan kembali di Hari Kiamat. Mereka bertanya bagaimana badan yang sudah kering dan tulang yang menjadi serbuk dapat hidup kembali.

Dalam surat Qaf ayat 6 dan 7, Allah Swt menjawab pertanyaan mereka dengan berbicara kepada Nabi Muhammad Saw, "Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,".

Menurut al-Quran setiap tanah yang ditempati tumbuh-tumbuhan untuk hidup mengabarkan adanya Allah Swt yang Esa dan Bijaksana. Bumi yang mati, kering dan tidak ada tumbuh-tumbuhan yang hidup di sana akan menjadi tanah yang subur dan kebun yang indah dengan disirami air hujan. Tanah tersebut ditumbuhi pohon kurma yang tinggi dengan buah yang banyak. Semua ini menjadi pelajaran akan adanya Hari Kiamat. Perubahan menuju kehidupan di dunia tumbuh-tumbuhan menjelaskan satu kenyataan bahwa Sang Pencipta alam dalam menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati. 

 

Al-Quran surat Al Hadid ayat 17 berfirman, "Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya,".

Musim semi merupakan musim kehidupan dan menjadi petanda adanya Zat yang mengatur segala keindahan ini. Oleh karenanya, musim semi harus menjadi pelajaran besar bagi manusia. Ketika ranting dan daun baru tumbuh di tubuh sebuah pohon, maka manusia harus memahami bahwa masa putus harapan telah berakhir. Manusia harus menjadikan jiwanya muda kembali dan menampakkan perubahan itu dalam dirinya. Musim semi merupakan musim dimana manusia menyerahkan hatinya kepada cahaya ilahi.

Di tahun baru Nowruz manusia dianjurkan untuk tidak membatasi dirinya hanya dengan membersihkan rumah dan fisiknya saja. Tapi yang terpenting adalah menyucikan rumah jiwa dan hati manusia. Dengan demikian, manusia dapat membersihkan dirinya dari segala keburukan, dosa dan kebencian. Itulah mengapa Allah Swt mencintai manusia yang senantiasa mensucikan diri lahiriahnya demi mencapai kesucian jiwa. Datangnya musim semi dan hari raya Nowruz sebagai momentum untuk menghidupkan dan meningkatkan spiritualitas manusia.(PH)