Kekompakan Rakyat Iran untuk Memberantas COVID-19
Virus Corona (Covid-19) telah menyebar ke 111 negara termasuk Republik Islam Iran, dan jumlah korban jiwa akibat virus ini di seluruh dunia hingga hari Jumat, 10 April 2020 telah mencapai 102,572 orang.
Lebih dari 1,694,090 orang juga terinfeksi virus ini dan 376,833 dari mereka telah sembuh. Covid-19 ditemukan pertama kali pada Desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Amerika Serikat berada di urutan pertama yang memiliki kasus terbanyak terkait dengan virus Corona. 499.252 warga Amerika terinfeksi COVID-19, dan 18.637 dari mereka meninggal dunia.
Spanyol berada di urutan kedua. 158.273 warga negara ini tertular COVID-19, dan 16.071 dari mereka meninggal dunia.
Negara berikutnya adalah Italia. 147.577 warga negara ini terinfeksi virus Corona dan 18.849 dari mereka meninggal dunia.
Negara-negara berikutnya yang memiliki kasus terbanyak COVID-19 adalah Prancis, Jerman, Cina, Inggris, Iran dan Turki.
Iran hingga hari Jumat, 10 April 2020 berada di urutan kedelapan dari negara-negara yang memiliki kasus COVID-19 terbanyak.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Kianoush Jahanpour pada Jumat (10/4/2020) mengatakan, jumlah pasien yang sembuh dari infeksi virus Corona di Iran meningkat tajam dan sekarang mencapai 35.465 orang.
Dia menambahkan, Iran mencatat 1.972 kasus baru positif Corona dalam 24 jam terakhir dan total kasus saat ini mencapai 68.192 orang.
"Sebanyak 122 pasien meninggal dunia akibat COVID-19 dalam 24 jam terakhir dan total korban jiwa menjadi 4.232 orang," pungkasnya.
Sejak kasus COVID-19 ditemukan pertama kali di Iran pada akhir Februari 2020, rakyat negara ini bekerja sama dan saling bahu-membahu untuk melawan virus ini.
Ada yang berperan untuk membuat masker dan dibagikan kepada masyarakat yang memerlukan secara gratis, dan ada pula yang melakukan edukasi tentang virus Corona kepada masyarakat.
Beberapa pabrik juga dialihfungsikan untuk memproduksi peralatan medis dan kesehatan. Di antaranya, mereka memproduksi cairan disinfektan, masker, baju pelindung untuk tim-tim medis dan sarung tangan.
Para tukang jahit juga meninggalkan pekerjaannya dan bergabung dengan Gerakan Nasiona Melawan Corona. Mereka mulai memproduksi masker dan Alat Pelindung Diri (APD) untuk para tim medis.
Ada juga kelompok-kelompok masyarakat yang secara sukarela membantu Kementerian Kesehatan dengan cara menyemprot tempat-tempat umum dengan cairan disinfektan. Setiap warga berperan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Tidak hanya masyarakat dan relawan yang bahu-membahu bergabung dalam gerakan melawan virus Corona, Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC/Pasdaran) juga berpartisipasi aktif untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan memberantasnya.
Mereka melakukan penyemperotan disinfektan di berbagai titik dan bagian di kota-kota di Republik Islam Iran melalui koordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanganan virus Corona.
Di sisi lain, Pasukan Angkatan Darat (AD) Militer Republik Islam Iran juga berpartisipasi untuk memberantas COVID-19 yang telah menyebar di negara ini.
Mereka telah memulai aktivitasnya atas perintah langsung Komandan Militer Republik Islam Iran Mayor Jenderal Sayid Abdul Rahim Mousavi.
Militer Iran juga telah mendirikan rumah sakit darurat di area Pameran Internasional Tehran dengan kapasitas 2.000 ranjang pasien.
Pemerintah dan rakyat Iran hingga saat ini terus berusaha untuk melawan virus Corona. Sanksi ketat Amerika Serikat tidak mengurangi semangat mereka untuk terus berjuang menghadapi wabah tersebut.
Meskipun sanksi AS telah mencegah impor obat-obatan dan peralatan medis, namun hal itu tidak menyurutkan semangat rakyat Iran untuk terus berusaha agar bisa sukses melewati masa sulit ini. Dalam upayanya itu, mereka mampu mecapai prestasi-prestasi baru di sektor peralatan medis dan obat.
Baru-baru ini, sebuah pusat penelitian milik IRGC telah meluncurkan sistem modern pencitraan suhu untuk mendeteksi orang-orang yang diduga terinfeksi virus Corona (COVID-19).
IRGC meluncurkan perangkat tersebut pada hari Minggu, 5 April 2020 di Universitas Ilmu Kedokteran Baqiyatallah (BMSU) di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.
Baqiyatallah Medical Sciences University (BMSU) adalah sebuah fasilitas yang dijalankan oleh Angkatan Bersenjata untuk kampanye nasional melawan COVID-19.
Sistem elektro-optik, yang dilengkapi dengan kamera inframerah presisi tinggi serta perangkat pencitraan dengan resolusi tinggi, mampu menyaring tak terhitung jumlah individu dalam jangkauannya dalam hitungan detik.
Tingkat kesalahan untuk deteksi suhu dalam sistem kurang dari 0,1 derajat Celcius sementara itu secara bersamaan dapat mendeteksi 50 orang dengan demam tinggi dalam kelompok besar orang.
Dibandingkan dengan perangkat serupa yang dikembangkan di Iran, kamera pencitraan termal baru tersebut dapat dikontrol melalui aplikasi pintar.
Menurut Manajer BMSU, perangkat tersebut dapat digunakan di tempat ramai seperti stasiun metro dan pusat perbelanjaan untuk memungkinkan otoritas kesehatan memiliki kontrol yang lebih baik pada penyebaran COVID-19.
BMSU, yang merupakan lengan medis dan penelitian IRGC, telah menjadi kekuatan utama dalam upaya nasional untuk memerangi pandemi virus corona baru tersebut.
Para peneliti di pusat BMSU sedang bekerja pada sebuah program untuk mengembangkan berbagai perawatan untuk COVID-19 dan pembuatan vaksin yang dapat mengimunisasi populasi terhadap penyebaran virus di masa depan.
Republik Islam Iran juga telah berhasil mensintesis obat Favipiravir, yang juga dikenal sebagai Avigan, di dalam negeri.
Pemimpin Rumah Sakit Masih Daneshvari Tehran Ali Akbar Velayati pada hari Minggu, 5 April 2020 mengatakan, para peneliti di Fakultas Farmakologi Universitas Shahid Beheshti untuk pertama kalinya telah mensintesis obat Favipiravir di Iran.
Velayati, yang juga penasihat Pemimpin Besar Revolusi Islam untuk Urusan Internasional itu mengumumkan pencapaian baru itu pada konferensi pers setelah pulih dari virus Corona.
Dia menuturkan, obat Avigan buatan Iran ini telah diberikan ke Rumah Sakit Masih Daneshvari dan digunakan untuk mengobati pasien COVID-19 sesuai dengan etika medis dan atas kebijaksanaan Komite Etika Medis rumah sakit.
Velayati juga mencatat bahwa rumah sakit Masih Daneshvari merawat pasien COVID-19 secara gratis.
Avigan adalah obat anti-flu yang ditemukan oleh Japan’s Fujifilm Holding Corporation. Obat ini disetujui untuk digunakan di Jepang pada tahun 2014. Avigan sedang diuji di Cina sebagai pengobatan untuk COVID-19.
Menurut laporan media lokal, Jepang berharap untuk melipatgandakan produksi obat dari tingkat saat ini, yang cukup untuk mengobati 700.000 orang jika digunakan oleh pasien yang terinfeksi virus Corona. (RA)