Kekalahan Berbagai Skenario Trump Melawan Iran
(last modified Sat, 03 Oct 2020 09:51:58 GMT )
Okt 03, 2020 16:51 Asia/Jakarta
  • Kekalahan sanksi AS terhadap Iran
    Kekalahan sanksi AS terhadap Iran

Presiden AS Donald Trump sedang berpikir untuk memenangkan pemilihan presiden lagi, tetapi dia belum dapat mengadopsi kebijakan yang tepat dalam hubungan internasional.

Kebijakan AS tentang tekanan maksimum pada rakyat Iran termasuk bagian dari kebijakan ini. Dalam kebijakannya melawan Iran, Amerika Serikat merancang tiga skenario.

JCPOA

Skenario Pertama, menghancurkan JCPOA dengan tujuan untuk merampas Iran dari manfaat pengetahuan nuklir damai dan mengisolasi Iran di arena internasional.

Skenario Kedua, melemahkan kekuatan pertahanan dan otoritas rakyat Iran dalam menghadapi ancaman dan tekanan militer. Untuk mencapai tujuan ini, Amerika Serikat meluncurkan proyek untuk mengancam kemampuan misil Iran.

Skenario Ketiga, pengenaan sanksi ekonomi ditujukan untuk memberikan tekanan maksimum pada Iran. Dalam menjalankan skenario ini, Amerika Serikat bahkan menggunakan pembatasan akses pengobatan Iran sebagai alat tekannya. Harapan pemerintah Trump adalah bahwa sanksi tersebut akan menyebabkan ketidakpuasan rakyat yang berujung pada perubahan rezim, atau memaksa rezim Iran untuk menyerah kepada Amerika Serikat.

Sejak awal kemenangan Revolusi Islam di Iran, Amerika Serikat telah melakukan segala yang bisa dilakukan, mulai dari sanksi hingga mendukung rezim Saddam dalam memaksakan perang terhadap Iran, merencanakan kudeta dan mendukung kelompok teroris, serta menggunakan musuh regional untuk menyerang Iran, tetapi tidak berhasil.

Menanggapi desakan AS untuk memperpanjang sanksi, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam cuitannya menulis, "Amerika Serikat dapat menjatuhkan sanksi pada semua wanita, pria dan anak-anak, tetapi warga Iran tidak akan tunduk pada paksaan. Alih-alih memperdalam sumur di mana ia berada, Amerika Serikat harus meninggalkan kebijakannya yang gagal dan kembali ke JCPOA."

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh dalam menganalisa masa depan kebijakan AS dalam sebuah wawancara dengan IRNA, dia menyatakan bahwa efek dan guncangan kepresidenan Trump akan tetap ada di sistem internasional selama bertahun-tahun. Menurutnya, "Hingga satu atau dua tahun pertama kepresidenan Trump, negara-negara masih sungkan menghadapi Washington dan tidak tahu kebijakan apa yang harus dikejar, tetapi mereka sekarang melihatnya sebagai ancaman bagi tatanan dunia yang ada dan dunia Barat."

Setahun yang lalu, Washington Post menggambarkan kebijakan luar negeri Donald Trump sebagai kebangkrutan total. Penentangan 13 negara terhadap Amerika Serikat di Dewan Keamanan selama tiga kali dalam waktu kurang dari sebulan adalah peristiwa langka dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Berbagai penentangan ini memiliki pesan dan makna yang jelas. Bukti ini menunjukkan bahwa Trump tidak hanya gagal menerapkan kebijakannya, tetapi juga mendiskreditkan Amerika Serikat di panggung internasional dengan bersikeras membuat keputusan yang salah. Penilaian realistis atas kebijakan Trump dapat dilihat dari pernyataan yang dibuat oleh juru bicara Kemenlu Iran yang mengatakan, "Terlalu jauh bila Trump akan dapat mengubah dunia melawan Iran mulai sekarang. Amerika Serikat telah kehilangan kendali politik, ekonomi, dan militer atas dunia."

Saeed Khatibzadeh, Juru Bicara Kemenlu Iran

Khatibzadeh juga mencatat hal lain dan mengingatkan bahwa hasil pemilu AS penting bagi banyak negara dan memiliki implikasi regional dan internasional, tetapi Iran adalah salah satu dari sedikit negara independen yang kebijakan domestik dan luar negerinya tidak terpengaruh siapa yang datang dan pergi di edung Putih. Menurut Jubir Kemenlu Iran, "Sejauh menyangkut Iran, hasil pemilu 3 November berkaitan dengan Amerika sendiri, dan kami tidak bermaksud untuk mengikat kebijakan kami dengan urusan dalam negeri AS."

Tags