Menghidupkan JCPOA di Jalan Buntu "Bulan Madu" Eropa dan Pemerintah Biden
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS untuk tidak mengubah tempat penjahat dan korban di Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada hari Kamis (25/03/2021) menanggapi sikap Menteri Luar Negeri AS baru-baru ini terhadap JCPOA di laman Twitter-nya. Zarif menulis, banyak distorsi telah dibuat tentang apa yang perlu dilakukan untuk menghidupkan kembali JCPOA, bahkan telah ada upaya dilakukan untuk menggantikan para korban dan penjahat.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah melakukan pertemuan dengan para menteri luar negeri dari tiga negara Eropa di JCPOA. Dalam pernyataannya baru-baru ini, Blinken menyebut untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, bola sekarang berada di pihak Iran. Menurutnya, Amerika Serikat sepakat dengan Eropa tentang masa depan JCPOA dan bahwa Iran telah memilih untuk tidak berinteraksi.
Baca juga: Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Ingin JCPOA Berlanjut
Sikap ketiga negara Eropa dan Menteri Luar Negeri pemerintah Biden menunjukkan bahwa kedua belah pihak sejalan sepenuhnya dengan pendekatan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump. Padahal, jalan yang diambil Eropa, setidaknya pada saat itu, menjauhkan diri dari pemerintahan Trump, dan dalam kebijakan yang diumumkan, Eropa menekankan Amerika Serikat kembali ke JCPOA tanpa syarat.
Sikap bersama Eropa dan Amerika Serikat terkait JCPOA sekali lagi membuktikan bahwa Eropa tidak memiliki keinginan untuk mengambil keputusan yang independen dari Amerika Serikat, dan bahkan tidak komit dengan apa yang mereka sebut sebagai keberhasilan diplomasi global. Eropa tidak mampu menghidupkan kembali JCPOA di luar dari keinginan Amerika Serikat.
Ketidakmampuan dan kemunafikan pihak Eropa menjadi semakin nyata ketika pihaknya bersedia mengganti tempat korban dan pelaku dengan gaya diplomasi Trump dan Pompeo, sejalan dengan Amerika Serikat dalam kasus JCPOA, meski mengetahui bahwa Iran telah memenuhi kewajiban JCPOA-nya.
Dalam hal ini, Saeed Khatibzadeh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, menulis dalam tweet sarkastik kepada "bulan madu" Eropa dan pemerintah Biden pada Kamis (25/03/2021) malam, bahwa tampaknya diplomasi gaya Pompeo akan tetap dipertahankan, dan kemudian menasihati pihak Eropa agar menjadi sedikit lebih berani.
Sikap Eropa yang berbalik terhadap pemerintahan Biden untuk menghidupkan kembali JCPOA terjadi pada saat pelanggaran hukum AS, pelanggaran perjanjian, dan perlakuan paksa terhadap pihak lain tidak dimulai dengan Donald Trump dan tidak akan berakhir setelah dirinya. Era Trump menjadi pelajaran bagi negara-negara Eropa, karena mengubah literatur diplomatik Amerika Biden tidak berarti berakhirnya paksaan Amerika dan pelanggaran perjanjian.
Dalam keadaan seperti itu, menghidupkan kembali JCPOA secara langsung terkait dengan kebijakan dan perilaku Amerika Serikat dan Eropa. Menyampaikan berbagai isu koersif dan isu-isu baru tidak akan mengubah kondisi yang ada demi keuntungan mereka. Sementara Iran tetap tegar bergerak di jalur kebijakan pastinya terkait JCPOA.
Terlepas dari tekanan maksimum, perang ekonomi, dan arogansi Amerika Serikat, Iran telah menunjukkan kesabaran maksimum untuk menghidupkan kembali JCPOA. Hari ini, sebenarnya bola ada di pihak Eropa dan Amerika Serikat.
Satu-satunya cara untuk menghidupkan kembali JCPOA adalah agar Eropa dan pemerintah Biden menjauhkan diri dari diplomasi gaya Trump dan memenuhi komitmen JCPOA. Memperpanjang JCPOA seperti di era Trump tidak akan membuahkan hasil.