Sep 16, 2022 12:01 Asia/Jakarta

Abdullah bin Zayed Al Nahyan, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), tiba di Tel Aviv pada peringatan ulang tahun kedua penandatanganan perjanjian untuk menormalkan hubungan antara negara ini dan rezim Zionis Israel serta bertemu dengan mitranya dari Zionis Israel.

Pada 15 September 2020, UEA dan Bahrain menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan rezim Zionis di hadapan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat saat itu, di Gedung Putih.

Dua tahun setelah penandatanganan perjanjian ini, Abdullah bin Zayed, Menteri Luar Negeri UEA, yang menandatangani perjanjian ini pada tahun 2020, melakukan perjalanan ke Wilayah Pendudukan.

Perjanjian Abraham

Perjalanan ini akan berlangsung selama beberapa hari dan agenda bin Zayed adalah berpartisipasi dalam upacara ulang tahun kedua penandatanganan perjanjian kompromi yang dikenal sebagai "Perjanjian Abraham" antara UEA dan Zionis Israel.

Menlu UEA juga akan berbicara dengan para pejabat rezim Zionis mengenai isu-isu yang menarik bagi kedua belah pihak dan hubungan bilateral serta perluasan kerja sama.

Pertanyaannya adalah, perubahan apa yang terjadi dalam hubungan antara Abu Dhabi dan Tel Aviv dalam dua tahun terakhir dan apa pengaruh kesepakatan ini terhadap masalah Palestina?

Faktanya, di antara 4 negara UEA, Bahrain, Maroko dan Sudan yang telah menormalkan hubungan dengan Zionis Israel, rezim ini lebih fokus mengembangkan hubungan dengan UEA.

UEA dapat menjadi tujuan investasi yang menarik karena kemampuan ekonominya yang kuat.

Selain itu, penguasa UEA memiliki hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat dan lobi Zionis. Oleh karena itu, kemungkinan pengaruh di negara ini juga lebih besar, terutama melalui proyek budaya dan ekonomi.

Abdullah bin Zayed Al Nahyan, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), tiba di Tel Aviv pada peringatan ulang tahun kedua penandatanganan perjanjian untuk menormalkan hubungan antara negara ini dan rezim Zionis Israel serta bertemu dengan mitranya dari Zionis Israel.

Poin lainnya adalah bahwa di antara 4 negara tersebut, pengaruh UEA di tatanan regional Asia Barat lebih besar daripada tiga negara lainnya.

Karena alasan ini, selama dua tahun terakhir, hubungan Zionis Israel dengan UEA telah berkembang lebih dari tiga negara lain, dan berbagai pejabat Zionis, termasuk presiden dan perdana menteri, mengunjungi Abu Dhabi, dan kedutaan kedua belah pihak dibuka di Abu Dhabi dan Tel Aviv.

Fakta lainnya adalah tampaknya kehadiran Zionis di UEA telah meningkat selama dua tahun terakhir.

Isu lainnya adalah efek dari kesepakatan ini terhadap isu Palestina.

Mohammed bin Zayed, Presiden UEA saat ini, mengklaim pada saat apa yang disebut Perjanjian Abraham bahwa penandatanganan perjanjian normalisasi ini akan membantu perdamaian antara Palestina dan Zionis Israel. Atas dasar ini, ia menyebutnya sebagai perjanjian damai.

Setelah dua tahun perjanjian, bukan hanya perdamaian dan ketenangan tidak berpihak pada Palestina, tetapi tingkat kekerasan dan kejahatan Zionis justru meningkat.

Dalam dua tahun terakhir, perang 12 hari dan perang 3 hari dipaksakan kepada rakyat Palestina, yang mengakibatkan ratusan warga Palestina telah gugur syahid dan terluka akibat perang ini.

Serangan Zionis Israel ke Jalur Gaza

Selain itu, pembangunan permukiman terus dilakukan secara lebih intensif. Penyitaan tanah dan rumah warga Palestina, serta pengepungan Gaza, terus berlanjut.

Kesepakatan Abraham telah memfasilitasi rezim penjajah al-Quds untuk melakukan kekerasan dan kejahatan terhadap orang-orang Palestina. Karena rezim Zionis sampai pada kesimpulan bahwa dukungan negara-negara Arab untuk Palestina telah berkurang.(sl)

Tags