Apr 16, 2023 20:54 Asia/Jakarta
  • Pertemuan Liga Arab
    Pertemuan Liga Arab

Sidang konsultatif negara-negara Arab digelar di Arab Saudi dengan dihadiri perwakilan sembilan negara.

Sementara itu, statemen akhir pertemuan ini menekankan perlunya memimpin proses kembalinya Suriah ke Liga Arab oleh negara-negara Arab sendiri.

Pertemuan konsultasi negara-negara Arab untuk kembalinya Suriah ke Liga Arab diadakan di Jeddah (Jumat malam, 14 April) dengan kehadiran perwakilan dan pejabat sembilan negara, dan dalam pernyataan akhir, negara-negara Yordania, Mesir dan Irak, bersama dengan anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC), menekankan persatuan Suriah, dan menuntutnya kembali ke negara-negara Arab.

Pertemuan konsultasi negara-negara Arab dan anggota P-GCC digelar di Jeddah dengan dihadiri delapan menlu Arab dan penasihat diplomatik presiden Uni Emirat Arab (UEA) dengan tujuan bertukar pandangan mengenai kondisi Suriah dan kembalinya ke Liga Arab.

Pertemuan Faisal Mekdad dan Faisal bin Farhan di Riyadh

Satu hari sebelum sidang Jeddah, Kemenlu Arab Saudi dalam sebuah statemennya menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Faisal bin Farhan dan sejawatnya dari Suriah, Faisal Mekdad membahas "langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai solusi politik yang komprehensif atas krisis Suriah, termasuk mengakhiri semua konsekuensi, mencapai rekonsiliasi nasional, dan untuk membantu Suriah kembali ke kelompok negara-negara Arab dan melanjutkan peran normalnya di Liga Arab".

Riyadh dan Damaskus di akhir kunjungan resmi Faisal Mekdad ke Jeddah untuk memenuhi undangan timpalannya dari Saudi, Faisal bin Farhan, merilis statemen bersama yang selain menyambut dimulainya proses pelayanan konsuler dan penerbangan antara kedua negara, juga menekankan pentingnya memperkuat keamanan dan melawan terorisme dalam semua bentuknya.

Dalam siaran pers bersama yang dirilis pada Rabu malam ini disebutkan: “Arab Saudi, dalam rangka kepentingan dan perhatiannya terhadap segala sesuatu yang melayani persoalan bangsa Arab dan perkembangan kepentingan negara-negara dan bangsanya, telah mengundang Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad untuk mengunjungi Arab Saudi dan Menteri Luar Negeri Suriah mengunjungi negara ini pada tanggal 21 Ramadan atas undangan Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Luar Negeri Arab Saudi.

Pertemuan diadakan antara kedua belah pihak di mana upaya dilakukan untuk mencapai solusi politik untuk menyelesaikan krisis Suriah yang akan menjaga persatuan, keamanan, stabilitas, identitas Arab, dan integritas wilayah Suriah dengan cara yang bermanfaat bagi rakyat negara ini.

Perjalanan Mekdad ke Arab Saudi berlangsung dua hari sebelum pertemuan negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk Persia serta Yordania, Mesir dan Irak di Jeddah untuk membahas isu kembalinya Suriah ke Liga Arab.

Yordania telah mengusulkan pembentukan kelompok Arab gabungan untuk bekerja secara langsung dengan pemerintah Suriah dalam rencana untuk mengakhiri krisis. Peta jalan yang diusulkan mencakup semua masalah utama dan solusi krisis sehingga Suriah dapat bergabung kembali dengan Liga Arab. Mengambil pendekatan langkah demi langkah untuk mengakhiri krisis Suriah dan pada akhirnya memungkinkan negara itu kembali ke Liga Arab adalah dasar dari peta jalan Yordania.

Menurut AFP, Arab Saudi sepenuhnya memimpin upaya ini, tetapi di bawah payung dukungan anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia. Riyadh tidak mengharapkan semua anggota untuk mengadopsi satu posisi dalam hal ini, tetapi Saudi setidaknya berusaha untuk memastikan bahwa negara-negara seperti Qatar tidak menentang kembalinya Suriah ke Liga Arab jika masalah ini diajukan untuk voting.

Bersamaan dengan upaya regional untuk mengembalikan Suriah ke negara-negara Arab, Bashar Assad, presiden negara ini, selama dua bulan terakhir, dalam perjalanan pertamanya ke dua negara Arab sejak awal krisis di negaranya, mengunjungi Oman dan UEA dan bertemu dengan para pemimpin negara tersebut serta membahas perkembangan hubungan.

Proses konvergensi Arab Saudi dengan Suriah dimulai pada tahun 2018 ketika UEA dan Bahrain melanjutkan kembali hubungan mereka dengan Damaskus, dan kemajuan signifikan dicapai dalam hal ini dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad ke Jeddah. Ini adalah kunjungan pertama diplomat terkemuka Suriah ke Arab Saudi sejak kedua negara memutuskan hubungan diplomatik pada 2012. Liga Arab telah menangguhkan keanggotaan pemerintah Suriah di organisasi ini pada 12 November 2011 karena perang di Suriah.

Setelah gempa dahsyat berkekuatan 7,8 skala Richter di barat laut Suriah (dan selatan Turki) yang menyebabkan banyak kerusakan, bantuan dari beberapa negara di dunia dibuka untuk Suriah dan sejumlah delegasi politik dan parlemen melakukan perjalanan ke Damaskus. Dan dengan demikian peluang Suriah kembali ke Liga Arab terbuka. Negara-negara seperti Qatar juga menutup kantor oposisi Suriah di Doha, dan Riyadh menunjukkan lampu hijau untuk menjalin hubungan dengan Damaskus. Turki telah berulang kali mengumumkan dalam beberapa bulan terakhir bahwa pihaknya ingin menjalin hubungan dengan Suriah.

Sekarang, dengan diadakannya pertemuan tersebut, jalan kembalinya Suriah ke Liga Arab lebih mulus dari sebelumnya, dan penentang proses ini, terutama Amerika dan rezim Zionis, telah melawan langkah tersebut.

Sebelumnya AS mengklaim bahwa Maroko, Kuwait, Qatar, Yaman dan Mesir saat ini menentang kembalinya Suriah ke Liga Arab, padahal sebenarnya justru Amerika sendiri yang menentang proses ini.

Direktur CIA, William Burns dalam kunjungan mendadaknya ke Arab Saudi menyatakan ketidakpuasannya atas keputusan pejabat Arab Saudi untuk memulihkan hubungan dengan Iran dan Suriah.

Burns mengatakan kepada Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman (MBS), Amerika syok dengan upaya Riyadh untuk memulihkan hubungan dengan Iran dan Suriah yang masih berada di bawah sanksi Barat.

Meski demikian Koran Wall Journal Street menjelaskan, Riyadh telah mengambil keputusannya, dan pendekatan Arab Saudi berdasarkan bahwa telah tiba saatnya memberi konsesi termasuk konflik regional, sehingga Riyadh dapat memajukan masalah lebih penting seperti rencana pembangunan ekonomi dan visi 2030. (MF)

 

Tags