Sengketa LCS Berlanjut, Ketegangan Filipina dan Cina Meningkat
Ketegangan antara Filipina dan Cina yang terus berlanjut menyebabkan Manila mengambil keputusan untuk mendukung kesepakatan AUKUS, meskipun sebagian negara ASEAN menentangnya.
Filipina mendukung kesepakatan AUKUS yang dipandang Manila bisa menjadi pengimbang kekuatan Cina di kawasan Indo-Pasifik.
Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin baru-baru ini mengatakan, "Faktor jarak kedekatan memunculkan waktu untuk merespons segera. Dengan demikian meningkatkan kapasitas militer teman dekat dan sekutu ASEAN untuk merespons secara tepat waktu dan sepadan terhadap ancaman terhadap kawasan atau tantangan terhadap status quo penting adanya,".
"Ini membutuhkan peningkatan kemampuan Australia, ditambah dengan sekutu militer utamanya, untuk mencapai kalibrasi itu," tegasnya.
Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana hari Selasa (23/11/2021) menuding awak coastguard Cina melakukan intimidasi di Laut Cina Selatan, ketika menanggapi peristiwa personel Angkatan Laut Filipina direkam dan difoto saat menurunkan barang di Laut Cina Selatan pada Selasa (23/11).
Menurut Lorenzana, kejadian bermula saat personel angkatan laut Filipina menggunakan kapal sipil untuk mencapai karang. Saat tiba, sesuatu yang tak terduga terjadi.
Tiga orang di kapal karet yang dikerahkan coastguard Cina tiba-tiba mengambil foto dan video ketika para personel AL Filipina sedang menurunkan kargo dari kapal.
"Saya sudah mengomunikasikan ke duta besar Cina bahwa kami menganggap tindakan itu sebagai bentuk intimidasi dan kekerasan," ujar Lorenzana dilansir CNN.
Kedutaan Cina di Manila tak segera memberi komentar saat dimintai tanggapan terkait hal tersebut.

Insiden baru itu muncul sehari usai Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengecam tindakan kapal Cina yang memblokade dan melepaskan meriam air ke arah kapal-kapal negaranya.
Duterte mengaku jengkel dan menyebut tindakan Beijing ilegal. Cina, menurutnya, tak punya hak penegakan hukum di dalam dan sekitar wilayah Second Time Shores.
"Kami benci kejadian terakhir di Ayungin Shoal dan prihatin atas perkembangan serupa lainnya. Ini tidak mencerminkan hubungan antara bangsa dan kerjasama yang baik," ujar Duterte.
Namun, Cina menyatakan bahwa kapal-kapal Filipina itu memasuki perairan yang diklaim Bejing tanpa izin.
Ketegangan antara Cina dan Filipina semakin meningkat. Beijing mengklaim sebagian besar wilayah di Laut Cina Selatan, termasuk Second Thomas Shoal.
Sementara itu, Filipina merasa telah lebih dulu menduduki wilayah itu sejak 1999 dan menjadikan Second Thomas Shoal bagian dari teritorialnya.
Pada 2016 lalu, Pengadilan Arbitrase Internasional juga sudah menolak klaim dari Beijing. Namun, negara ini tetap kukuh mengklaim wilayah di Laut Cina Selatan.(PH)