UEA dan Turki Hidupkan Kembali Hubungan, Teguran Abu Dhabi ke Riyadh
Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed Al Nahyan menghubungi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membahas penguatan kerja sama bilateral, dan isu-isu regional dan internasional.
UEA tidak sebanding dengan Turki dalam hal pengaruh di kawasan Asia Barat. Turki adalah kekuatan regional yang penting, tetapi UEA berusaha untuk memberikan pengaruh di kawasan Asia Barat.
Dengan mengkaji kebijakan luar negeri UEA, dapat dipahami bahwa negara itu terutama hanya merupakan aktor "pengikut" dan kebijakannya lebih "reaksioner" daripada "tindakan". Ini terbukti dalam hubungan UEA dengan Turki.
Setelah kebangkitan negara-negara Arab pada tahun 2011, hubungan antara Turki dan UEA menjadi tegang. Abu Dhabi dan Ankara telah berbaris di front yang berlawanan dalam krisis regional, termasuk Suriah, Yaman, Libya dan Mesir.
Dalam semua krisis ini, UEA telah bergerak sejalan dengan kebijakan Arab Saudi, dan perannya adalah "pengikut" Riyadh.
Puncak ketegangan dalam hubungan UEA dengan Turki terjadi pada tahun 2017, ketika UEA, mengikuti Arab Saudi, bersama dengan Mesir dan Bahrain, memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan menekan negara tersebut.
Salah satu dari empat tuntutan empat negara dari Qatar adalah untuk memutuskan atau mengurangi hubungan antara Doha dan Ankara, tetapi ketegangan ini menyebabkan perluasan hubungan Qatar-Turki.
Sementara itu, salah satu negara yang menunjukkan sikap sangat keras terhadap kesepakatan UEA dengan rezim Zionis untuk normalisasi hubungan pada September 2020 adalah Turki.
Satu dekade setelah kebangkitan Arab, ada tanda-tanda perbaikan dalam hubungan UEA-Turki sejak awal 2021. Anwar Gargash, mantan Menteri Luar Negeri UEA pada Januari lalu mengatakan bahwa dia berharap hubungan antara Ankara dan Abu Dhabi akan membaik, dan bahwa negaranya ingin menormalkan hubungan dengan Turki.
UEA tidak sebanding dengan Turki dalam hal pengaruh di kawasan Asia Barat. Turki adalah kekuatan regional yang penting, tetapi UEA berusaha untuk memberikan pengaruh di kawasan Asia Barat.
Dalam wawancara lain, Gargash membela hubungan antara negaranya dan Turki, dengan mengatakan, UEA adalah mitra dagang pertama Turki. Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed telah menghubungi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan menyerukan hubungan yang lebih erat antara kedua negara.
Ada banyak alasan keinginan UEA untuk memperluas hubungan dengan Turki, tetapi poin utamanya adalah bahwa pendekatan UEA tampaknya merupakan "reaksi" terhadap kebijakan Saudi atas Qatar.
UEA sebagian besar telah selaras dengan kebijakan regional Riyadh selama dekade terakhir, tetapi selalu berusaha untuk menantang dan mengadopsi kebijakan independen ketika diabaikan oleh Arab Saudi.
Ini terbukti dalam perkembangan di Yaman Selatan, yang berujung pada Abu Dhabi dan Riyadh terlibat dalam konflik kepentingan.
Isu Qatar juga menjadi salah satu isu yang membuat UEA sampai pada kesimpulan bahwa mereka telah diabaikan oleh Arab Saudi. Sementara UEA memutuskan hubungan dengan Qatar pada 2017 bersama Arab Saudi, Riyadh bergerak untuk menghidupkan kembali hubungan dengan Doha pada Januari 2021 tanpa persetujuan Abu Dhabi.
Dalam hal ini, UEA, yang menyadari ketegangan dalam hubungan Saudi-Turki, segera mengambil langkah untuk menghidupkan kembali dan memperluas hubungan dengan Ankara. Oleh karena itu, tampaknya UEA berusaha mengubah arah kebijakan Riyadh dengan menghidupkan kembali hubungan dengan Turki.