Demonstrasi Rakyat Bahrain Menyebabkan Ketakutan Rezim Al Khalifa
Pada hari Jumat (01/10/2021), sebagian besar kota Bahrain menyaksikan demonstrasi massa memprotes kunjungan Menteri Luar Negeri Zionis Israel Yair Lapid ke negara mereka.
Menteri Luar Negeri Rezim Zionis Yair Lapid tiba di ibu kota Bahrain, Manama, pada hari Kamis (30/09/2021) sebagai bagian dari proyek untuk menormalkan hubungan dengan beberapa rezim reaksioner Arab.
Menanggapi tindakan provokatif oleh rezim Zionis dan rezim Al Khalifa ini, rakyat negara ini sekali lagi turun ke jalan. Mereka menekankan bahwa rakyat negara ini tidak akan menerima normalisasi hubungan antara negara mereka dan rezim Zionis. Bagi mereka, tindakan Al Khalifa adalah aib bagi Bahrain
Demonstrasi rakyat Bahrain memprotes tamu tak diundang, yang sekali lagi menghadapi penindasan oleh rezim Al Khalifa dan di bawah bayang-bayang kebungkaman masyarakat internasional yang memalukan, menunjukkan bahwa ada keretakan antara rezim yang berkuasa dan rakyat.
Kenyataan ini mencerminkan fakta bahwa rezim ini tidak datang dari rakyat dan prioritas mereka berbeda tentang peristiwa yang terjadi di dunia, dan bahkan bertentangan satu sama lain. Karena perjalanan Lapid ke Manama sendiri menunjukkan perbedaan antara pemerintah dan rakyat Bahrain.
Hal ini menyebabkan kepanikan di kalangan rezim Al Khalifa, dan akibatnya menganggap dirinya tidak sah, sebuah legitimasi yang pada intinya harus berasal dari rakyat dan disetujui oleh mereka.
Oleh karena itu, rezim Bahrain mencari legitimasi di luar perbatasan negara, dan dalam hal ini, rezim Zionis dianggap sebagai pemberi legitimasi. Mereka tidak menyadari bahwa rezim ini sendiri tidak memiliki legitimasi dan mengejar faktor legitimasi untuk dirinya sendiri.
Salah satu yang menjadi perhatian bahkan penyebab ketakutan rezim Al-Khalifa adalah isu pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap rakyatnya di dalam negeri. Dalam hal ini, televisi Aljazeera baru-baru ini mengungkapkan dalam sebuah laporan bahwa antara 2011 dan 2021, rezim Al Khalifa menyiksa sekitar 607 anak di penjara dengan berbagai cara.
Pada hari Jumat (01/10/2021), sebagian besar kota Bahrain menyaksikan demonstrasi massa memprotes kunjungan Menteri Luar Negeri Zionis Israel Yair Lapid ke negara mereka.
Menurut laporan tersebut, anak-anak ini diinterogasi tanpa kehadiran keluarga atau pengacara mereka, dan 150 dari anak-anak ini masih ditahan di penjara Al Khalifa.
Oleh karena itu, baik ditingkat dalam maupun luar negeri, rezim Al Khalifa sangat mengkhawatirkan kemungkinan aktivitas dan kegiatan organisasi internasional yang independen.
Dengan alasan ini pula, mereka menghadap dan berharap dari rezim Zionis. Rezim Al Khalifa tidak menyadari bahwa rezim ini bukan hanya tidak dapat mencegah kejatuhannya, melainkan justru akan mempercepat proses kejatuhannya.
Hal ini dikarenakan demonstrasi rakyat telah dimulai di negara itu sejak Kamis (29/9), yang telah menambah kepanikan para pejabat Al Khalifa.
Di sisi lain, kelompok-kelompok Palestina mengutuk tindakan rezim Bahrain, dan menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.
Faksi-faksi Palestina di Jalur Gaza mengeluarkan pernyataan bersama yang menggambarkan kunjungan Yair Lapid ke Bahrain dan pembukaan kedutaan besar Zionis di negara itu sebagai pengkhianatan terhadap Islam, etnis Arab serta rakyat Palestina dan Bahrain.
Oleh karena itu, diperkirakan bahwa dalam beberapa hari dan bulan mendatang, tekanan pada rezim Al Khalifa akan meningkat di tiga tingkat domestik, regional dan internasional, dan tidak ada yang lain selain kejatuhan dari masalah normalisasi hubungan dengan rezim Zionis yang hanya menguntungkan rezim penjajah ini.(SL)