Tekad Qatar Perluas Hubungan dengan Iran
(last modified Tue, 22 Feb 2022 04:23:47 GMT )
Feb 22, 2022 11:23 Asia/Jakarta

Selama kunjungan Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi ke Qatar berhasil ditandatangani 14 dokumen penting kerja sama antara Iran dan Qatar.

Sayid Ebrahim Raisi, Senin (21/2/2022) atas undangan resmi Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, berkunjung ke negara ini dan selain memperluas hubungan bilateral, juga akan menghadiri KTT ke-6 negara-negara pengekspor gas dunia yang digelar di Doha. Ini kunjungan pertama Presiden Raisi ke negara-negara Arab kawasan Teluk Persia setelah menjabat presiden Iran.

Sementara itu, Sheikh Tamim sangat mementingkan kunjungan presiden Iran ini dan ia sendiri menyambut kedatangan Presiden Raisi di bandara Doha. Secara umum, pemerintah Qatar menilai penting perluasan hubungan dengan Republik Islam Iran dan hubungan Doha-Tehran jarang bergejolak dan selalu mengikuti jalur yang rasional dan damai. Pertanyaan penting di sini adalah mengapa pemerintah Qatar menekankan perluasan hubungan dengan Republik Islam Iran ?

Kunjungan Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi ke Qatar

Terkait hal ini ada sejumlah alasan penting:

Pertama: Qatar tidak memiliki persepsi yang sama dengan Arab Saudi, Bahrain dan bahkan Uni Emirat Arab (UEA) terkait Republik Islam Iran. Pejabat Qatar meyakini bahwa Iran adalah pemain yang rasional dan cerdas di kawasan yang juga menyambut perdamaian di kawasan. Dua pernyataan mantan Perdana Menteri Qatar Hamad bin Jassim al-Thani mengkonfirmasi pandangan ini. Sheikh Hamad bin Jassim Al Thani pada 9 Februari 2022 di akun Twitternya menulis, "Saya sangat menghormati Iran; Mereka sangat cerdas menyikapi isu-isu global."

Kedua, Qatar negara Arab dan anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC), tapi tidak ada kepercayaan yang cukup antara negara ini dan Arab Saudi. Qatar hanya memiliki perbatasan darat bersama dengan Arab Saudi, dan Riyadh memanfaatkan perbatasan ini pada tahun 2017 untuk menekan Doha. Selain itu, Arab Saudi memandang rendah Qatar yang berulang kali diprotes oleh pejabat Qatar dan mereka menuntut Riyadh menghormati kedaulatan dan kemerdekaan Doha.

Perluasan hubungan Qatar dengan Republik Islam Iran dari satu sisi sama halnya penekanan Doha atas independensi di kebijakan politik luar negeri, karena Arab Saudi menolak perluasan hubungan negara-negara Arab dengan Iran, dan dari sisi lain, sama halnya dengan jaminan dukungan Iran terhadap Qatar di saat-saat darurat seperti yang dilakukan Iran sejak tahun 2017 dan selanjutnya. Ketika Arab Saudi bersama Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA), memblokade total Qatar, justru Republik Islam Iran yang membantu Doha dan mengeluarkan ijin penggunaan zona udaranya bagi pesawat Qatar. Oleh karena itu, perluasan hubungan Qatar dengan Republik Islam Iran juga menjadi faktor keamanan bagi negara ini.

Ketiga, Qatar berusaha ingin menjadi pemain berpengaruh dan aktif di kawasan Asia Barat. Untuk mencapai kondisi ini, Doha bergantung pada perkembangan domestik yang nyata, seperti aktif di kancah dunia termasuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022, branding seperti Qatar Airways, menengahi krisis regional seperti campur tangan dalam proses politik Afghanistan, dan memperluas hubungan dengan kekuatan regional dan global.

Dalam hal ini, Qatar seraya mempertahankan kemitraan strategis dengan Amerika Serikat, juga menyambut perluasan hubungan dengan kekuatan seperti Republik Islam Iran dan Turki, juga berminat memulihkan hubungan dengan anggota P-GCC termasuk Arab Saudi. (MF)