Transformasi Asia Barat, 31 Desember 2022
Dinamika di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting di antaranya; 2022; Tahun Muqawama.
Selain itu, masih ada isu lain seperti; Peringatkan Saudi, Yaman: Perang Lagi, Anggaran Militer Riyadh Habis, Naim Qassem: Pilpres Lebanon Tak Terkait Hubungan Iran-Saudi, Suriah: Tak Lama Lagi Pasukan AS akan Diusir dari Negara Ini, Arab Saudi Eksekusi sejumlah Tentaranya, Brigade Al Quds Serang Pasukan Rezim Zionis di Jenin, Menteri Perang Rezim Zionis Perintahkan Pasukan Siaga Tempur.
2022; Tahun Muqawama
Ahmad al-Mudallal, salah satu pemimpin Gerakan Jihad Islam Palestina mengatakan, 2022 tak diragukan lagi adalah tahun muqawama Palestina.
Terkait statemen Ahmad al-Mudallal dan mengapa 2022 disebut sebagai tahun muqawama, ada sejumlah alasan.
Pertama, di tahun 2022, terbentuk berbagai faksi muqawama baru yang menekankan perjuangan melawan rezim Zionis Israel. Berdasarkan sejumlah laporan, di tahun tersebut, muncul 7 kelompok muqawama baru dan Arin al-Aswad salah satu kolompok paling terkenal di antara kelompok muqawama baru ini. Pembentukan kelompok muqawama ini sama halnya bahwa muqawama dan resistensi di antara faksi Palestina tidak hanya sebatas pada kelompok lama seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina, dan terbentuk kelompok baru dengan generasi baru Palestina yang memiliki tekad serius dalam berjuang melawan rezim Zionis.
Alasan kedua adalah wilayah geografis kelompok perlawanan telah meninggalkan Jalur Gaza dan Tepi Barat telah dipersenjatai. Mempersenjatai Tepi Barat merupakan perkembangan penting dalam konflik antara Palestina dan Israel, dan itu mewakili penerimaan perlawanan sebagai cara terpenting untuk menghadapi rezim Zionis oleh kelompok-kelompok yang berbasis di Tepi Barat, termasuk gerakan Fatah. Oleh karena itu, ancaman perlawanan terhadap rezim Zionis semakin meningkat dan tidak lagi terbatas di Jalur Gaza.
Alasan ketiga adalah bahwa wilayah geografis operasi kelompok perlawanan telah menembus wilayah di bawah kendali rezim pendudukan, terutama Tel Aviv, ibu kota rezim ilegal ini. Isu ini telah meningkatkan teror di kalangan Zionis dan bahkan menimbulkan kekhawatiran di antara otoritas dan media Zionis. Pada saat yang sama, masalah ini membuktikan bahwa rezim pendudukan Zionis menghadapi kelemahan dan kerentanan keamanan dan intelijen.
Alasan keempat adalah pada tahun 2022, lebih banyak persatuan terlihat di antara kelompok-kelompok Palestina. Persatuan ini terlihat selama perang rezim Zionis melawan Jihad Islam Palestina, dan gerakan Hamas membantu Jihad Islam. Dengan perang ini, rezim Zionis berusaha menciptakan perpecahan antara Hamas dan Jihad Islam Palestina, namun tidak berhasil.
Sekaitan dengan ini, Khaled Al-Qaddumi, wakil Hamas di Iran, menilai prestasi pertama di perang Gaza adalah memperkuat medan tempur dan pengambilan keputusan bersama antara faksi muqawama, dan mengatakan setiap langkah rezim Zionis akan menuai respon keras dari faksi muqawama.
Mengingat alasan di atas, dapat dikatakan bahwa muqawama Palestina di tahun 2022 di banding dengan tahun-tahun sebelumnya kian kuat dan dengan bersandar pada kekuatannya sendiri, mereka berhasil memberi pukulan keras kepada rezim Zionis.
Tapi poin yang patut disebutkan adalah pengokohan resistensi di antara faksi muqawama juga harus dibayar mahal oleh kelompok ini. Rezim Zionis yang lemah dalam menghadapi opsi perjuangan dan resistensi faksi muqawama, memilih untuk meningkatkan kejahatannya. Kejahatan ini menewaskan dan melukai banyak warga Palestina termasuk anak-anak.
Peringatkan Saudi, Yaman: Perang Lagi, Anggaran Militer Riyadh Habis
Anggota Dewan Tinggi Politik Yaman memperingatkan Arab Saudi jika perang dimulai kembali, maka Riyadh akan menanggung biaya yang besar, dan terpaksa menghabiskan seluruh anggaran militernya.
Mohammed Ali Al Houthi, Minggu (25/12/2022) kepada delegasi Oman yang sedang melakukan mediasi antara Saudi dan Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman di Sanaa mengatakan, "Jika Saudi memiliki kelebihan anggaran maka kurangilah pajak rakyat, dan angkatlah beban dari pundak mereka."
Ia menambahkan, "Apabila perang dimulai kembali, maka anggaran militer Saudi akan habis, dan Riyadh akan menghadapi defisit anggaran sebagaimana terjadi beberapa tahun sebelumnya, karena orang-orang Yaman adalah petempur, dan punya kemampuan melawan serta meraih kemenangan."
Menurut Anggota Dewan Tinggi Politik Yaman itu, apa yang menghambat perdamaian di Yaman adalah karena negara-negara agresor tidak punya kemampuan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri atau untuk visi nasionalnya.
"Negara-negara agresor ini mengetahui dengan baik bahwa mereka sudah menjatuhkan diri ke pelukan Amerika Serikat dan Rezim Zionis, maka dari itu dialog dengan pihak-pihak yang tak punya kemampuan mengambil keputusan, tidak ada gunanya," pungkas Al Houthi.
Naim Qassem: Pilpres Lebanon Tak Terkait Hubungan Iran-Saudi
Wakil Sekjen Hizbullah menegaskan siapa pun yang berpikir hubungan Arab Saudi dan Iran akan menyebabkan terpilihnnya presiden di Lebanon, sedang berkhayal.
Syeikh Naim Qassem, Senin (26/12/2022) mengatakan, "Hizbullah sejak empat tahun lalu meraih sejumlah banyak kemajuan, dan berhasil mengokohkan pemikiran asli Islam dan perlawanan."
Ia menambahkan, "Beberapa pihak berusaha menurunkan popularitas Hizbullah dalam pemilu terbaru, tapi hasilnya mengejutkan, karena wakil Hizbullah malah bertambah dua, dan suara yang diraih lebih banyak dari pemilu tahun 2018."
Menurut Syeikh Naim Qassem, kecil kemungkinannya tanpa Presiden, ekonomi Lebanon bisa diselamatkan. Upaya untuk memilih Presiden Lebanon harus dipercepat, dan dialog internal harus menjadi prioritas.
"Siapa pun yang berpikir hubungan Saudi dan Iran akan menyebabkan Presiden di Lebanon terpilih, sedang berkhayal. Pertemuan Saudi dan Iran masih berada di fase awal, dan tujuan aslinya membangun hubungan dua negara. Tidak ada pembicaraan apa pun terkait Lebanon, Yaman atau Suriah dalam pertemuan itu," pungkasnya.
Parlemen Oman Perluas Sanksi Anti-Tel Aviv, Rezim Zionis Geram
Keputusan parlemen Oman memperluas sanksi terhadap rezim Zionis Israel memicu gelombang kemarahan dan ketidakpuasan di tingkat elit rezim ilegal ini.
Menurut laporan Kantor Berita Palestina SAMA, laman Koran The Times of Israel di laporannya menulis, keputusan parlemen Oman untuk memperluas undang-undang sanksi terhadap Israel disahkan ketika sejumlah prediksi di berbagai koran berbahasa Ibrani terkait potensi dihapusnya sejumlah pembatasan yang diterapkan oleh Muscat mencuat.
Media Ibrani mengumumkan, kontroversi mengenai embargo mungkin terkait dengan upaya Tel Aviv untuk mendapatkan persetujuan Oman untuk mengizinkan pesawat Israel terbang di atas langit negara itu mengemuka terutama setelah rezim Zionis bisa mendapatkan persetujuan Arab Saudi untuk mengizinkan pesawat penumpangnya terbang di atas zona udara negara ini.
"Penolakan Oman untuk mengizinkan pesawat komersial Israel melintasi zona udaranya membuat pesawat rezim ini harus menempuh rute lebih panjang untuk menuju Asia, meski Arab Saudi telah memberi izin pesawat Tel Aviv melintasi zona udaranya," tulis The Times of Israel.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang ditunjuk untuk membentuk kabinet rezim Zionis, pada tahun 2018 melakukan perjalanan ke Muscat dan bertemu dengan mendiang Sultan Oman Qaboos bin Said, dan media Israel mengklaim pada saat itu bahwa ini berarti persetujuan Sultan Qaboos untuk membuka wilayah udara Oman untuk pesawat penumpang Israel, tapi penggantinya, Sultan Haitham bin Tarik menarik diri dari keputusan ini.
Parlemen Oman Senin menyetujui proposal untuk mengubah Pasal 1 Keputusan Kerajaan No. 9/72 tentang sanksi terhadap Israel.
Berdasarkan amandemen yang telah disepakati, dekrit ini termasuk menghindari kerja sama olah raga, budaya, dan ekonomi apa pun dengan Zionis mulai Senin dan seterusnya.
Suriah: Tak Lama Lagi Pasukan AS akan Diusir dari Negara Ini
Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan, perlawanan rakyat negara ini telah memukul pasukan penjajah, dan rakyat selalu menentang kehadiran pasukan penjajah di Suriah.
"Pengusiran pasukan penjajah asing dari wilayah Suriah, bukan sesuatu yang tidak dapat dicapai," kata Kemenlu Suriah, Selasa (27/12/2022) malam.
Menurut Kemenlu Suriah, seiring dengan semakin dekatnya akhir tahun 2022, rakyat Suriah di timur laut negara ini mengukir prestasi besar dalam perjuangan mereka melawan pasukan penjajah Amerika Serikat, pasukan bayaran dan bonekanya.
"Serangan-serangan perlawanan rakyat terhadap pasukan penjajah adalah jaminan pembebasan wilayah Suriah, dan direbutnya kembali hak negara ini serta tanda bahwa kemenangan semakin dekat," imbuhnya.
Salah satu sumber keamanan terpercaya di Provinsi Al Anbar mengungkapkan bahwa peralatan militer pasukan AS sudah dipindahkan dari pangkalan Al Harir di Erbil, ke pangkalan Al Walid di perbatasan Suriah.
Pemindahan peralatan militer pasukan Amerika Serikat dari pangkalan Al Harir di Erbil, ke pangkalan Al Walid di perbatasan Suriah, dilakukan sebagai upaya antisipasi atas kemungkinan serangan terhadap mereka.
Arab Saudi Eksekusi sejumlah Tentaranya
Arab Saudi berencana mengeksekusi sejumlah tentaranya karena masalah ideologi-politik.
Seperti dilaporkan IRNA, laman HAM Sanad Rabu (28/12/2022) menulis, berdasarkan informasi yang kami terima, pemerintah Arab Saudi berencana mengeksekusi sejumlah tentara yang dipenjara karena masalah keyakinan dan menolak migran paksa (pengasingan).
Menurut laman HAM yang berafiliasi dengan kubu oposisi pemerintah Saudi ini, pejabat Arab Saudi dua bulan lalu memindahkan tahanan ini dari berbagai penjara Saudi ke penjara mengerikan al-Hair di dekat Riyadh untuk dieksekusi.
Di antara tahanan militer yang ditangkap karena mengungkapkan keyakinan dan diideologinya serta menolak menjalankan perintah dan pengasingan adalah Eid Hamoud al-Huwaiti dan Sulaiman Mohammad al-Huwaiti, di mana sejak mereka dipindahkan ke penjara al-Hair, keluarganya tidak lagi dapat menghubungi mereka.
Laman organisasi HAM Sanad seraya mengisyaratkan bahwa upaya untuk mengidentifikasi nama seluruh tentara yang akan menjalani eksekusi mati terus dilanjutkan, meminta para aktivis HAM berusaha menghentikan hukuman mati ini dan membongkar pelanggaran pemerintah Arab Saudi untuk seluruh negara dunia.
Sebelumnya sejumlah media termasuk Koran Telegraph di awal pekan ini memperingatkan bahwa Arab Saudi berencana memanfaatkan liburan tahun baru untuk menjalankan hukuman mati secara massal.
Organisasi HAM Zawina merilis laporan kondisi terbaru HAM dan aktivis politik di Arab Saudi di bulan Oktober, khususnya isu-isu yang berkaitan dengan tahanan agama-politik, termasuk aktivis, elit politik, pengacara, mahasiswa serta seluruh laporan masyarakat, serta mengkonfirmasi hukuman berat penjara dan eksekusi mati bagi mereka.
Brigade Al Quds Serang Pasukan Rezim Zionis di Jenin
Brigade Al Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina, mengabarkan serangan terhadap pasukan Rezim Zionis saat mereka menyerbu desa Jaba di Jenin, Tepi Barat.
Dikutip Palestine Today, Rabu (28/12/2022) Kelompok Jaba, yang merupakan bagian dari Brigade Al Quds mengumumkan, pejuang kelompok ini Rabu pagi berhasil menyerang pasukan Rezim Zionis saat mereka menyerbu desa Jaba.
"Berkat bantuan Ilahi, para pejuang kami Rabu pagi berhasil menghujani pasukan Rezim Zionis saat menyerbu desa Jaba, dengan peluru," ujarnya.
Setiap hari para pejuang Palestina melawan serbuan pasukan Rezim Zionis ke kota dan desa-desa Palestina di Tepi Barat.
Dalam 24 jam terakhir, 21 kali operasi perlawanan dilakukan di Tepi Barat, termasuk enam operasi penembakan, peledakan bom tangan dan bom Molotov, empat operasi perlawanan terhadap pemukim Zionis, dua operasi pembakaran kendaraan pemukim Zionis, dan bentrokan di tujuh titik.
Menteri Perang Rezim Zionis Perintahkan Pasukan Siaga Tempur
Menteri Perang Rezim Zionis menanggapi pembentukan kabinet baru rezim itu, dan memperingatkan kemungkinan meningkatnya eskalasi ketegangan seusai pembentukan kabinet baru.
Benny Gantz, Rabu (28/12/2022) mengatakan, "Menurut saya jika pemerintah Benjamin Netanyahu, bersikap tidak bertanggung jawab mungkin saja bentrokan keamanan akan meningkat."
Ia menambahkan, "Saya bahkan sudah memerintahkan instansi-instansi keamanan atau siapa pun yang melakukan kontak dengan saya, untuk bersiap menghadapi peningkatan eskalasi bentrokan akibat perkembangan terbaru."
Menurut Benny Gantz, tidak diragukan lagi bahwa kabinet baru Rezim Zionis, di bawah PM Benjamin Netanyahu, adalah kabinet yang sangat ekstrem.
"Dikarenakan kecenderungan pada rasisme dan ekstremisme agama, saya memutuskan untuk tidak bergabung dengan kabinet Benjamin Netanyahu," imbuhnya.
Rencananya kabinet baru Rezim Zionis di bawah Benjamin Netanyahu akan diambil sumpah pada hari Kamis besok, di tengah penentangan sekitar 50 persen pemukim Zionis.