Alasan Yaman Terlibat Perang Gaza
Ketika negara-negara penting Arab memilih pasif menyakiskan kejahatan Israel terhadap Jalur Gaza dan tragedi kemanusiaan di daerah ini, pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman di Sanaa secara resmi mengonfirmasi keterlibatannya di perang melawan Zionis.
Yaman pada 20 Oktober 2023 melancarkan serangan udara pertamanya ke Israel, mengirim drone dan menembakkan sejumlah rudal melintasi Laut Merah. Serangan ini dipatahkan oleh angkatan laut Amerika Serikat. Juru bicara militer Yaman, Yahya Saree pada 31 Oktober 2023 secara resmi mengonfirmasi serangan terhadap target di bumi Palestina pendudukan. Saree mengatakan bahwa serangan pada 31 Oktober merupakan serangan ketiga ke Israel.
Alasan utama masuknya Yaman ke perang Gaza adalah berlanjutnya kejahatan Israel terhadap warga tertindas Jalur Gaza. Dukungan Amerika terhadap Israel juga merupakan alasan lain. Pemimpin Ansarullah Yaman, Abdul Malik al-Houthi setelah dukungan AS terhadap Israel menyatakan bahwa kami berkoordinasi dengan poros muqawama, dan jika AS secara langsung terlibat dalam intervensi militer, bahkan kami siap berpartisipasi dalam perang dengan menembakkan rudal dan drone. Yahya Saree juga menekankan kita harus bertawakkal kepada Tuhan menghadapi serangan sadis Amerika dan Israel ke Jalur Gaza, serta kita akan menjalankan kewajiban kami untuk membantu bangsa tertindas Palestina.
Keterlibatan resmi Yaman di perang Gaza memiliki beragam makna dan pesan. Pesan pertama adalah masuknya secara langsung Ansarullah dalam perang melawan Israel berarti terbukanya front ketiga (setelah Hizbullah Lebanon). Front ketiga dapat mengalihkan sebagian kekuatan pertahanan dan operasional Israel ke wilayahnya sendiri dan melemahkan operasi terhadap front pertama dan kedua. Oleh karena itu, masuknya Yaman ke dalam perang berarti integrasi dan persatuan di front perlawanan.
Pesan lain adalah peringatan kepada Israel dan bahkan Amerika untuk melanjutkan dan memperluas perang. Meskipun Hizbullah sejauh ini telah menggunakan sebagian kecil kekuatannya, atau Yaman hanya melakukan serangan terbatas, namun jika rezim Zionis terus melanjutkan kejahatannya, kelompok perlawanan dapat dan siap menggunakan seluruh kapasitasnya untuk menghadapi rezim pendudukan Al-Quds.
Pesan lainnya adalah Yaman selama sembilan tahun terakhir terlibat perang, dan tidak takut terlibat perang lain. Mereka juga memiliki motivasi perang yang cukup, karena Israel menduduki wilayah selatan Yaman.
Tidak ada rasa takut perang, sebuah isu penting dalam menganalisa perilaku Yaman. Dalam konteks ini, Fabian Heinz, peneliti di Institute of International Studies, mengatakan bahwa bagi aktor regional yang ingin menargetkan Israel, Yaman adalah “landasan peluncuran yang sempurna”. Secara politis dan strategis, Yaman sangat cocok untuk "Poros Perlawanan" karena tidak ada risiko perang yang membawa bencana seperti Lebanon. Merujuk pada kemungkinan serangan udara balasan oleh Israel atau AS, ia mengatakan bahwa tindakan seperti itu mungkin tidak akan membuat Yaman berubah pikiran, karena betapapun buruknya hal itu, mereka sudah terbiasa. (MF)