Warisan Sayid Hasan Nasrullah; Bendera Muqawama terus Berkibar
-
Syahid Sayid Hasan Nasrullah
Pars Today – Satu tahun setelah gugurnya Sayid Hasan Nasrullah, atmosfer politk dan sosial kawasan kembali dipengaruhi oleh ingatannya, dan kesyahidannya dengan cepat menjadi titik bagi kohesi yang lebih besar di antara gerakan anti-pendudukan dan pembaruan komitmen terhadap cita-cita muqawama.
Sayid Hasan Nasrullah, sekjen Hizbulllah Lebanon gugur syahid pada Jumat (27/9/2024) dalam serangan keji rezim Zionis ke Dahieh selatan Beirut. Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, Syahid Sayid Hasan Nasrullah sejak awal dekade 90-an memimpin Hizbullah, dan lebih dari tiga dekade merupakan tokoh berpengaruh dalam transformasi Lebanon dan kawasan. Ia mampu mengubah Hizbullah dari sebuah kelompok muqawama lokal menjadi pemain penting dalam konstelasi Asia Barat. Kepribadiannya yang karismatik, kejelasan dalam mengutarakan pendiriannya, dan kemampuannya mengelola krisis yang rumit merupakan beberapa karakteristik terpentingnya.
Posisi strategisnya menyebabkan pembunuhannya dalam serangan terarah dan belum pernah terjadi sebelumnya pada September tahun lalu, yang menarik perhatian publik dunia. Kesyahidan Nasrullah bukanlah akhir dari perjalanannya. Tak lama setelah berita kesyahidannya diumumkan, gelombang kemarahan dan kesedihan melanda Lebanon dan dunia Islam. Rakyat Lebanon menghormati kenangannya dalam berbagai upacara, dan gambar-gambarnya kembali berkibar di jalan-jalan Beirut dan kota-kota di selatan.
Upacara peringatan juga diadakan di Iran dan banyak negara di kawasan, dan para pembicara menekankan kelanjutan jalan perlawanan. Pemakamannya beberapa bulan kemudian menjadi ajang solidaritas nasional dan regional yang megah, dan kehadiran banyak orang serta tokoh politik dan agama menunjukkan bahwa popularitas Nasrullah melampaui batas-batas Lebanon.
Sementara itu, media massa mencoba menafsirkan ulang berbagai aspek kehidupan dan kepribadian Syahid Nasrullah. Banyak analis menekankan keberaniannya yang tak tertandingi dalam menghadapi musuh Zionis. Dari perspektif para ahli, Syahid Nasrullah bukan hanya seorang pemimpin politik, tetapi juga simbol harapan dan perlawanan terhadap agresi dan penghinaan bangsa-bangsa. Reaksi terhadap pembunuhannya tidak terbatas di Lebanon. Gerakan-gerakan perlawanan di Palestina, Irak, Yaman, dan negara-negara lain menyampaikan belasungkawa, dan para pemimpin mereka menekankan bahwa darah Nasrullah merupakan motivasi ganda untuk melanjutkan perjuangan. Di Iran, para pejabat tinggi, selain menghormati kenangannya, juga menganggap pembunuhan itu sebagai tanda keputusasaan musuh. Banyak pakar militer percaya bahwa tindakan ini bukanlah tanda kekuatan, melainkan ekspresi kekhawatiran Israel terhadap poros perlawanan yang semakin kuat dan mengubah keseimbangan pencegahan.
Dari sisi sosial, kesyahidan Nasrullah sebuah peluang untuk membaca kembali wacana muqawama. Generasi muda yang mungkin tidak memiliki pengalaman langsung perang-perang di masa lalu, kini mengenal cita-citanya dan kondisi budaya dan media Lebanon dan kawasan kembali bergerak ke arah menghidupkan literatur muqawama. Penerbitan buku-buku dan jurnal terkait kehidupan dan ideologi Nasrullah, penyelenggaraan diskusi analistis dan pemutaran berbagai film dokumenter adalah bagian dari upaya untuk mengenalkan lebih dalam syahid ini kepada masyarakat.
Di tingkat politik dalam negeri Lebanon, kesyahidan Nasrullah telah mencatat keseimbangan baru. Berbagai partai dan kelompok, meski memiliki perbedaan pandangan, mengakui peran utama Hizbullah di keamanan negara. Bahkan sejumlah kritikus tradisional Hizbullah juga menyatakanbahwa serangan terhadap pempimpin kelompok muqawama ini sebuah langkah melawan Lebanon. Hal ini mendorong kembali pembahasan pentingnya persatuan nasional dan rekonstruksi Lebanon Selatan menjadi agenda utama pemerintah.
Poin penting lainnya adalah reaksi opini publik global terhadap pembunuhan ini. Banyak media Barat independen juga menganggap tindakan ini sebagai pelanggaran hukum internasional yang nyata dan memperingatkan konsekuensinya bagi stabilitas regional. Para pakar hubungan internasional meyakini bahwa pemusnahan fisik para pemimpin perlawanan tidak dapat menghilangkan akar ketidakpuasan dan pendudukan, dan bahkan dapat menyebabkan radikalisasi yang lebih besar di atmosfer regional.
Pembunuhan Nasrullah tidak diragukan lagi merupakan salah satu peristiwa politik dan keamanan terpenting dalam beberapa tahun terakhir, tetapi alih-alih memadamkan api perlawanan, pembunuhan itu justru memberinya kehidupan baru. Kini, pada peringatan pertama insiden teroris ini, satu suara dapat terdengar dari Beirut hingga Baghdad dan Tehran, yaitu, "perlawanan berlanjut." Pesan ini tidak hanya mengingatkan kita akan kepribadian karismatik Nasrullah, tetapi juga menunjukkan bahwa jalannya akan diwariskan kepada generasi mendatang dan akan tetap menjadi inspirasi bagi perjuangan kebebasan dan keadilan. (MF)