Penulis Arab: Israel Gagal Karena Menerima Pertukaran Tawanan
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i178242-penulis_arab_israel_gagal_karena_menerima_pertukaran_tawanan
Pars Today - Seorang penulis dan analis politik Arab menekankan bahwa rezim Zionis menderita kekalahan telak dengan menerima perjanjian pertukaran tawanan, dan perjanjian ini membuktikan bahwa para tawanan dibebaskan hanya atas kemauan rakyat, bukan melalui kekuatan militer.
(last modified 2025-10-14T03:25:08+00:00 )
Okt 14, 2025 10:23 Asia/Jakarta
  • Pembebasan tahanan Palestina
    Pembebasan tahanan Palestina

Pars Today - Seorang penulis dan analis politik Arab menekankan bahwa rezim Zionis menderita kekalahan telak dengan menerima perjanjian pertukaran tawanan, dan perjanjian ini membuktikan bahwa para tawanan dibebaskan hanya atas kemauan rakyat, bukan melalui kekuatan militer.

Menurut laporan Pars Today, Ibrahim Al-Madhoun, penulis dan analis politik dunia Arab menulis, Perjanjian pertukaran tawanan membuktikan bahwa rezim Zionis menderita kekalahan telak, dan apa yang terjadi sejak awal Operasi Badai Al-Aqsa mengubah semua perhitungan yang telah dipertaruhkan oleh rezim Israel.

Al-Madhoun menambahkan, "Pada hari-hari awal perang, rezim pendudukan mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengizinkan perjanjian apa pun dan akan membebaskan tawanannya dengan kekuatan militer dan melalui pemboman, pembunuhan, penghancuran, serta tekanan terhadap rakyat Gaza. Namun, setelah dua tahun perang dan setelah melakukan kejahatan dan pembantaian yang meluas, hari ini mereka terpaksa menandatangani perjanjian dengan perlawanan yang tidak diakui."

Penulis Arab ini menekankan, Perjanjian ini membuktikan bahwa tekad rakyat Gaza lebih kuat daripada mesin perang, dan bahwa pembebasan tawanan hanya dapat dilakukan dengan tekad dan kesinambungan, bukan dengan perintah dan penyerahan diri. Hari ini adalah hari yang penting dan bersejarah, dan kita harus menatap masa depan dengan kesadaran dan tanggung jawab.

Pada 7 Oktober 2023, rezim Zionis melancarkan perang brutal terhadap Gaza dengan dua tujuan utama, menghancurkan gerakan Hamas dan memulangkan tawanan Zionis dari wilayah itu. Namun, rezim Zionis gagal mencapai tujuan tersebut dan terpaksa mencapai kesepakatan dengan gerakan Hamas untuk pertukaran tawanan.

Pada 29 September 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana 20 poinnya untuk gencatan senjata di Gaza dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) pada 3 Oktober 2025, menanggapi rencana gencatan senjata 20 poin Trump, menyetujui penghentian total permusuhan, pertukaran tahanan, dan pemerintahan independen Gaza, serta menyerukan agar masa depan Gaza dikaji dalam kerangka kepentingan nasional Palestina.

Hamas menyatakan bahwa tanggapan ini disusun setelah konsultasi internal yang ekstensif dengan kelompok-kelompok Palestina dan mediator regional, termasuk persetujuan bersyarat terhadap beberapa klausul rencana tersebut dan permintaan untuk secara kolektif mengkaji isu-isu terkait masa depan Gaza dan hak-hak rakyat Palestina.

Hamas juga mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis, yang secara resmi mengumumkan tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza dan pertukaran tahanan.(sl)