Penumpasan Oposisi Bahrain dan Kekhawatiran Internasional
(last modified Thu, 24 Nov 2016 11:35:24 GMT )
Nov 24, 2016 18:35 Asia/Jakarta
  • Penumpasan Oposisi Bahrain dan Kekhawatiran Internasional

Berbagai laporan menunjukkan bahwa kinerja dan metode kejam rezim Al Khalifa terhadap aktivis politik Bahrain masih terus berlanjut dan aktivis banyak dipenjara untuk waktu yang lama dengan dakwaan palsu. Selama satu bulan lalu puluhan aktivis ditangkap dan pengadilan rezim ini hari Rabu menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada enam warga Bahrain.

Kejaksaan Agung Bahrain Rabu (23/11) di statemennya mengklaim, dakwaan kepada enam warga tersebut termasuk dua orang yang diputuskan vonisnya oleh pengadilan in absentia adalah terlibat bentrokan dengan polisi di desa al-Maamir Manama di bulan Mei 2015.

 

Dalam hal ini Nabil Rajab, ketua Komisi HAM Bahrain pada hari Rabu dilarikan ke rumah sakit akibat gangguan jantung setelah mendekam di penjara isolasi selam tiga bulan. Kejahatan rezim Al Khalifa terhadap warga Bahrain terjadi ketika Amnesti Internasional di laporannya mengumumkan, perilaku kejam terhadap tahanan termasuk aksi penyiksaan kepada para tersangka masih tetap berlanjut.

 

Warga yang ditangkap berulang kali menyatakan mereka menjalani penyiksaan hebat dan pengakuan yang dipaksakan. Langkah ini menunjukkan bahwa pengadilan Bahrain tidak menjaga prinsip paling sederhana internasional untuk memproses para tersangka secara adil. HRW bahkan menyebut sistem pengadilan di Bahrain sebagai sistem untuk kezaliman dan menekankan pengadilan memainkan peran utama  dalam membantu pemerintah negara ini melancarkan kebijakan penumpasan.

 

Transformasi di Bahrain menunjukkan bahwa aksi penumpasan paling brutal rezim Al Khalifa terhadap warga tetap terjadi dan penangkapan serta pengadilan bagi aktivis setiap hari menemukan dimensi baru dan kian mengkhawatirkan. Berlanjutnya vonis zalim terhadap aktivis politik Bahrain terjadi di saat menurut berbagai laporan, sampai saat ini lebih dari sepuluh ribu demonstran mendekam penjara dan 150 di antaranya divonis hukuman seumur hidup.

 

Rezim Al Khalifa dengan pelanggaran luas terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan penumpasan tuntutan rakyat, telah mengubah Bahrain sebagai penjara massal dan rezim ini bersandar pada dukungan Arab Saudi dalam melancarkan aksinya tersebut.

 

Menyusul kebangkitan rakyat Bahrain pada 14 Februari 2011, rezim Al Khalifa mengundang militer Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lainnya yang tergabung di pasukan Perisai Jazira untuk membantu menumpas para demonstran. Di sisi lain, pasukan ini pun aktif menumpas demonstran Bahrain yang menyuarakan haknya dengan damai.

 

Rezim Al Khalifa dengan aksinya mengumpulkan pasukan dari berbagai negara termasuk Arab Saudi dan Yordania, secara praktis membentuk pasukan multinasional untuk menumpas rakyat Bahrain.

 

Namun pengalaman menunjukkan bahwa eskalasi penumpasan tidak dapat membantu rezim despotik untuk tetap langgeng. Transformasi Bahrain mengindikasikan bahwa rezim Al Khalifa melalui kebijakannya melawan tuntutan rakyat tengah menempuh jalan para diktator lainnya seperti Mouammar Gaddafi di Libya dan Hosni Mubarak di Mesir serta Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia. Jalan ini hanya memicu kemarahan rakyat dan kehinaan. (MF)

 

 

Tags