Keberanian Ali as
Suatu hari pada tahun ke delapan setelah hijrah, tersebar sebuah berita di kota Madinah yang membuat seluruh penduduk merasa panik. Berita itu adalah, “Dua belas ribu penunggang kuda warga Wadi Yabas sedang menuju kota Madinah dan sepakat akan membunuh Rasulullah Saw dan Sayidina Ali.”
Dengan menyebarnya berita ini, masyarakat tidak bisa tidur. Gosip dan komentar menyebar ke mana-mana. Melihat kondisi ini, Rasulullah Saw mencari jalan keluar. Beliau mengutus Abu Bakar untuk menyiapkan pasukan sebanyak empat ribu orang dan pergi untuk menghadapi musuh dan memusnahkan mereka sebelum melakukan sesuatu.
Abu Bakar sudah siap dengan perintah Rasulullah Saw dan pergi bersama pasukannya. Namun di tengah perjalanan dia kembali. Rasulullah Saw bertanya kepadanya, “Hai Abu Bakar! Mengapa engkau kembali?!”
Abu Bakar merasa malu dan menyampaikan alasannya dan akhirnya jawaban Abu Bakar tidak memuaskan Rasulullah Saw. Kali ini Rasulullah Saw menyuruh Umar bin Khatthab dan setelah itu menyuruh Amr bin Ash untuk menghadapi musuh. Namun keduanya juga dengan berbagai alasan meminta agar tidak menghadapi musuh. Itulah mengapa Rasulullah Saw menyuruh Sayidina Ali. Sayidina Ali menerima dengan penuh kepastian dan menuju Wadi Yabas untuk menghadapi musuh.
Sayidina Ali memiliki sapu tangan khusus. Beliau menggunakan sapu tangan itu di saat-saat perang yang sulit dan penting dan mengikatkannya di dahinya. Oleh karena itu, sebelum pergi, beliau pulang ke rumahnya dan meminta sapu tangan itu kepada istrinya; Sayidah Fathimah as.
Sayidah Fathimah memahami bahwa ada perang yang sulit di hadapan. Beliau mengkhawatirkan suaminya dan menangis. Rasulullah Saw menemui Sayidah Fathimah dan menyenangkan hati putrinya:
“Fathimah sayang! Mengapa engkau menangis? Dengan kehendak Allah, suamimu tidak akan terbunuh!”
Sayidina Ali berkata kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah! Jangan engkau jauhkan aku dari surga! Kemudian beliau mengambil bendera dari Rasulullah dan menuju Wadi Yabas bersama pasukannya.
Pasukan Sayidina Ali berjalan melalui jalan lain untuk mengelabui musuh. Malam hari melakukan perjalanan dan di siang hari bersembunyi di balik bebatuan dan jurang. Akhirnya pada waktu subuh berhasil membuat musuh kaget dan menyerang mereka. Musuh mengalami kekalahan. Pasukan musuh kocar kacir dan beberapa orang terbunuh di tangan Sayidina Ali. Pasukan Islam mengalami kemenangan dan kembali lagi ke Madinah.
Ummu Salamah, salah satu istri Rasulullah Saw berkata, “Rasulullah Saw tidur di rumah saya, tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Saya berkata, “Kami berlindung kepada Allah! Apa yang terjadi?!”
Rasulullah Saw berkata, “Engkau benar. Allah telah melindungiku. Sekarang Jibril mengabarkan kepadaku bahwa Ali sedang menuju ke Madinah.”
Pada saat itu Rasulullah Saw keluar dari rumah, beliau mengajak umat Islam berkumpul dan berdiri sampai jarak satu farsakh dari Madinah untuk menyambut Sayidina Ali dan para pasukan. Ketika Sayidina Ali melihat Rasulullah Saw, beliau turun dari kuda untuk menghormati Rasulullah Saw dan hendak mencium kaki Rasulullah, tapi Rasulullah Saw berkata kepadanya, “Naiklah! Allah dan Rasul-Nya meridhaimu.”
Sayidina Ali menangis karena saking gembiranya dan pergi ke rumahnya. Setelah kepergian Sayidina Ali, Rasulullah Saw bertanya kepada para pasukan, “Bagaimana kalian melihat komandan kalian?”
Mereka mengatakan, “Kami tidak melihat sesuatu selain kebaikan dan lainnya adalah di semua salat-salat yang diimaminya, beliau membaca surat Tauhid [al-Ikhlas].”
Rasulullah Saw mendatangi Sayidina Ali dan bertanya, “Mengapa engkau membaca surat Tauhid di semua salat-salat yang engkau kerjakan?”
Sayidina Ali menjawab, “Saya menyukai surat ini karena ada sifat-sifat Allah di dalamnya.”
Rasulullah Saw tersenyum dan bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukaimu sebagaimana engkau menyukai surat Tauhid.”
Kemudian bersabda, “Hai Ali! Bila aku tidak takut akan sekelompok orang muslim mengatakan tentang dirimu, sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Kristen tentang Isa as bahwa Isa adalah putra Allah, hari ini aku pasti mengatakan tentang keagungan posisimu sehingga masyarakat bisa mengambil tanah di bawah telapan kakimu sebagai tabarruk [ngalap berkah].
Kekuatan Lengan Ali as
Sayidina Ali kalau makan sangat sedikit dan sederhana. Namun banyak kisah yang dinukil terkait keberanian dan kekuatan lengannya. Di antara mencopot pintu Khaibar dimana disebutkan bahwa untuk membuka dan menutupnya, memerlukan tujuh puluh orang lelaki.
Sekali seorang tabib Yunani melihat Sayidina Ali dan berkata, “Wajah Anda sangat kuning dan kaki Anda sangat lemah dan kurus. Saya tidak bisa mengobati kaki Anda, namun kekuningan wajah Anda bisa diobati.”
Sayidina Ali bertanya, “Apa yang menyebabkan wajahku menjadi kuning?”
Sang tabib mengeluarkan bejana kecil dari kantongnya dan berkata, “Ini adalah sebuah racun, bila seseorang makan seukuran satu siung darinya, maka penyakitnya akan menjadi parah. Racun ini juga ada dalam tubuh Anda.”
Sayidina Ali mengambil racun itu dari tabib dan memakannya, kemudian berkata kepada sang tabib, “Tutuplah matamu dan bukalah kembali!”
Tabib melakukan perintah Sayidina Ali dan dengan penuh keheranan, dia melihat wajah Sayidina Ali menjadi merah dan putih serta segar. Kemudian Sayidina Ali mencabut tiang rumah dan melemparkannya keluar.”
Melihat kejadian ini, sang tabib pingsan. Ketika siuman, Sayidina Ali berkata kepadanya, “Hai tabib! Inilah kekuatan dua kaki yang lemah dan kurus.” (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as