Mata Abu Bashir Sembuh
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i35854-mata_abu_bashir_sembuh
Dinukil dari Abu Bashir bahwa dia berkata, “Saya menemui Imam Muhammad Baqir as dan berkata, “Andakah pewaris Rasulullah?”
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Apr 11, 2017 08:35 Asia/Jakarta
  • Imam Baqir as
    Imam Baqir as

Dinukil dari Abu Bashir bahwa dia berkata, “Saya menemui Imam Muhammad Baqir as dan berkata, “Andakah pewaris Rasulullah?”

Imam menjawab, “Iya.”

 

Saya berkata, “Rasullah sebagai pewaris para nabi. Apakah beliau mengetahui segala apa yang diketahui oleh para nabi?”

 

Imam menjawab, “Iya.”

 

Lalu saya berkata, “Apakah Anda bisa menghidupkan orang yang sudah mati dan menyembuhkan orang yang sakit?”

 

Imam berkata, “Iya. Dengan izin Allah.”

 

Kemudian berkata, “Mendekatlah kepadaku.” Ketika saya sudah mendekat kepada Imam, beliau mengusap mata dan wajahku. Tiba-tiba mataku menjadi terang dan melihat matahari, bumi dan rumah-rumah.

 

Pada saat itu Imam Muhammad Baqir as berkata, “Apakah engkau senang matamu bisa melihat dan kondisimu di mahsyar sama seperti orang lain. Yakni engkau akan ditanya dan dihisab, ataukah engkau ingin matamu kembali lagi seperti semula. Yakni engkau buta dan sebagai gantinya, engkau dibawa ke surga tanpa dihisab.”

 

Saya berkata, “Saya ingin seperti kondisi semula yakni saya buta, saya tidak tidak punya kekuatan untuk dihisab.” Kemudian Imam mengusap mataku dan mataku kembali seperti semula.

 

 

Perintah Ajaib

 

Nu’man bin Basyir berkata, “Saya dari Mekah seperjalanan dengan Jabir Ja’fi. Saat di Madinah dan sebelum keluar menuju Kufah, Jabir menemui Imam Muhammad Baqir as dan berpisah dengan beliau, kemudian keluar dari Madinah.

 

Kami turun di tempat peristirahatan untuk mengerjakan salat di awal waktu. Ketika kami ingin bergerak, tiba-tiba datang seorang lelaki tinggi yang wajahnya sawo matang. Dia membawa sebuah surat dengan stempel Imam Muhammad Baqir yang tintanya belum kering. Dia memberikan surat itu kepada Jabir.

 

Begitu surat itu ada di tangan Jabir, dia menciumnya. Kemudian dia membuka dan membacanya. Namun, semakin dia membaca surat itu, wajahnya menjadi suram dan tidak tertawa bahkan senyum pun tidak. Padahal sebelumnya ketawa dan bercanda. Kondisi dia menjadi demikian sampai kami tiba di Kufah dan dia masuk ke dalam rumahnya. Sesaat kemudian dia keluar dari rumah dan naik kayu dan keliling di gang-gang kota Kufah. Dia menggantungkan segala sesuatu di lehernya bak orang gila dan mengucapkan kata-kata yang tidak jelas. Masyarakat mengatakan bahwa Jabir sudah gila.

 

Setelah tiga hari, ada surat datang dari Hisyam bin Abdul Malik untuk gubernur Kufah; memerintahkannya untuk membunuh Jabir Ja’fi. Sang gubernur menanyakan kondisi Jabir Ja’fi kepada masyarakat. Dikatakan bahwa orang ini adalah seorang lelaki ahli hadis dan ahli zuhud. Untuk sementara ini dia gila dan bermain dengan anak-anak di gang-gang dan jalan-jalan.

 

Gubernur Kufah membalas surat Hisyam bin Abdul Malik dan menceritakan kejadian yang ada. Kemudian Hisyam memerintahkan akan membiarkannya saja. Dengan demikian, jiwa Jabir selamat.

 

Duduk Di Antara Kobaran Api

 

Dinukil dari Jabir Ja’fi bahwa dia berkata, “Saya melihat seorang lelaki bersikap kurang ajar terhadap Imam Muhammad Baqir as. Begitu saya datang menemui Imam, pandangan beliau tertuju kepada saya, beliau tersenyum dan berkata, “Apakah fulan bin fulan berkata buruk terhadap aku dan engkau?” Saya katakan, “Iya.”

 

Imam berkata, “Sekarang dia mau datang ke sini. Ternyata orang yang pertama datang dan duduk adalah orang tersebut. Kemudian Imam Muhammad Baqir as berkata, “Untuk apa engkau datang ke sini?”

 

Dia menjawab, “Anda telah mengklaim keimamahan [kepemimpinan sebagai imam]

 

Jabir mengatakan, “Pada saat itu Imam berkata kepadaku, “Buatlah Galian lubang di dalam rumah.” Setelah saya menggali, beliau berkata, “Ambillah ranting yang banyak dan lemparkan ranting-ranting itu ke dalam lubang ini.”

 

Kemudian beliau berkata, “Bakarlah ranting-ranting itu. Begitu ranting-ranting itu terbakar, beliau berkata kepada lelaki tersebut, “Engkau bisa masuk ke dalam api ini.”

 

Lelaki itu berkata, “Kalau Anda jujur, pertama Anda sendiri masuklah.”

 

Pada saat itu Imam Muhammad Baqir as masuk dan duduk di antara kobaran api sampai apinya padam dan ranting-ranting itu menjadi abu. Kemudian beliau keluar [dari lubang itu].

 

Melihat mukjizat ini, lelaki itu beriman kepada keimamahan beliau.

 

 

Kecintaan Kepada Ahlul Bait Rasulullah Saw

 

Bertahun-tahun peristiwa Asyura telah berlalu. Meski pada masa itu Imam Baqir masih kecil. Namun beliau benar-benar mengingat kejadian pahit itu. Setiap kali beliau teringat kenangan itu, beliau menangis.

 

Suatu hari Kumit bin Zaid seorang penyair besar di Madinah, mendatangi rumah Imam Muhammad Baqir as dan berkata, “Apakah Anda mengizinkan saya untuk membacakan syair yang baru saya buat?”

 

Imam berkata, “Bacalah.”

 

Kumit membaca syair tentang Asyura yang kandungannya demikian:

 

“Saat Syahid Karbala itu ingin menyadarkan masyarakat, masyarakat yang hina itu dengan keributannya menjadi penghalang terdengarnya suara beliau.”

 

Imam Muhammad Baqir menangis tersedu-sedu seraya mengatakan, “Hai Kumit! Bila ada harta kekayaan padaku, maka aku akan memberikannya kepadamu. Namun ucapan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw kepada Hisan bin Tsabit, aku sampaikan juga kepadamu, “Hai Kumit! Selama engkau melakukan pembelaan terhadap keluarga kami, engkau akan didukung oleh Jibril.”

 

Kumit meninggalkan rumah Imam Muhammad Baqir as dengan hati yang tenang. (Emi Nur Hayati)

 

 Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Muhammad Baqir as